PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN
AKTIVITAS BELAJAR
TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA
SMA NEGERI 3 METRO SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh :
FAJRI ARIF WIBAWA
NPM. 11210082
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah ........................................................................... 1
B.
Pembatas
Masalah .................................................................................... 9
C.
Rumusan
Masalah .................................................................................... 9
D.
Tujuan
Penelitian ..................................................................................... 10
E.
Kegunaan Penelitian ............................................................................... 10
F.
Asumsi
Penelitian .................................................................................... 11
G.
Ruang
Lingkup Penelitian ....................................................................... 12
H.
Definisi
Operasional Variabel ................................................................. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kecerdasan
Emosional.............................................................................
15
B.
Aktivitas
Belajar ...................................................................................... 22
C.
Hasil
Belajar ............................................................................................ 25
D.
Kerangka
Pikir dan Paradigma ................................................................ 33
E.
Hipotesis
.................................................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Perencanaan
Penelitian ............................................................................ 38
B.
Jenis-jenis
Variabel Penelitian ................................................................. 39
C.
Populasi
dan Sampel ............................................................................... 40
D.
Instrumen
Penelitian ................................................................................ 41
E.
Teknik
Pengumpulan Data ...................................................................... 44
F.
Teknik
Analisis Data ............................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat seutuhnya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,
pembangunan sudah selayaknya memperhatikan aspek-aspek sumber daya manusia
selain aspek sumber daya lainnya, sehingga manusia tidak hanya dianggap sebagai
sarana pembangunan tetapi juga sebagai pelaksanaan atau subjek pembangunan.
Keberhasilan suatu pembangunan sangat ditentukan oleh keberhasilan di
dalam merencanakan dan membangun sumber daya manusia yang erat hubungannya
dengan pembangunan dibidang pendidikan. Untuk itu, di dalam pembangunan
pendidikan merupakan usaha pembangunan seumber daya manusia yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terarah, dan terpadu sehingga kualitas sumber daya manusia
itu sendiri dapat diakselerasikan dengan sesuatu yang dibutuhkan oleh sektor
pembangunan.
Sesuai ketetapan yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa :
“Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mencapai tujuan tersebut, berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat baik melalui pendidikan formal, non formal, maupun in formal”.
Lembaga Pendidikan Formal
adalah semua bentuk pendidikan yang diadakan di sekolahan atau tempat tertentu,
teratur sistematis, mempunyai jenjang dan kurun waktu tertentu, serta
berlangsung dari mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, berdasarkan
aturan resmi yang ditetapkan. Pada umunya lembaga pendidikan formal adalah
tempat pendidikan yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan
dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan masyarakat.
Lembaga Pendidikan Non Formal
atau pendidikan luar sekolah adalah semua bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja, tertib dan terencana di luar kagiatan
persekolahan, bidang pendidikan non formal meliputi : Pendidikan Masyarakat,
Keolahragaan, Pembinaan Generasi Muda.
Pendidikan In Formal adalah
pendidikan yang berlangsung di luar sekolah yang tidak terorganisir ketat,
tidak terbatas waktu dan tanpa evaluasi. Pendidikan in formal ini terutama
berlangsung di tengah keluarga, namunmungkin jugaberlangsung di lingkungan
sekitar seperti pasar, terminal, tempat bermain, taman dan sebagainya.
Pendidikan merupakan peranan
penting, karena melalui pendidikan inilah akan dihasilkan manusia yang terampil
dan berkualitas. Pendidikan juga merupakan kebutuhan bagi manusia, karena
dengan pendidikan manusia memperoleh kesejahteraan hidupnya, dapat
mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat menciptakan berbagai ilmu
pengetahuan yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya.
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara, hal ini dinyatakan dalam pasal 1 Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan nasional
tersebut dapat dicapai melalui
pendidikan yang bermutu dengan memberikan kesempatan kepada peseta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya dengan penyediaan sarana pembelajaran yang dapat
mendukung hal tersebut. Proses pembelajaran yang berkualitas atau bermutu serta
penyediaan lingkungan belajar yang memadai harus disediakan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dalam bidang pendidikan.
