TUGAS KELOMPOK
LAPORAN HASIL KULIAH KERJA LAPANGAN
Sebagai
tugas laporan setelah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Disusun
oleh :
1.
|
Dedi Hariyanto
|
NPM.11210077
|
8.
|
Juliana
|
NPM.11210087
|
2.
|
Dewi Oktaviani
|
NPM.11210078
|
9.
|
Marina
|
NPM.11210088
|
3.
|
Duwi Lestari
|
NPM.11210079
|
10.
|
Masrur Rosadi
|
NPM.11210089
|
4.
|
Fajri Arif Wibawa
|
NPM.11210082
|
11.
|
Mujib Nurmayanto
|
NPM.11210090
|
5.
|
Iwan Sanjaya
|
NPM.11210083
|
12.
|
Nofita sari
|
NPM.11210091
|
6.
|
Jimmy Hidayat
|
NPM.11210085
|
13.
|
Nomi Tisa Dewi
|
NPM.11210092
|
7.
|
Joni Herdiansah
|
NPM.11210086
|
14.
|
Putri Pratiwi
|
NPM.11210094
|
Prodi : Pendidikan Ekonomi
Kelas : B
Semester : 5 (lima)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN
2013
ABSTRAK
Latar belakang
pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi
dengan peoses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari
pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah
telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan
pendidikan yang lebih berkualitas melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum
dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan
materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi
kenyataannya belum cukup dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Inti dari
pendidikan adalah mengembangkan serta mengubah tingkah laku peserta didik
menjadi peibadi yang mempunyai mutu atau kualitas bagus, baik dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
pendidikan perlu adanya pembaharuan yang bertujuan untuk mendorong terjadinya
perubahan ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya. Pembaharuan atau yang
biasa disebut dengan inovasi bukan selalu berarti sesuatu hal yang baru
diciptakan, tetapi dapat berupa sesuatu yang sudah “lama” dikenal, diterima,
atau diterapkan oleh masyarakat di luar sistem sosial yang menganggapnya
sebagai sesuatu yang masih “baru”. Pengertian “baru” juga tidak selalu harus
datang dari luar, tetapi dapat berupa teknologi setempat (indegenuous
technology) atau kebiasaan setempat (kearifan tradisional) yang sudah lama
ditinggalkan.
Lulusan sebuah
perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking,
management skill, dan communication skill. Sinergisme keempatnya akan tercermin
melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas
persoalan-persoalan atau tantangan-tantangan yang dihadapi. Universitas
Muhammadiyah Metro (UMM) merupakan Lembaga Pendidikan Tinggi dibidang ilmu
agama dan kemasyarakatan serta merupakan bagian dari satuan sestem perguruan
tinggi yang ada di Indonesia.
Dalam hal ini,
Universitas Muhammadiyah Metro baik secara langsung atau tidak langsung
terlibat dalam peoses mekanisme pembangunan bangsa melalui penerjunan mahasiswa
ke daerah-daerah dalam bentuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang merupakan upaya
partisipasi aktif dalam memecahkan masalah pembangunan yang dihadapi
masyarakat. Mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian
masyarakat/rakyatnya hidup bermata pencaharian petani dan bertempat tinggal di
pedesaan, maka upaya dan proses pembangunan yang ruang lingkupnya lebih luas,
untuk itu daerah-daerah pedesaan mendapat prioritas dalam menentukan lokasi KKL
UMM Lampung.
Kuliah Kerja
Lapangan sebagai realitas Tridarma Perguruan Tinggi dan sebagai bentuk
pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan kegiatan intra kurikuler yang
wajib dilaksanakan oleh mahasiswa yang akan menyelesaikan program studi sarjana
(S1). Disamping itu KKL merupakan pendekatan-pendekatan sistem dan multi
disipliner. Itulah sebabnya KKL UMM Lampung merupakan laboratorium
penggemblengan pendidikan multi fungsi kearah pengembangan dan motivasi serta
persepsi mahasiswa terhadap masyarakat. Yang paling esensi dari KKL UMM Lampung
adalah suatu bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui pengamalan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat, yang didapat dari bangku kuliah dengan bimbingan
dari perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Disamping itu, KKL bagi mahasiswa
merupakan sarana belajar secara langsung kepada masyarakat mengenai berbagai
hal, terutama bagaimana dan sejauh mana masyarakat mempertahankan kehadirannya
dalam arus perkembangan dan perubahan yang terjadi.
Status dan
fungsi KKL seperti tersebut diatas adalah bertujuan sebagaimana tercantum dalam
pola dasar KKL yaitu sebagai berikut:
1.
Penerapan yang
terintegrasi antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan pengalaman
praktis yang didapat di masyarakat.
2.
Pengalaman dan
penghayatan terhadap masalah sosial kemasyarakatan sebagai sebuah kesatuan
masalah yang memerlukan pendekatan antar disiplin ilmu.
3.
Pembinaan sense of belonging dan sense of responsibility bagi seluruh
unsur masyarakat termasuk civitas akademika dalam pelaksanaan pembangunan.
Berdasarkan
tujuan tersebut serta pedoman pelaksanaannya dan kondisi masyarakat di lokasi
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) serta permasalahan yang terdapat disana, penyusun
melakukan berbagai kegiatan selama 1 minggu yaitu dari tanggal 23 Juni sampai
dengan tanggal 29 Juni 2013.
PERSEMBAHAN
Laporan KKL ini penyusun
persembahkan kepada:
1.
Bapak dan ibu tercinta
yang telah mendidik kami hingga menjadi seperti ini serta selalu berdoa demi
keberhasilan kami.
2.
Ibu Dra. Hj. Maryatun,
M.M. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.
3.
Bapak Drs. Mashuri DM
selaku pembimbing kelompok kami.
4.
Rekan-rekan
seperjuangan yang telah memberikan motivasi dalam proses penyelesaian laporan
ini agar cepat selesai.
5.
Almamater tercinta kami
Universitas Muhammadiyah Metro, tempat kami menimba ilmu pengetahuan yang kami
banggakan.
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Alhamdulillahirobbil
alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) ini dengan baik tanpa ada suatu halangan apapun.
Sebagaimana
diketahui bahwa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tercantum dalam kurikulum
Pendidikan Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro sehingga kegiatan tersebut
harus dilaksanakan sebagai salah satu upaya dalam rangka mengumpulkan data di
lapangan dan harus dipertanggungjawabkan, maka kami membuat laporan KKL yang
didalamnya tercatat hasil pengamatan kami di lapangan tentang objek-objek yang
dikunjungi dan diamati.
Dalam kesempatan
ini kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak secara langsung atau
secara tidak langsung yang telah mendukung terselesainya laporan ini, terutama
sekali kepada dosen pembimbing kami:
1.
Dra. Hj. Maryatum, M.M
2.
Drs. Mashuri DM
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dalam
berbagai hal. Oleh kerena itu, kami mengharapkan saran, kritik, dan pendapat
yang membangun guna terwujudnya laporan yang lebih baik dan semoga laporan ini
berguna bagi pembaca dan terutama bagi kami sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.
Metro,
25 September 2013
Penyusun
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL LAPORAN
“LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) OBYEK STUDI
KOTA BANDUNG, DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA, KOTA SOLO,”
TELAH DISAHKAN OLEH:
Mengetahui,
Metro,
25 September 2013
Ketua Program Studi Dosen
Pembimbing Lapangan
Pendidikan Ekonomi
Dra. Hj. Maryatun, M.M Drs.
H. Mashuri DM.
NIP. 19600103
198503 2 007 NBM.
48743
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................................ ii
PERSEMBAHAN ............................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vii
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
2.
Tujuan ................................................................................................................... 1
3.
Ruang Lingkup ..................................................................................................... 1
4.
Kegunaan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
1. Bandung ............................................................................................................... 4
- UPT Cibaduyut .............................................................................................. 4
2. Yogyakarta ........................................................................................................... 9
a. Kraton Yogyakarta ......................................................................................... 9
b. Kerajinan Gerabah Kasongan ........................................................................ 13
3. Solo ..................................................................................................................... 16
a. KSM Rukun Manunggal ............................................................................... 16
b. Sritex Sukoharjo ............................................................................................ 17
4. Yogyakarta .......................................................................................................... 25
- Kerajinan Kulit Manding .............................................................................. 25
- Parang Tritis .................................................................................................. 27
5. Klaten .................................................................................................................. 31
a. UKM Lurik ................................................................................................... 31
b. Candi Borobudur .......................................................................................... 32
c. Goa Jati Jajar ................................................................................................. 36
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 38
1. Kesimpulan .......................................................................................................... 38
2. Saran .................................................................................................................... 40
LAMPIRAN FOTO .............................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
merupakan kegiatan dalam rangka mengumpulkan data di lapangan, objek kerja
lapangan (KKL) sedapat mungkin mencerminkan hasil-hasil kekayaan di Indonesia
dan suatu hasil-hasil bumi yang menjadikan suatu kebanggaan bagi Indonesia.
Indonesia kaya akan suatu
hasil bumi yang begitu banyak manfaatnya bagi masyarakat Indonesia, dari petani
sampai dengan wiraswasta yang semua dari hasil bumi seperti membuat sepatu,
tas, baju, batik, gerabah, keramik, makanan, dan hasil buah-buahan yang
mempunyai suatu nilai yang tinggi dan digemari oleh negara luar.
Dalam hal tersebut Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) merupakan salah satu usaha untuk memperoleh data yang
dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu,
setiap mahasiswa program studi pendidikan ekonomi Universitas
Muhammadiyah Metro diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) merupakan sarana penunjang mata kuliah pokok pada kurikulum program studi
pendidikan ekonomi.
2.
Tujuan
a.
Untuk
merealisasikan kurikuler pada perkuliahan program studi pendidikan ekonomi
(FKIP) Universitas Muhammadiyah Metro.
b.
Untuk
melatih kemampuan mahasiswa dalam mengenal dan memahami manfaat-manfaat hasil
bumi serta dapat mempelajari suatu usaha-usaha kecil dan menengah.
c.
Dalam
rangka penerapan ilmu pengetahuan khususnya Program Studi Pendidikan Ekonomi,
diharapkan kepada para peserta dapat membuat suatu lembaran kerja yang
terhimpun dalam bentuk laporan.
3.
Ruang Lingkup
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) program studi pendidikan ekonomi yang
dilaksanakan pada tanggal 23-29 Juni 2013 mencakup objek wisata:
- Bandung
a. Cibaduyut
2. Yogyakarta
a. Kraton Yogyakarta
b. Kerajinan Gerabah Kasongan
- Solo
a. KSM Rukun Manunggal
b. Sritex Sukoharjo
- Yogyakarta
a. Kerajinan Kulit Manding
b. Parang Tritis
5. Klaten
a. UKM Lurik
b. Candi Borobudur
c. Goa Jati Jajar
4.
Kegunaan
1.
Bagi
pembaca
a.
Setelah
membaca laporan ini diharapkan akan meningkatkan rasa cinta tanah air dan
memupuk rasa nasionalisme sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
b.
Dengan membaca laporan
ini diharapkan dapat mengambil manfaat-manfaat terhadap berbagai objek yang
dikunjungi.
2.
Bagi
penyusun
a.
Dengan
mengkaji berbagai objek tersebut diharapkan penyusun dapat memperoleh wawasan
dan pengetahuan yang mendalam tentang berbagai tempat-tempat yang telah
dikunjungi.
b.
Sebagai
tolak ukur untuk menilai kemampuan penyusun dalam membuat laporan yang
berkualitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas berbagai
objek studi yang telah tercantum dalam ruang lingkup bab I, objek tersebut akan
kembali dikelompokkan berdasarkan letak wilayah geografis dimana objek tersebut
berada, antara lain:
1.
Bandung
a. UPT Cibaduyut
3.
Yogyakarta
a. Kraton Yogyakarta
b. Kerajinan Gerabah Kasongan
3.
Solo
a. KSM Rukun Manunggal
b. Sritex Sukoharjo
4.
Yogyakarta
a. Kerajinan Kulit Manding
b. Parang Tritis
5.
Klaten
a. UKM Klaten Lurik
b. Candi Borobudur
c. Goa Jati Jajar
UPT
CIBADUYUT
Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja (UPTD BLK)
dipimpin oleh seorang Kepala Balai Latihan dan mempunyai tugas untuk
melaksanakan sebagian tugas Dinas Tenaga Kerja dalam menyusun rumusan
kebijaksanaan teknis di bidang pelatihan dan usaha penyediaan tenaga kerja yang
memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap mental di bidang usaha kecil dan
menengah.
a. Cibaduyut Dalam Lintas Sejarah
Sebagian besar masyarakat modern menggunakan alas kaki sebagai
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik merupakan sepatu atau sandal yang
tujuan utamanya untuk melindungi kesehatan kaki. Berkembangnya pergaulan antar
manusia menjadikan produk alas kaki juga berfungsi sebagai fashion yang selalu
berkembang dengan jenis model yang sesuai dengan ruang waktu dari perkembangan
jaman. Keterpaduan fungsi dari alas kaki tersebut menjadi suatu kebutuhan
aktualisasi diri ditengah-tengah pergaulan masyarakat dalam mengalami
peningkatan. Karena mengikuti selera masyarakat yang variatif menuntut adanya
perkembangan desain yang terus menerus yang bersifat dinamis dan kreatif.
Kesesuaian desain dan bentuk sepatu atau sandal memunculkan citra
tersendiri bagi pemakainya. Misalnya, pemakaian jenis sepatu untuk pria dewasa
memiliki kecenderungan sebagai penunjang berpenampilan yang gagah, tampan,
tinggi dan berwibawa, sedangkan pemakaian sepatu untuk wanita dewasa memiliki
kecenderungan untuk menunjang berpenampilan yang cantik, anggun, dan feminim.
Oleh karena itu, keadaan sosial budaya dan kemempuan ekonomi masyarakat serta
keadaan musim sangat mempengaruhi terhadap permintaan jenis, desain dan bentuk
alas kaki.
Mulai berkembangnya industri dan perdagangan alas kaki Cibaduyut
telah cukup lama. Awalnya dimulai sekitar tahun 1920, beberapa orang warga
setempat yang kesehariannya bekerja pada sebuah pabrik sepatu di kota Bandung,
setelah memiliki keterampilan dalam membuat sepatu, mereka berhenti sebagai
pekerja. Mereka memulai membuka usaha membuat dan menjual produk alas kaki
secara kecil-kecilan di lingkungan rumah tangganya dengan melibatkan tenaga
kerja anggota keluarganya. Dengan semakin berkembangnya pesanan, maka mulai
merekrut pekerja yang berasal dari warga
sekitarnya, sehingga keterampilan dalam membuat alas kaki ini menyebar dan
ditularkan dalam lingkungan keluarga dan warga masyarakat sekitarnya.
Menurut informasi dari para tokoh pengusaha alas kaki
Cibaduyut bahwa sebelum penjajahan
Jepang tahum 1940 telah berkembang sejumlah pengrajin sepatu di Cibaduyut
sebanyak 89 orang. Hal ini tidak terlepas dengan semakin meningkatnya pesanan,
karena dinilai produk sepatu Cibaduyut memiliki kualitas yang sangat baik dalam
memenuhi selera konsumen pada masa itu. Bahkan, setelah negara Indonesia
merdeka pada tahun 1950-an jumlah unit usaha alas kaki berkembang menjadi 250 unit
usaha. Dengan jumlah unit usaha yang besar inilah daerah Cibaduyut mulai
dikenal sebagai sentra produksi alas kaki.
Pada sekitar tahun 1978 pemerintah pusat melalui departemen
Perindustrian bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi
dan Sosial (LP3ES) melakukan pengkajian dalam rangka bimbingan dan pengembangan
sentra sepatu Cibaduyut. Hasil kajian tersebut merekomendasikan dibangunnya
pusat pelayanan fasilitas pembinaan atau dengan sebutan Center Service Facility
(CSF) dan lebih dikenal masyarakat pengusaha sepatu dengan sepatu Unit
Pelayanan Teknis (UPT) barang kulit.
Pada sekitar tahun 1980-an dengan digulirkan proyek BIPIK dari
departemen peindustrian, berbagai fasilitas bantuan sarana dan prasarana kepada
UPT persepatuan di Cibaduyut berupa pembangunan fasilitas gedung, mesin dan
peralatan serta program pelatihan untuk mrngembangkan pengrajin sepatu
Cibaduyut.
b. Sambutan Kepala Dinas Perindag
Dalam rangka mengembangkan kluster industri di Jawa Barat, maka
keberadaan sentra industri kecil menengah yang potensial harus difasilitasi
pemerintah daerah untuk mampu berkembang, sehingga meningkatkan daya saing
produk. Kluster industri merupakan pengelompokan perusahaan industri kecil
menengah sejenis dan industri terkait dalam satu kawasan yang mendorong adanya
spesialisasi dan peningkatan kualitas serta mendorong inovasi dan diferensiasi
pasar. Salah satu produk unggulan kota Bandung dan juga Jawa Barat adalah
produk alas kaki yang berasal dari Cibaduyut. Produk tersebut dihasilkan para
pengrajin dalam wilayah kawasan sentra yang berkembang sejak lama dan turun
temurun secara alami yang menghasilkan kualitas produk yang mampu bersaing
dalam pasar nasional maupun internasional.
Sejarah keberadaan sentra alas kaki Cibaduyut memiliki keunikan
dalam kaitan budaya yang menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif dari
keragaman produk alas kaki yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Kemampuan
mengembangkan kluster industri dan perdagangan alas kaki yang menghasilkan
produk yang tidak lekang dengan waktu, menjadikan Cibaduyut memiliki brand
images sebagai sentra alas kaki unggulan di Jawa Barat. Akibatnya, lokasi
sentra ini tidak pernah sepi dengan pengunjung yang berasal dari dalam dan luar
Jawa Barat, untuk berbelanja, berwisata dan berbisnis. Keberadaan sentra ini
menjadikan kota Bandung sebagai ikon pusat sentra industri dan perdagangan alas
kaki. Oleh karenanya, Disperindag Jawa Barat pada tahun 2008 menerbitkan buku
profil alas kaki Cibaduyut sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum.
c. Fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai
Latihan Kerja
a.
Penyiapan
bahan perumusan program dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Balai Latihan Kerja;
b.
Pelaksanaan
kegiatan pelatihan terhadap berbagai jenis keterampilan;
c.
Pelaksanaan
kegiatan uji keterampilan, kompetensi dan sertifikasi tenaga kerja;
d.
Penghimpunan
data dan informasi tentang pelatihan bagi calon tenaga kerja;
e.
Pendayagunaan
dan pemberian informasi pelatihan bagi calon tenaga kerja;
f.
Pelaksanaan
tata usaha dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan Latihan Kerja;
g.