Keberhasilan seorang guru
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya: tujuan pembelajaran, bahan
pelajaran, proses pembelajaran, metode pembelajaran, alat, sumber belajar,
media pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan
suatu cita-cita yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Penentuan
tujuan pembelajaran ini penting karena berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Dalam kenyataan masih banyak guru yang melaksanakan proses pembelajaran
yang belum membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP, atau membuat RPP jika sudah ditanyakan oleh
kepala sekolah atau wakil kurikulum.
Proses pembelajaran merupakan
interaksi pembelajaran yang terjadi ketikan proses pembelajaran berlangsung.
Interaksi pembelajaran terjadi secara maksimal bila terjadi antara guru dengan
semua peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik
dengan peserta didik, peserta didik dengan bahan dan media pembelajaran, bahkan
peserta didik dengan dirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bersama. Dalam kenyataan interaksi
pembelajaran yang terjadi hanya berlangsung antara guru dan murid atau masih konvensional.
Metode pembelajaran merupakan
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam proses pembelajaran metode pembelajaran sangat diperlukan
oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan baik, karena itu
penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam kenyaatan metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh
seorang guru masih menggunakan metode monoton dan tidak variatif.
Bukti bahwa seseorang telah
belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah
laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut yaitu
pengetahuan, emosional, pengertian, hubungan sosial, kebiasaan, jasmani,
ketrampilan, etis atau budi pekerti, apresiasi, dan sikap.
Tingkat keberhasilan belajar
siswa di sekolahan dipengaruhi oleh berbagai banyak hal, salah satunya adalah
kecerdasan emosional siswa yang sewaktu-waktu dapat berubah dan akan sangat
berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa di sekolah.
Cooper dan Sawaf, menyatakan
bahwa “emosi manusia adalah wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri
tersembunyi dan sensasi emosi”. Dari dua kutipan tersebut dapat dipahami bahwa
kecerdasan emosional berasal dari kata emosi yang artinya suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang manusia, emosi berarti perasaan dari lubuk hati,
naluri tersembunyi, dan sensasi emosi. Kecerdasan emosional sangat dipengeruhi
oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk
itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanan sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Menurut James O. Whittaker, belajar dapat
didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman (”Learning may be difined as the process by
which behavior originates or is altered through training or experience”).
Hampir senada dengan pendapat di atas, Howard L.
Kingsley menyatakan sebagai berikut: “Learning is the process by which behavior
(in the broader sense) is originated or changed through practice or training”
{Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau
diubah melalui praktek atau latihan}.
Belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku
individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Menurut Winarno Surakhmad (1980), belajar dapat
dipandang sebagai hasil, sebagai proses dan sebagai sebuah fungsi.
Belajar dipandang sebagai hasil bilamana guru terutama hanya melihat bentuk
terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. Yang diperhatikan adalah
menampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari. Adapun belajar
dipandang sebagai proses dimaksudkan adalah sebagai proses di mana guru
terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman
edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola
tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Selanjutnya, belajar
dipandang sebagai fungsi dimaksudkan adalah bilamana perhatian ditujukan pada
aspek-aspek yang menentukan atau yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah
laku manusia di dalam pengalaman edukatif.
Kecerdasan emosional adalah
suatu cara baru untuk membesarkan anak. Ketertarikan banyak orang pada
kecerdasan emosional memang dimulai dari perannya dalam membesarkan dan
mendidik anak, tetapai selanjutnya orang menyadari pentingnya konsep ini, baik
di lapangan kerja maupun dihampir semua tempat lain yang mengharuskan manusia
saling berhubungan termasuk dalam belajar. Untuk mengetahu kecerdasan emosional
seorang siswa, bukan dilihat dari kepintaran siswa saja melainkan seorang guru
terlebih dahulu harus mampu memehami karakteristik pribadi dari setiap diri
siswa tersebut. Kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan
sosial yang melibatkan kemampuan memenatau perasaan dan emosi, baik diri
sendiri maupun orang lain.
Aktivitas belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan
yang diharapkan dalam belajar. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa utnuk belajar. Adapun faktor yang
mempengaruhi aktivitas belajar siswa yaitu faktor endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen yaitu faktor yang berasal dari diri anak itu sendiri, seperti
minat, bakat