Pelaksanaan
tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
d. Kendala yang Dialami oleh UPT Cibaduyut
Para perajin kulit dari Cibaduyut, Bandung Jawa Barat kian sulit
berkembang akibat ketidakberpihakan pemerintah. Selain gagal menaungi dalam
bentuk insentif, pemerintah juga tidak mempu melindungi para perajin dari
ketersediaan bahan baku ataupun komponen produksi. Persoalan-persoalan itu
mengemuka dalam pertemuan antara pelaku kerajinan sepatu kulit Cibaduyut dan
rombongan dari Kementerian Perindustrian, Sabtu (9/4). Sejak tahun 1999, jumlah
unit usaha di Cibaduyut tidak beranjak dari rentang 800-an.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat,
Ferry Sofwan Arif menjelaskan, “Industri kerajinan sepatu di Cibaduyut
mengandalkan sistem kerja maklun atau borongan dari pemilik toko yang berjajar
di tepi jalan. Kadang ada pemilik bengkel yang beralih menjadi tukang di
bengkel lain apabila tidak mendapatkan pesanan. Ada pula yang menjual tempat
usahanya dan pindah ke daerah sekitar di Kabupaten Bandung atau Kota Cimahi,”
ujarnya. Salah satu pemilik usaha sepatu kulit, Gugun Runiadi Heze, menjelaskan
bahwa mental dan kualitas sumber daya manusia menjadi masalah di Cibaduyut
sehingga sulit bangkit kembali ke masa keemasannya tahun 1990-an. Para pemilik
usaha kebanyakan malas berinovasi dan menggantungkan diri pada pesanan dari
toko. Demi berebut pesanan, kadang perang harga pun terjadi sehingga mereka
semua yang rugi. Salah satu pemilik usaha sepatu kulit mengambil spesialisasi
pada sepatu keselamatan, sepatu militer untuk perwira, dan sepatu pemadam
kebakaran. Dengan pemasaran melalui internet, ia mampu membuat terobosan dan
tidak lagi tergantung pada pesanan dari toko layaknya kebanyakan perajin sepatu
lainnya.
Selain pemasaran, regenerasi pekerja juga menjadi masalah yang
mengemuka dalam pertemuan tersebut. Balai latihan kerja yang disiapkan di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Sepatu Cibaduyut tidak bisa dimanfaatkan secara optimal.
Anggaran yang tersedia hanya cukup untuk melatih 40 orang setahun. Akibatnya,
mesin lebih banyak terbengkalai dan akhirnya disewa pengusaha yang mendapat
pesanan. Masalah yang juga terungkap dalam pertemuan itu adalah ketiadaan
manajemen informasi untuk sarana komunikasi antarpengusaha. Para pengusaha
sepatu kulit tidak memiliki sarana komunikasi di internet.
Sekretaris Umum Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Persatuan Indonesia
Jabar kurang tegas dalam mengawasi kebijakan tata ruang. Perumahan terus
merangsek ke wilayah Cibaduyut. Pemerintah tidak berupaya untuk
menghentikannya. Masalah mental pengusaha akan ditangani dengan mengerahkan
motivator. Pihaknya juga akan mendorong agat kantor UPT Sepatu Kulit menjadi
ruang pamer bagi para produsen. Dengan demikian, para pengusaha tidak terlalu
bergantung pada toko sepatu dengan sistem katalog mereka. Masalah yang paling
dikeluhkan para perajin adalah sedikitnya ketersediaan bahan baku ataupun bahan
pendukung yang berkualitas. Kulit yang tersedia di pasaran saat ini misalnya,
bukan yang paling prima. Kulit kualitas pertama kebanyakan justru diekspor
mentah begitu saja. Pengenaan bea keluar juga tidak mampu membendungnya.
Lateks adalah bagian penting dalam produksi sepatu dan tidak bisa
diganti dengan bahan lain seperti lem karena bisa membuat kulit di sepatu
mengeras. Namun bahan lateks juga telah melonjak harganya hingga dua kali lipat
dari Rp 18.000,00 menjadi Rp 40.000,00 per kilogram.
Kraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau
Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah
menjadi bagian Republik
Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan
hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di
Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai
pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur
istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah
dan lapangan serta paviliun yang luas.
a. Sejarah
Keraton
Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton
ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2]
yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat
iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi
lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan,
yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan
Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara
fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti,
Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti
Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5].
Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang
berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton
Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya.
Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula
mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995
Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
b. Tata ruang dan arsitektur umum
Arsitek
kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubuwana I, pendiri Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur
dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan
Lucien
Adam yang menganggapnya sebagai "arsitek" dari saudara Pakubuwono
II Surakarta"[6].
Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar
landscape kota tua Yogyakarta[7]
diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh
para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini
sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII (bertahta tahun 1921-1939).
Tata ruang
Dahulu bagian utama istana, dari utara
keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di utara sampai di Plengkung Nirboyo di
selatan. Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah:
Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid
Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler,
Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks
Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang
disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung
Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.
Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton
dengan sebelah selatannya boleh dikatakan simetris. Sebagian besar bagunan di
utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton
menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap
timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.
Selain bagian-bagian utama yang berporos
utara-selatan keraton juga memiliki bagian yang lain. Bagian tersebut antara
lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton
Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra Mahkota (mula-mula
Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di sekeliling Keraton dan di dalamnya
terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan
Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan
keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana
Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.
Arsitektur umum
Secara umum tiap kompleks utama terdiri
dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama
serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang
lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang
biasanya bergaya Semar Tinandu[ . Daun pintu terbuat dari
kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat
dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol
tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih
terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu
terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi Joglo atau
derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal
sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu
ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag.
Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium.
Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah, maupun seng dan biasanya berwarna
merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh tiang utama yang di sebut dengan
Soko Guru yang berada di tengah bangunan, serta tiang-tiang lainnya.
Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan ornamen
berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang lain. Untuk bagian
bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada
tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil) memiliki ornamen Putri
Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
Untuk batu alas tiang, Ompak,
berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna emas. Warna putih mendominasi
dinding bangunan maupun dinding pemisah kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu
pualam putih atau dari ubin bermotif. Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman
berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki lantai utama yang lebih tinggi. Pada
bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang disebut Selo Gilang
tempat menempatkan singgasana Sultan.
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas
tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan jabatan penggunanya.
Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas
jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan
dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen semakin
sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain ornamen, kelas
bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan dari
bangunan itu sendiri.
c. Kompleks depan
Gladhag-Pangurakan
Gerbang
utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta
dari arah utara adalah Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan yang terletak
persis beberapa meter di sebelah selatannya. Kedua gerbang ini tampak seperti
pertahanan yang berlapis. Pada zamannya konon Pangurakan merupakan tempat
penyerahan suatu daftar jaga atau tempat pengusiran dari kota bagi mereka yang mendapat hukuman
pengasingan/pembuangan.
Versi lain
mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan nJawi, dan
Gapura Pangurakan Lebet. Gapura Gladhag dahulu terdapat di ujung utara Jalan
Trikora (Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46) namun sekarang ini sudah
tidak ada. Di sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang
masih berdiri dan menjadi gerbang pertama jika masuk Keraton dari utara. Di
selatan Gapura Pangurakan nJawi terdapat Plataran/lapangan Pangurakan yang
sekarang sudah menjadi bagian dari Jalan Trikora. Batas sebelah selatannya
adalah Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri. Selepas dari Gapura Pangurakan terdapat
Kompleks Alun-alun Ler.
Alun-alun Lor
Alun-alun Lor adalah sebuah lapangan
berumput di bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu tanah lapang yang berbentuk
persegi ini dikelilingi oleh dinding pagar yang cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi
kecuali di sisi timur bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya
bagian tengahnya saja yang tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan
beraspal yang dibuka untuk umum.
Di pinggir Alun-alun ditanami deretan
pohon Beringin (Ficus benjamina; famili Moraceae) dan di
tengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang
disebut dengan Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang dipagari).
Kedua pohon ini diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru. Pada
zamannya selain Sultan hanyalah Pepatih Dalem yang boleh melewati/berjalan di antara kedua
pohon beringin yang dipagari ini. Tempat ini pula yang dijadikan arena rakyat
duduk untuk melakukan "Tapa Pepe" saat Pisowanan Ageng sebagai bentuk
keberatan atas kebijakan pemerintah. Pegawai /abdi-Dalem Kori akan menemui
mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian disampaikan kepada Sultan
yang sedang duduk di Siti Hinggil.
Di sela-sela pohon beringin di pinggir
sisi utara, timur, dan barat terdapat pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan,
tempat transit dan menginap para Bupati dari daerah Mancanegara Kesultanan.
Bangunan ini sekarang sudah banyak yang berubah fungsi dan sebagian sudah
lenyap. Dahulu dibagian selatan terdapat bangunan yang sekarang menjadi
kompleks yang terpisah, Pagelaran.
Pada zaman dahulu Alun-alun Lor digunakan
sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara kerajaan yang melibatkan
rakyat banyak. Di antaranya adalah upacara garebeg serta sekaten, acara
watangan serta rampogan macan, pisowanan ageng, dan sebagainya. Sekarang tempat
ini sering digunakan untuk berbagai acara yang juga melibatkan masyarakat
seperti konser-konser musik, kampanye, rapat akbar, tempat penyelenggaraan
ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk sepak bola warga sekitar dan
tempat parkir kendaraan.
Kerajinan Gerabah Kasongan
Pada masa penjajahan Belanda, di salah
satu daerah selatan Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan bahkan
menakutkan warga setempat dengan ditemukannya seekor kuda milik Reserse Belanda
yang mati di atas tanah sawah milik seorang warga. Karena takut akan hukuman,
warga tersebut melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal
ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun akhirnya diakui
oleh penduduk desa lain. Akibat dari tidak memiliki tanah persawahan lagi,
warga setempat akhirnya memilih menjadi pengrajin keramik untuk mainan dan
perabot dapur hingga kini. Hal ini terungkap dalam hasil wawancara Prof.
Gustami dkk dengan sesepuh setempat pada tahun 1980-an.
Daerah itulah yang kita kenal dengan nama
Kasongan hingga hari ini. Sebuah desa di Padukuhan Kajen yang terletak di
pegunungan rendah bertanah gamping. Berjarak 15-20 menit berkendara dari pusat
kota.
Desa Kasongan merupakan wilayah pemukiman
para kundi, yang berarti buyung atau gundi (orang yang membuat sejenis buyung,
gendi, kuali dan lainnya yang tergolong barang dapur juga barang hias).
"Berawal dari keseharian nenek moyang
yang mengempal-ngempal tanah yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu
mulai membentuk-bentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi
mainan anak-anak atau barang keperluan dapur. Akhirnya kebiasaan itu mulai
diturunkan hingga generasi sekarang" tutur Pak Giman, salah satu pekerja
di sanggar Loro Blonyo.
Berkunjung ke desa Kasongan, wisatawan
akan disambut dengan hangat oleh penduduk setempat. Sekedar melihat-lihat ruang
pajang atau ruang pamer yang dipenuhi berbagai hasil kerajinan keramik. Dan
jika tertarik melihat pembuatan keramik, wisatawan dapat mengunjungi beberapa
galeri keramik yang memproduksi langsung kerajinan khas itu di tempat. Mulai
dari penggilingan, pembentukan bahan menggunakan perbot, penjemuran produk yang
biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian
dibakar, sebelum akhirnya di-finishing menggunakan cat tembok atau cat genteng.
Bekerja secara kolektif, biasanya sebuah
galeri adalah usaha keluarga secara turun temurun. Meski sekarang pembuatan
keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak
keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi.
a. Sentuhan Desain Modern
Pada awalnya keramik ini tidak memiliki
corak sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para
pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda
pengangkut gerabah atau gendeng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di
atas kuda, selain dari motif katak, jago dan gajah.
Seiring perkembangan, dengan masuknya
pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media, setelah pertama kali
diperkenalkan tentang Kasongan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan
sentuhan seni dan komersil serta dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid
Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka
motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut
keinginan seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya. Jenis
produksi sendiri sudah mencakup banyak jenis. Tidak lagi berkutat pada mainan
anak-anak (alat bunyi-bunyian, katak, celengan) serta keperluan dapur saja
(kuali, pengaron, kendil, dandang, kekep dan lainnya). Memasuki gapura
Kasongan, akan tersusun galeri-galeri keramik sepanjang bahu jalan yang menjual
berbagai barang hias. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari
asbak rokok kecil atau pot bunga yang tingginya mencapai bahu orang dewasa.
Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang
yang hanya sekedar menjadi pajangan.
b. Patung Keramik Loro Blonyo
Salah satu keramik pajangan yang cukup
terkenal adalah sepasang patung pengantin yang sedang duduk sopan. Sepasang
patung ini dikenal dengan sebutan Loro Blonyo yang pertama kali dibuat oleh
sanggar Loro Blonyo milik pak Walujo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung
pengantin milik Kraton Yogyakarta. Secara pengartian Jawa, Loro berarti dua
atau sepasang, sementara Blonyo bermakna dirias melalui prosesi pemandian dan
didandani. "Akan tetapi makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi
pertanyaan para pekerja di Kasongan" ungkap Pak Giman.
Adanya kepercayaan patung Loro Blonyo akan
membawa hoki dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di
dalam rumah, menurut penuturan Pak Giman pada YogYES, justru membawa pengaruh
positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. Sementara beberapa
wisatawan manca negara yang menyukai bentuknya, memesan khusus dengan berbagai
bentuk seperti penari, pemain gitar, pragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya
pun tidak lagi memakai pakem Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa
negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand. Beberapa galeri
keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang masih terus
diproduksi dengan beberapa bentuk yang berbeda-beda.
c. Desa Wisata
Semenjak akhir abad ke 20, setelah
Indonesia mengalami krisis, kini di Kasongan wisatawan dapat menjumpai berbagai
produk selain gerabah. Masuknya pendatang yang membuka galeri di Kasongan
adalah salah satu pengaruhnya. Produk yang dijual juga masih termasuk kerajinan
lokal seperti kerajinan kayu kelapa, kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau
kerajinan kerang. "Yang namanya usaha itukan mengikuti arus dan
perkembangan, melihat peluang yang ada" kata Pak Giman. Akan tetapi
kerajinan gerabah tetaplah menjadi tonggak utama mata pencaharian warga
setempat. "Udah bakatnya, lagian tidak punya kemampuan lain. Lha wong
paling tinggi pendidikan kita SLTA, itupun beberapa" tambahnya.
Kerajinan keramik dengan berbagai bentuk
dan motif yang modern bahkan artistik, dan berbagai kerajinan lainnya sebagai
tambahan adalah daya tarik Kasongan saat ini. Sebuah tempat wisata penuh cerita
serta barang indah hasil keahlian tangan penduduk setempat mengaduk tanah liat.
KSM Rukun Manunggal
Kelompok Swadaya Masyarakat atau biasa disingkat
(KSM) Rukun Manunggal merupakan salah satu KSM dampingan Yayasan Insan Sembada
(YIS) di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Kelompok ini
beranggotakan beberapa pengrajin rumah tangga yang ada di desa tersebut.
Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten
Klaten secara umum merupakan wilayah agraris. Namun demikian sebagian anggota
masyarakatnya juga mempunyai usaha-usaha ekonomi produktif alternatif. Salah
satu usaha ekonomi produktif yang menonjol adalah usaha handy craft yang
diproduksi oleh pengrajin rumah tangga (Home Industry). Usaha home
industry ini menggunakan bahan baku pilihan dan merupakan usaha recycle, reuse
dan reduce yang sangat baik sekali untuk mendukung upaya global untuk
melestarikan lingkungan dan mengurangi dampak global warmning. Dalam
pengerjaannya, para perajin sangat mengutamakan kualitas dan kepuasan bagi para
pelanggannya tanpa meninggalkan aspek efisiensi usaha dan keberlanjutan usaha
perajin.
JENIS PRODUK
Beberapa produk unggulan home industri yang di
produksi oleh perajin misalnya tas, wayang, kerajinan tanduk, dompet, tas
laptop, dompet pensil, kipas, kerajinan pande besi, souvenir pernikahan, dll.
Produk-produk tersebut ditawarkan dengan harga yang menarik dan bersaing,
dengan layanan kualitas produk yang prima dari para perajin.
LINK PEMASARAN
- Produk kerajinan tanduk, pemasaran sudah ke Solo, Sumatera, dan Magelang.
- Produk kipas, pemasaran sudah ke Solo, Sumatera, Magelang, dan Semarang.
- Produk peralatan dapur, pemasaran sudah ke Irian jaya, Sragen, Purwodadi dan kebanyakan masih disekitar wilayah Klaten.
- Produk tas, pemasaran masih di sekitar wilayah Klaten.
- Produk dompet, pemasaran sudah ke Solo, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Sumatera dan Magelang.
- Produk wayang, pemasaran sudah ke Jakarta, Bandung, Purwokerto, Jawa Timur, Yogyakarta, Solo, Wonogiri dan Sukoharjo.
PT Sri Rejeki Isman Textil (SRITEX)
a.
SEJARAH BERDIRINYA PT SRI REJEKI ISMAN TEXTIL (SRITEX)
Dengan mengandalkan usaha
untuk selalu melakukan inovasi, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) mengembangkan
dirinya dari industri tradisional menjadi sebuah industri tekstil-garmen
terintegrasi yang mengaplikasikan teknologi dan mesin produksi tercanggih.
Sritex memulai usaha dari sebuah usaha dagang bernama “Sri Redjeki” yang
didirikan pada tahun 1966 (di pasar Klewer, Solo-Jawa Tengah, Indonesia).
Di tahun 1968, usaha dagang
kecil ini berkembang pesat dan memproduksi kain kelantang dan celup di pabrik
pertamanya di Solo pada tahun 1968. Sritex mengembangkan kapasitas produksinya
di tahun 1982 dengan menambah fasilitas pemintalan dan penenunan.
Pada saat ini, pabrik
tekstil-garment Sritex beroperasi dengan 4 unit Spinning, 5 unit Weaving, 3
unit Dying/printing/finishing, dan 6 unit Garmen. Sritex beroperasi di atas
lahan seluas lebih dari 100 hektar dan mempekerjakan sekitar 13.500 karyawan.
Kapasitas produksi Sritex
tidak hanya terbatas pada produk seragam militer. Sritex memproduksi
perlengkapan militer untuk negara-negara di seluruh penjuru dunia. Prestasi PT
SRITEX tidak hanya meliputi aspek bisnis semata. Sritex telah empat kali
memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas prestasinya di
beberapa kategori berikut:
·
Penyelenggaraan
Upacara Bendera dengan jumlah partisipan terbanyak (1995) dan sebagai
perusahaan yang paling rutin mengadakan upacara bendera setiap bulan di tanggal
17 (2007).
·
Mendesain
lebih dari 300.000 motif kain (2007).
·
Memproduksi
seragam militer untuk 16 negara (2007).
b. VISI DAN MISI PT SRI REJEKI ISMAN
TEXTIL (SRITEX)
Menjadi mitra paling inovatif dalam menyediakan produk dan layanan paling berkualitas untuk keperluan militer, lembaga pemerintahan dan swasta.
·
Menggunakan
teknologi moderen yang mampu menghasilkan produk dan layanan berkualitas tinggi
untuk memenuhi berbagai kebutuhan klien.
·
Menjadi
sebuah perusahaan yang berorientasi kepada keuntungan dan pertumbuhan bagi para
pemangku kepentingan.
·
Menciptakan
lingkungan tenaga kerja yang kondusif dan efektif dengan cara membangun budaya
perusahaan yang selalu berusaha keras dalam mengembangkan diri dan integrasi
yang bersinergi.
·
Memberikan kontribusi dalam
pengembangan bidang ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar.
b. PROSES
PRODUKSI DAN INOVASI DARI PT SRI REJEKI ISMAN TEXTIL (SRITEX)
Inovasi yang dilakukan pada PT SRI REJEKI ISMAN bukan hanya
dibidang produksinya tapi juga dibidang peralatan, bahan baku serta teknologi
yng digunakan dalam melakukan proses produksi.
1.
Sebagai perluasan dari sistem produksi
tekstil-garmen yang terintegrasi, Sritex mengoperasikan 6 unit garmen dengan
130 lini produksi garmen yang dilengkapi dengan mesin jahit otomatis
terkomputerisasi, perlengkapan finishing dan pressing garmen, dan juga sistem
pattern and marker terkomputerisasi. Perlengkapan-perlengkapan ini dioperasikan
oleh lebih dari 5,000 operator yang sangat terlatih. Sehingga kami mampu
memproduksi lebih dari 12 juta pakaian per tahun.
Divisi Printing, dyeing and finishing tekstil mampu memproduksi
beragam cetakan loreng dengan berbagai metode dan finishing.
Ragam Produk:
ü Kain jadi termasuk 100% Rayon dan Blended Suiting, Denim Katun,
100% Polyester Georgette dan 100% Katun Mercerized
ü Kain loreng untuk militer
ü Kain Stretch dengan Lycra
ü Kain Dobby dan Jacquard
Kain jadi:
ü Lebar beragam, dari 36" sampai dengan 63"
Metode:
Ø Disperse reactive
Ø Disperse VAT
Ø Pigment
Finishing:
Mercerized, Calendarized, Sanforized, Chintz-finished, Pre/Post cure, Peach-skin feel, Efek Anti kerut, Tahan Air, Anti serangga, Tahan Api, Anti Noda, Anti infra merah dan mampu menyerap keringat
Mercerized, Calendarized, Sanforized, Chintz-finished, Pre/Post cure, Peach-skin feel, Efek Anti kerut, Tahan Air, Anti serangga, Tahan Api, Anti Noda, Anti infra merah dan mampu menyerap keringat
Kapasitas
Produksi
Sritex
memproduksi berbagai jenis kain dyed dan printed dengan kapasitas total
produksi tahunan mencapai 120.000. 000
yard.
Sritex secara terus menerus
berusaha meningkatkan produksinya dengan selalu menggunakan teknologi dan
mesin-mesin terbaru. Pada saat ini Sritex mengoperasikan fasilitas paling
moderen dalam proses spinning sampai garmen di Indonesia.
Ragam Produk:
·
Benang
Rayon: Ne 16`s sampai dengan Ne 40`s
·
Benang
Polyester and Blended: Ne 10`s sampai dengan Ne 40`s`s
·
Benang
Cotton Combed: Ne 16`s sampai dengan Ne 30`
·
Benang
Cotton Carded: Ne 16`s sampai dengan Ne 30`s
·
Benang Open
end Carded Cotton: Ne 6`s sampai dengan Ne
12`s
·
Benang Stretch
dengan Lycra
·
Produk
Benang Double segala kualitas
Kapasitas Produksi:
145,000 bal per tahun (1 bale = 181,4 kg) = 26,303 ton/tahun
Divisi tekstil Weaving
memiliki teknologi yang mampu memproduksi berbagai jenis kain dengan struktur
konstruksi ringan, medium dan berat.
Gaya Pemintalan:
Plain, Twill, Broken-Twill, Poplin, Rip-Stop, Canvas, Dobby,
Jacquard, Herringbone, Sateen
Ragam Produk:
·
Kain Rayon,
Katun, T/C and Blended Spun lebar finishing dari 36" sampai dengan
63"
·
Katun dan
T/C Twills dari 44" sampai dengan 63"
·
100% Spun
Polyester, Single-Georgette, Tissued Faille, dan Crinkle Georgette
·
Kain loreng
untuk militer
·
Kain
Stretch dengan Lycra
·
Kain Dobby
dan Jacquard
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi total adalah 120.000.000 meter kain Greige per
tahun
d.
INOVASI PRODUK YANG DIHASILKAN
1.
Inovasi dengan tingkat
akurasi dan kompetensi yang tinggi sangat diperlukan dalam menyediakan seragam
untuk militer, pegawai negeri sipil dan kebutuhan profesional. Sritex mampu
menyediakan berbagai macam seragam dari kaos sampai rompi balistik anti peluru.
·
Kaos
·
Coverall
·
Rompi
2.
Selain seragam, Sritex juga
mampu menyediakan berbagai perlengkapan lapangan dengan bahan dasar tekstil.
Inovasi kami mampu memenuhi kebutuhan klien akan produk berkualitas tinggi
dengan bahan-bahan yang tahan lama dan mudah disesuaikan dengan berbagai
aktifitas dan kondisi lapangan.
·
Handuk
·
Topi
·
Sepatu
3.
Dengan ragam bahan kain dan
kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, Sritex mampu menembus industri
mode internasional dan melayani klien-klien terkenal seperti JC Penny, Sears,
Wal-Mart, Timberland, GUESS, Quicksilver, Gymboree, Charles Vogele, Okaidi,
Zara, dll.
Sritex juga menyediakan
produk-produk untuk kebutuhan profesional (industri dan korporat).
e.
FASILITAS YANG DISEDIAKAN PT SRI REJEKI ISMAN TEXTIL (SRITEX)
1. Bagi Karyawan
·
Makan siang
gratis bagi seluruh karyawan
·
Fasilitas
Poliklinik di dalam area pabrik yang selalu siap siaga
·
Fasilitas
olah raga dan rekreasi yang telah menjadi kebanggaan dan pusat kegiatan para
karyawan.
Sritex rutin menggelar upacara bendera
yang diikuti oleh seluruh manajemen dan karyawan tanpa terkecuali. Hal ini
adalah salah satu keunikan budaya perusahaan yang ditujukan untuk memperkuat
hubungan antara manajemen dan karyawan.
2.
Perlindungan terhadap
ekologi adalah kunci utama dibalik inovasi Sritex dalam mengelola fasilitas
pengolahan limbah. Sritex terus mengembangkan inovasi di bidang teknologi
pengolahan limbah untuk mendukung pengolahan sisa limbah sesuai dengan
peraturan internasional mengenai lingkungan.
3.
Sritex memberikan begitu banyak kontribusi bagi
peningkatan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat sukoharjo dan sekitarnya. Hal
tersebut dilakukan dengan cara turut mendukung adanya penyediaan fasilitas umum
seperti sistem irigasi, listrik, jalan, sekolah dan lain sebagainya.
Kerajinan Kulit Manding
a.
Sejarah
Kerajinan
kulit Manding pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1970an hingga 1980an.
Walaupun tidak sejaya dulu, tetapi saat ini kerajinan kulit Manding masih
menjadi sentra desa wisata kerajinan kulit di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Kawasan Manding memiliki sekitar 40 usaha kulit tradisional yang dikerjakan
oleh ratusan warga sekitar. Kawasan Manding bisa disamakan dengan kawasan
Cibaduyut yang berada di Bandung Jawa Barat.
b.
Lokasi
Desa
Wisata Kerajinan Kulit Manding berada di persimpangan Jl. Parangtritis km 11,
atau tepatnya di Jl. DR Wahidin Sudiro Husodo, Manding, Sabdodadi,
Bantul, sekitar 15 km dari pusat kota Jogja ke arah selatan menuju Pantai
Parangtritis. Akses menuju Manding mudah karena Jalan Parangtritis ini dilalui
oleh banyak kendaraan umum seperti bis. Atau jika mengendarai kendaraan
pribadi, maka perjalanan ke Manding akan lebih mudah.
c. Belanja Kerajinan Kulit di
Manding
Kawasan
Manding dihuni oleh deretan showroom yang jumlahnya ada sekitar 40.
Showroom-showroom ini menjual aneka produk kerajinan kulit dengan memberdayakan
warga setempat sebagai pekerjanya. Setiap showroom biasanya mempekerjakan
sejumlah karyawan sehingga dapat melayani pembeli dengan maksimal. Showroom di
kawasan Manding ini buka setiap hari mulai dari pagi hingga malam hari. Karena
jarak antarshowroom yang berdekatan, maka Anda bisa mengunjungi semua showroom
dengan hanya berjalan kaki.
Produk-produk
kerajinan kulit yang dihasilkan oleh kawasan manding ini adalah seperti jaket,
sepatu, sandal, tas, ikat pinggang, dompet, serta berbagai asesoris yang
terbuat dari kulit seperti pigura dan gantungan kunci. Kebanyakan produk
Manding berasal dari kulit sapi dan masih diproduksi secara rumahan. Untuk
membeli barang, Anda bisa melakukan proses tawar-menawar karena barang yang
dijual di Manding ini kebanyakan dapat ditawar lebih murah lagi.
Harganya
yang murah jika dibandingkan dengan harga-harga produk serupa di mal atau pusat
perbelanjaan, membuat kawasan Manding banyak diburu wisatawan yang ingin
membeli produk kerajinan kulit. Keistimewaan produk kerajinan kulit Manding
yang lainnya adalah kualitasnya yang bagus sehingga produknya bisa awet/ tahan
lama. Pembeli pun bisa memesan produk sesuai dengan keinginan.
Parang Tritis
Pantai
Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti dikunjungi, bukan cuma karena
merupakan pantai yang paling populer di Yogyakarta, tetapi juga memiliki
keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya, seperti Kraton
Yogyakarta, Pantai Parangkusumo dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27
kilometer dari pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian dari kekuasaan
Ratu Kidul.
Penamaan
Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri. Konon, seseorang bernama Dipokusumo
yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini
beratus-ratus tahun lalu untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan
air yang mengalir dari celah batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi
parangtritis, dari kata parang (=batu) dan tumaritis (=tetesan air). Pantai
yang terletak di daerah itu pun akhirnya dinamai serupa.
Pantai
Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan
dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan
Parangtritis. Pantai ini juga diyakini sebagai tempat bertemunya Panembahan
Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai menjalani pertapaan.
Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah hati sebagai penguasa
meskipun memiliki kesaktian.
Sejumlah
pengalaman wisata bisa dirasakan di pantai ini. Menikmati pemandangan alam
tentu menjadi yang paling utama. Pesona alam itu bisa diintip dari berbagai
lokasi dan cara sehingga pemandangan yang dilihat lebih bervariasi dan anda pun
memiliki pengalaman yang berbeda. Bila anda berdiri di tepian pantainya, pesona
alam yang tampak adalah pemandangan laut lepas yang maha luas dengan deburan
ombak yang keras serta tebing-tebing tinggi di sebelah timurnya.
Untuk
menikmatinya, anda bisa sekedar berjalan dari arah timur ke barat dan memandang
ke arah selatan. Selain itu, anda juga bisa menyewa jasa bendi yang akan
mengantar anda melewati rute serupa tanpa lelah. Ada pula tawaran menunggang
kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, anda bisa membicarakan dengan para penyewa
jasa.
Usai
menikmati pemandangan Parangtritis dari tepian pantai, anda bisa menuju arah
Gua Langse untuk merasakan pengalaman yang berbeda. Di jalan tanah menuju Gua
Langse, anda bisa melihat ke arah barat dan menyaksikan keindahan lain
Parangtritis. Gulungan ombak besar yang menuju tepian pantai akan terlihat
berwarna perak karena sinar matahari, dan akan berwarna menyerupai emas bila
sinar matahari mulai memerah atau menjelang senja.
Puas
dengan pemandangan alamnya anda bisa menikmati pengalaman wisata lain dengan
menuju tempat-tempat bersejarah yang terdapat di sekitar Pantai Parangtritis.
Salah satunya adalah Makam Syeh Bela Belu yang terletak di jalan menuju pantai.
Anda bisa naik melalui tangga yang menghubungkan jalan raya dengan bukit tempat
makam sakral ini. Umumnya, banyak peziarah datang pada hari Selasa kliwon.
Selesai
mengunjungi makam, anda bisa menantang diri untuk menuju Gua Langse, gua yang
harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 3 km dan melalui tebing setinggi 400
meter dengan sudut kemiringan hampir 900. Untuk memasuki gua yang juga sering
disebut sebagai Gua Ratu Kidul ini, anda harus meminta ijin pada juru kuncinya
terlebih dahulu. Menurut salah seorang penjaga Pantai Depok yang di waktu
mudanya sering menuruni gua, anda bisa melihat pemandangan laut selatan yang
lebih indah begitu berhasil memasuki gua.
Pada
tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Cina, anda bisa melihat prosesi upacara Peh
Cun di Parangtritis. Peh Cun, berasal dari kata peh yang berarti dayung dan cun
yang berarti perahu, merupakan bentuk syukur masyarakat Tioghoa kepada Tuhan.
Perayaan ini juga bermaksud mengenang Khut Gwan (Qi Yuan), seorang patriot dan
sekaligus menteri pada masa kerajaan yang dikenal loyalitasnya pada raja hingga
ia difitnah oleh rekannya dan memilih bunuh diri.
Perayaan
Peh Cun di Parangtritis tergolong unik karena tidak diisi dengan atraksi
mendayung perahu berhias naga seperti di tempat lain, tetapi dengan atraksi
telur berdiri. Atraksi dimulai sekitar pukul 11.00 dan memuncak pada pukul
12.00. Pada tengah hari, menurut kepercayaan, telur bisa berdiri tegak tanpa
disangga. Namun, begitu memasuki pukul 13.00, telur akan terjatuh dengan
sendirinya dan tak bisa didirikan lagi.
a.
Sejarah
Sejarah
nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian dari
Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan ini.
Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari
celah-celah batu karang (parang). Kemudian ia memberi nama daerah tersebut
Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu.
Pantai
Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri
dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri.
Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah
kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut
mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang
berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain
sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan
sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat
setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi,
Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk
bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara
Labuhan dari Keraton Jogjakarta.
b.
Keistimewaan
Parangtritis
adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona dikombinasikan dengan bukit
berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam. Pantai Parangtritis yang
cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik pemandangan alamnya maupun
kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu membawa kayu dan bambu menuju
darat yang mungkin berasal dari pantai lain di dekatnya. Beberapa kayu diambil
dan dibawa oleh penduduk setempat untuk kemudian digunakan di rumah mereka
sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan sebuah kawasan wisata yang sempurna
untuk menikmati matahari tenggelam (sunset) yang sangat romantis.
Komplek
yang termasuk kawasan wisata Pantai Parangtritis meliputi: Pantai Parangtritis,
Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Dataran Tinggi Gembirowati, Petilasan
Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana Magribi, Makam Syeh
Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan
Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo terdapat kolam permandian air panas
(belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Kolam ini
diketemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya komplek
kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional (Queen of South), serta
penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda, dan motor ATV (All-terrain Vechile),
juga para penjual jagung bakar dan jajanan-jajanan tradisional lainnya di
Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah ini.
Anda juga
dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di sisi utara Pantai
Parangtritis. Di sana
banyak tersedia warung-warung kecil yang menawarkan pemandangan pantai yang
menakjubkan dari atas bukit. Sambil menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan
ringan khas, Anda dapat merasakan angin pantai yang kencang berhembus sambil
menyaksikan pemandangan sepanjang garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua
dari atas bukit tersebut. Jika Anda menginginkan medan yang lebih menantang,
Anda bisa juga mengungjungi Bukit Parangndog, yang terletak di sebelah timur
Pantai Parangtritis, pada perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Gunungkidul. Di Bukit Parangndog ini, terdapat sebuah tempat yang dikhususkan
untuk olahraga paralayang dan gantole. Untuk mencapai kawasan tersebut medannya
cukup berat dan menantang, namun sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas
dengan pemandangan samudera luas tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok
sebagai tempat untuk menanti matahari tenggelam. Selain itu, Anda juga akan
disambut oleh warung sederhana dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di
situ juga merupakan tempat parkir motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke
atas diantara bebatuan kapur, Anda akan mencapai tempat yang digunakan untuk
take off gantole.
c.
Lokasi dan Fasilitas
Kawasan
wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek,
Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan Kota Jogjakarta
dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari arah Kota
Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus
Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan
jalur utama yang biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya.
Jalur yang kedua adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Jalur
ini memang lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang juga jauh lebih
indah dan menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit tersebut (jangan
khawatir karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata Anda akan
dimanjakan dengan areal persawahan yang luas menghijau, sungai yang mengalir
indah, serta deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa menyaksikan
pemandangan pohon-pohon yang menghijau dari bukit-bukit di bawahnya. Udara
dijamin sangat sejuk dan segar, terlebih jika Anda pergi pada waktu pagi hari
atau sore hari. Selain itu Anda juga akan melewati lokasi Makam Raja-Raja
Imogiri.
Fasilitas di kawasan wisata ini sudah
cukup lengkap. Di sekitar pantai, terdapat banyak sekali hotel dan penginapan
dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di
atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar
kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan
oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warung-warung
makan. Khusus mengenai makanan, sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner
di Pantai Depok yang menyediakan ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung
dibeli dan dimasak di tempat, dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat.
Anda bisa membeli berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus
menyediakan tempat makan lesehan, nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis
minuman termasuk kelapa muda segar) di warung-warung yang berjejer di sepanjang
Pantai Depok. Menyantap seafood segar dan fresh from the kitchen ditemani
sebutir kelapa muda sambil menyaksikan pemandangan laut sungguh merupakan
pengalaman tak terlupakan. Dan jangan khawatir soal harga, karena harga seafood
segar dan mantap di Pantai Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai
Depok juga terdapat pasar tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas
pantai, seperti ikan goreng, undur-undur goreng, peyek ikan , dan sebagainya.
Tersedia juga di sini rujak (buah-buahan segar dengan bumbu manis pedas) dengan
harga yang sangat terjangkau.
Kawasan wisata Pantai Parangtritis juga
menyediakan lahan parkir yang luas dan penyewaan kamar mandi. Sedangkan di
bibir pantai Anda bisa menyewa dokar (kereta kuda), motor ATV, kuda, maupun
paralayang yang sangat menantang adrenalin. Berfoto-foto di kawasan gumuk pasir
membuat Anda seolah-olah sedang berfoto-foto di gurun pasir di Afrika, tak
heran tempat ini sering digunakan untuk foto-foto prewedding. Disarankan Anda
tidak berenang terlalu ke dalam, karena ombak Pantai Parangtritis cukup
berbahaya.
Tiket masuk kawasan wisata Pantai
Parangtritis (meliputi seluruh kompleks) adalah Rp. 3000, - per orang ditambah
biaya asuransi sebesar Rp. 250, - per orang. Sedangkan retribusi untuk sepeda
motor adalah Rp. 500, -, mobil Rp. 1000, -, dan bus pariwisata Rp. 2000, -.
Untuk menyewa kuda atau dokar, Anda bisa membayar Rp. 20.000, - untuk satu kali
putaran bolak balik, dan untuk menyewa mobil ATV tarifnya adalah sekitar Rp.
50.000, - hingga Rp. 100.000, - per setengah jam.
UKM
Lurik
Kain lurik dengan motif garis-garis vertikal memanjang
merupakan salah satu nama besar yang lahir dari salah satu kecamatan di sudut
Kabupaten Klaten yang bernama Pedan. Dulu menurut cerita, lurik
menjadi salah satu primadona. Industri Lurik Pedan pernah
sangat berjaya kala itu, sekitar tahun 1950an hingga akhirnya sekarat karena
serbuan kain-kain dengan warna memikat serta murah.
Setelah beberapa masa terpuruk, kini lurik
mulai menggeliat. Program Lurikisasi yang diusung Pemkab Klaten
dengan mengeluarkan kebijakan agar karyawan Pemkab Klaten
mengenakan lurik Pedan sebagai seragam pada hari Kamis tentu
saja bukan hanya bisa mengangkat kembali nama lurik, tapi juga
potensi ekonomi lokal. Salah satu kebijakan diambil dengan cukup jeli. SALUT!
Kain Lurik Pedan dibuat dengan menggunakan bahan benang katun yang
ditenun dengan alat tenun tradisional (ATBM). Sedangkan untuk
proses pewarnaan dimulai dari benangnya, sehingga setelah benang ditenun
sempurna maka warna kain depan dan belakang adalah sama. Corak-corak dari lurik
sendiri cenderung vertikal memanjang. Namun corak tersebut tidak hanya monoton
begitu saja. Akhir-akhir ini banyak desain-desain menarik yang coba dikembangkan
oleh para pengrajin dengan desain motif yang tidak selalu berbentuk vertikal
lurus dan memanjang namun ada aplikasi-aplikasi lain yang membuat kain lurik
ini kian menarik.
Salah satu pengembangan dari kain
lurik adalah menambahkan batik di atas kain lurik
tersebut, sehingga terciptalah Lurik Batik yang unik sekaligus
memikat. Di gerai tersebut selain menjual berbagai macam kain lurik,
juga menyediakan pakaian jadi dengan bahan lurik. Saat itu, lebih memilih untuk membeli kain lurik
yang ditambakan batik untuk dibuat kemeja lengan panjang.
Candi
Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk
bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus
memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa
berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam
posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar
roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan
dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju
pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur
memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini
searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga
tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah
berwujud), dan Arupadhatu (ranah
tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian
lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah
yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur
ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan
Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari
keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak
saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan
pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas
upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar
Situs
Warisan Dunia.
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat
ziarah keagamaan; tiap tahun umat
Buddha yang datang dari
seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati
Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek
wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
a. Nama Borobudur
Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi juga digunakan secara lebih
luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa
Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian).
Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun memang nama asli dari
kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali
ditulis dalam buku "Sejarah
Pulau Jawa" karya Sir
Thomas Raffles. Raffles
menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada
dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya
naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha
yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.
Nama Bore-Budur, yang kemudian
ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris
untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro);
kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi
itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan
dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"–
maka bermakna, "Boro purba".Akan tetapi arkeolog lain beranggapan
bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti
gunung.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa
nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya
"gunung" (bhudara) di mana di
lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur
berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi
menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua
kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal
dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara
berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara
dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya
ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam
disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah
tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti
Karangtengah dan Tri
Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan
pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu
baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan
Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah
pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak)
oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang
disebut Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula
yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi
Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
b. Lingkungan sekitar
Terletak sekitar 40 kilometer
(25 mil) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur terletak di atas bukit pada dataran
yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya
terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran
perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua
sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah
timur. Menurut legenda Jawa, daerah yang dikenal sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap suci dalam
kepercayaan Jawa dan disanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena keindahan alam
dan kesuburan tanahnya.
c. Sejarah Pembangunan
Tidak ditemukan bukti tertulis yang
menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu
pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang
tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim
digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur
dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara
760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah,[20] yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan
waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan
raja Samaratungga pada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai
apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa
Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat,
akan tetapi melalui temuan prasasti
Sojomerto menunjukkan
bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah
dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir,
letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi
Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan
candi-candi di Dataran
Prambanan, meskipun
demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima
tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.
Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk
Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk
membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran
menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi
Tara, sebagaimana
disebutkan dalam Prasasti
Kalasan berangka tahun
778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat
Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan
dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai
pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat
persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang
menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di
perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul mengenai
candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh
sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi
kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya
bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara
kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi
Siwa di Prambanan.
Tahapan pembangunan Borobudur
Para ahli arkeologi menduga bahwa
rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai
puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan berat ini
membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang Borobudur
memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan
stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut adalah
perkiraan tahapan pembangunan Borobudur:
- Tahap pertama: Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
- Tahap kedua: Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
- Tahap ketiga: Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
- Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
Goa Jatijajar, Kebumen
Goa
Jatijajar adalah Goa Alam yang terletak di desa Jatijajar, Kecamatan Ayah,
Kabupaten Kebumen. Goa ini terbentuk dari batu kapur dan telah diketemukan pada
tahun 1802 oleh seorang petani yang memiliki tanah diatas Goa tersebut yang
Bernama "Jayamenawi". Pada suatu ketika Jayamenawi sedang mengambil
rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu adalah sebuah
lobang ventilasi yang ada di langit-langit Goa tersebut. Lobang ini mempunyai
garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.
Soal
asal muasal Goa Jatijajar memang tidak banyak orang yang mengetahui secara
persis, ada dua versi mengenai asal usul Goa Jatijajar. Pertama, setelah
Jayamenawi menemukan gua, tak lama kemudian Bupati Ambal, salah satu penguasa
Kebumen waktu itu, meninjau lokasi tersebut. Saat mendatangi goa, dia menjumpai
dua pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar pada tepi mulut gua. Dari kisah
itu lalu ditemukan istilah Jatijajar, dari kata jati yang sejajar.
Versi
kedua, saat Kamandaka dikejar-kejar, dari dalam gua ia menyebutkan jati
dirinya. Ia mengaku sebagai putra mahkota Pajajaran. Dari kisah itu muncul kata
sejatine (sebenarnya) dan Pejajaran. Nama Gua Jatijajar lalu terkenal hingga
saat ini.
Dari
sejumlah tempat wisata di Kabupaten Kebumen, Goa Jatijajar masih menjadi
primadona. Terletak 21 km sebelah barat daya Kecamatan Gombong setiap tahun
ramai dikunjungi pengunjung terutama saat liburan sekolah atau hari raya
Lebaran. Pengunjung yang datang tak selalu dari masyarakat di sekitar Kebumen.
Mereka ada pula yang datang dari kota-kota besar di Indonesia, yang tujuannya
ingin mengetahui pesona alam di dalam perut bumi.
Goa
Jatijajar berada di kaki pegunungan kapur yang memanjang dari utara dan
ujungnya di selatan menjorok ke laut berupa sebuah tanjung. Objek wisata ini
sungguh sangat menarik. Sebagaimana umumnya objek wisata lain di Indonesia,
yang hampir selalu menyimpan legenda, Goa Jatijajar pun tak terkecuali.
Menurut
cerita rakyat, Goa Jatijajar ini pada jaman dahulu merupakan tempat bersemedi
Raden Kamandaka, yang kemudian mendapat wangsit. Cerita Raden Kamandaka ini
kemudian dikenal dengan legenda Lutung Kasarung.
Visualisasi
dari legenda tersebut dapat kita lihat dalam diorama yang ada di dalam goa.
Ketika masuk ke dalam ada rasa degdegan. Betapa tidak! Karena merasa seperti
masuk ke dalam mulut binatang purba Dinosaurus yang gelap dan lembab. Namun
rasa cemas itu segera sirna, sebab ruangan diterangi oleh lampu listrik dari ujung
ke ujung. Meski mulut goa cukup lebar, namun ruang perut dinosaurus lebih lebar
lagi. Pada langit-langit terdapat sebuah lubang sebagai ventilasi. Di
tengah-tengah terdapat kursi melingkar tempat duduk pengunjung sambil menikmati
indahnya ornamen stalagtit dan stalagnit serta diorama legenda Lutung Kasarung.
Banyak
keistimewaan yang ditawarkan dari obyek wisata Gua Jatijajar. Di dalam goa
terdapat sungai bawah tanah yang masih aktif. Ada juga dua sendang, yakni
Sendang Kantil dan Sendang Mawar. Di dua sendang yang bisa didekati pengunjung
itu masih dipercayai, yang mau membasuh muka dengan air sendang bisa awet muda.
Aliran
air dari Sendang Mawar melewati lubang sempit hingga tembus luar goa. Namun
pada dasar Sendang Kantil dijumpai lubang sempit memanjang, sehingga menelusuri
goa itu harus melalui penyelaman. Masih ada lagi dua sendang, yakni Sendang
Jombor dan Puserbumi. Kedua sendang ini dikeramatkan. Hanya dengan izin
pengelola, lorong goa itu boleh dilalui. Orang tertentu yang punya keinginan,
dengan menaruh sesaji di sendang itu, konon akan dikabulkan doanya.
Objek
Wisata Goa Jatijajar sangat identik dengan Objek Wisata Budaya, karena Goa
Jatijajar ada hubungannya dengan sebuah cerita legenda Raden Kamandaka seorang
putera makhkota Kerajaan Pajajaran yang bernama asli Banyak Cokro atau Banyak
Cakra, yang lebih terkenal sebuah cerita legenda Lutung Kasarung.
a. Sejarah
Gua ini
ditemukan oleh seorang petani yang memiliki tanah di atas Gua tersebut yang
Bernama "Jayamenawi". Pada suatu ketika Jayamenawi sedang mengambil
rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu adalah sebuah
lobang ventilasi yang ada di langit-langit Gua tersebut. Lobang ini mempunyai
garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter.
Pada mulanya pintu-pintu Gua masih
tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang,
ketemulah pintu Gua yang sekarang untuk masuk. Karena di muka pintu Gua ada 2
pohon jati yang besar tumbuh sejajar, maka gua tersebut diberi nama Gua
Jatijajar (Versi ke I).
b. Sungai dan mitos
Di dalam
Gua Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sungai atau sendang, tetapi yang data dicapai
dengan mudah hanya 4 (empat) sungai yaitu:
- Sungai Puser Bumi
- Sungai Jombor
- Sungai Mawar
- Sungai Kantil
Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon
airnya mempunyai khasiat dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut
kepercayaan masing-masing. Sedangkan Sungai Mawar konon airnya jika untuk mandi
atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil jika
airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan mudah tercapai.
Pada saat ini yang telah dibangun baru Sendang
Mawar dan Sendang Kantil, Sedangkan Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi masih
alami dan masih belum ada penerangan serta licin.
c. Obyek wisata
Pada tahun
1975 Gua Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi Objek Wisata. Adapun
yang mempunyai ide untuk mengembangkan atau membangun Gua Jatijajar yaitu Bapak
Suparjo Rustam sewaktu menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sedang pada waktu itu yang
menjadi Bupati Kebumen adalah Bapak Supeno Suryodiprojo.
Untuk
melancarkan dan melaksanakan pengembangan Gua Jatijajar ditunjuk langsung oleh
Bapak Suparjo Rustam cv.AIS dari Yogyakarta, sebagai pimpinan dari cv.AIS
adalah Bapak Saptoto, seorang seniman deorama yang terkenal di Indonesia.
Sebelum Pemda Kebumen melaksanakan pembagunan Gua Jatijajar, terlebih dahulu
Pemda Kebumen telah mengganti rugi tanah penduduk yang terkena lokasi
pembangunan Objek Wisata Gua Jatijajar Seluas 5,5 hektar.
Setelah Gua
Jatijajar dibangun maka pengelolanya dikelola oleh Pemda Kebumen. Sejak Gua
Jatijajar dibangun, di dalam Gua Jatijajar sudah ditambah dengan bangunan-bangunan
seni antara lain: pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, trap-trap beton
untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Gua
Jatijajar serta pemasangan patung-patung atau deorama.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
a.
UPT Cibaduyut
Cibaduyut memiliki
keunikan dalam kaitan budaya yang menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif
dari keragaman produk alas kaki yang selalu mengikuti perkembangan jaman.
Kemampuan mengembangkan kluster industri dan perdagangan alas kaki yang
menghasilkan produk yang tidak lekang dengan waktu, menjadikan Cibaduyut
memiliki brand images sebagai sentra alas kaki unggulan di Jawa Barat.
Akibatnya, lokasi sentra ini tidak pernah sepi dengan pengunjung yang berasal
dari dalam dan luar Jawa Barat, untuk berbelanja, berwisata dan berbisnis.
Keberadaan sentra ini menjadikan kota Bandung sebagai ikon pusat sentra
industri dan perdagangan alas kaki.
b.
Kraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.
Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari
raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari
segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang
terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang
luas.
c.
Kerajinan Gerabah
Kasongan
Desa Kasongan merupakan wilayah pemukiman
para kundi, yang berarti buyung atau gundi (orang yang membuat sejenis buyung,
gendi, kuali dan lainnya yang tergolong barang dapur juga barang hias). "Berawal
dari keseharian nenek moyang yang mengempal-ngempal tanah yang ternyata tidak
pecah bila disatukan, lalu mulai membentuk-bentuknya menjadi berbagai fungsi
yang cenderung untuk jadi mainan anak-anak atau barang keperluan dapur.
Akhirnya kebiasaan itu mulai diturunkan hingga generasi sekarang" tutur
Pak Giman, salah satu pekerja di sanggar Loro Blonyo.
d.
KSM Rukun Manunggal
Kelompok Swadaya Masyarakat atau biasa disingkat
(KSM) Rukun Manunggal merupakan salah satu KSM dampingan Yayasan Insan Sembada
(YIS) di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Kelompok ini
beranggotakan beberapa pengrajin rumah tangga yang ada di desa tersebut. Desa
Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten secara umum merupakan wilayah
agraris. Namun demikian sebagian anggota masyarakatnya juga mempunyai
usaha-usaha ekonomi produktif alternatif. Salah satu usaha ekonomi produktif
yang menonjol adalah usaha handy craft yang diproduksi oleh pengrajin rumah
tangga (Home Industry). Usaha home industry ini menggunakan bahan baku
pilihan dan merupakan usaha recycle, reuse dan reduce yang sangat baik sekali
untuk mendukung upaya global untuk melestarikan lingkungan dan mengurangi
dampak global warmning.
e.
PT Sritex
Inovasi yang dilakukan pada PT SRI REJEKI ISMAN bukan hanya
dibidang produksinya tapi juga dibidang peralatan, bahan baku serta teknologi
yng digunakan dalam melakukan proses produksi. Kapasitas
produksi Sritex tidak hanya terbatas pada produk seragam militer. Sritex
memproduksi perlengkapan militer untuk negara-negara di seluruh penjuru dunia.
Prestasi PT SRITEX tidak hanya meliputi aspek bisnis semata. Sritex telah empat
kali memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
f.
Kerajinan Kulit Manding
Kerajinan kulit Manding pernah
mengalami masa kejayaan pada tahun 1970an hingga 1980an. Walaupun tidak sejaya
dulu, tetapi saat ini kerajinan kulit Manding masih menjadi sentra desa wisata
kerajinan kulit di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kawasan Manding memiliki
sekitar 40 usaha kulit tradisional yang dikerjakan oleh ratusan warga sekitar
g.
Parang Tritis
Pantai Parangtritis adalah salah satu pantai yang
mesti dikunjungi, bukan cuma karena merupakan pantai yang paling populer di
Yogyakarta, tetapi juga memiliki keterkaitan erat dengan beragam objek wisata
lainnya, seperti Kraton Yogyakarta, Pantai Parangkusumo dan kawasan Merapi.
Pantai yang terletak 27 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan
bagian dari kekuasaan Ratu Kidul. Penamaan Parangtritis memiliki kesejarahan
tersendiri. Konon, seseorang bernama Dipokusumo yang merupakan pelarian dari
Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini beratus-ratus tahun lalu untuk
melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari celah
batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, dari kata parang
(=batu) dan tumaritis (=tetesan air). Pantai yang terletak di daerah itu pun
akhirnya dinamai serupa.
h.
UKM Klaten Kain Lurik
Setelah beberapa masa terpuruk, kini lurik
mulai menggeliat. Program Lurikisasi yang diusung Pemkab Klaten
dengan mengeluarkan kebijakan agar karyawan Pemkab Klaten
mengenakan lurik Pedan sebagai seragam pada hari Kamis tentu
saja bukan hanya bisa mengangkat kembali nama lurik, tapi juga
potensi ekonomi lokal.
i.
Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk
bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus
memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa
berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam
posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar
roda dharma). Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai
tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju
pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur
memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini
searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga
tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah
berwujud), dan Arupadhatu (ranah
tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian
lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah
yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
j.
Goa Jati Jajar
Goa Jatijajar adalah Goa Alam yang terletak di desa
Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Goa ini terbentuk dari batu kapur
dan telah diketemukan pada tahun 1802 oleh seorang petani yang memiliki tanah
diatas Goa tersebut yang Bernama "Jayamenawi". Pada suatu ketika
Jayamenawi sedang mengambil rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata
lobang itu adalah sebuah lobang ventilasi yang ada di langit-langit Goa
tersebut. Lobang ini mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang
berada dibawahnya 24 meter.
Soal asal muasal Goa Jatijajar memang tidak banyak
orang yang mengetahui secara persis, ada dua versi mengenai asal usul Goa
Jatijajar. Pertama, setelah Jayamenawi menemukan gua, tak lama kemudian Bupati
Ambal, salah satu penguasa Kebumen waktu itu, meninjau lokasi tersebut. Saat
mendatangi goa, dia menjumpai dua pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar
pada tepi mulut gua. Dari kisah itu lalu ditemukan istilah Jatijajar, dari kata
jati yang sejajar.Versi kedua, saat Kamandaka dikejar-kejar, dari dalam gua ia
menyebutkan jati dirinya. Ia mengaku sebagai putra mahkota Pajajaran. Dari
kisah itu muncul kata sejatine (sebenarnya) dan Pejajaran. Nama Gua Jatijajar
lalu terkenal hingga saat ini.
2.
Saran
Dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan suatu
pengamatan yang secara langsung dilakukan oleh mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Metro khususnya Prodi Ekonomi. Dengan adanya kunjungan lapangan langsung
maka diharapkan kita semua dapat menambah wawasan, pengalaman, ilmu pengetahuan
dan masukan sehingga apa yang diperoleh dari kampus baik teori dan praktek itu
mempunyai perbedaan yang kelak akan berguna dalam penyampaian materi ekonomi
kepada peserta didik.
Lampiran 1
DOKUMENTASI
FOTO
1.
Cibaduyut
Di
UPT Cibaduyut
|
Salah
satu produk du UPT Cibaduyut
|
|
2.
Kraton Yogyakarta
Kebersamaan
di Karton Yogyakarta
|
Masuk
menuju Karton Yogyakarta
|
Kenang-kenangan
di Kraton Yogyakarta
|
Senyuman
di Kraton Ygyakarta yang penuh budaya
|
3.
Kerajinan Gerabah Kasongan
Salah
satu produk setengah jadi di kerajinan Gerabah Kasongan
|
Tempat
penjualan di Kerajinan Gerabah Kasongan
|
Kebersamaan
di kerajinan Gerabah Kasongan
|
Foto
bersama Ibunda Maryatun di Kerajinan Gerabah Kasongan
|
4.
KSM Rukun Manunggal
Acara
sambutan di KSM Rukun Manunggal
|
Bertanya
tentang proses produksi di KSM Rukun Manunggal
|
5.
Sritex Sukoharjo
Acara
sambutan di PT. Sritex
|
Foto
bersama karyawan PT Sritex
|
Kebersamaan
di PT. Sritex
|
Tempat
penjualan produk PT. Sritex
|
6.
Kerajinan Kulit Manding
Pintu
Masuk di Kerajinan kulit Manding
|
Salah
satu produk kerajinan kulit Manding
|
7.
Parang Tritis
Indahnya
kebersamaan di Parang Tritis
|
Udara
yang segar di Parang Tritis
|
8.
UKM Klaten Lurik
Mencoba
Alat Pembuatan kain Lurik
|
Alat
masih tradisional untuk Pembuatan kain lurik
|
9.
Candi Borobudur
Foto
bersama dosen di Candi Borobudur
|
Kebersamaan
di Candi Borobudur
|
10. Goa Jti Jajar
Keadaan
di dalam Goa Jati Jajar
|
Di
mulut Goa Jati Jajar
|
Kebersamaan
di Goa Jati Jajar
|
Di
Goa Jati Jajar
|
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar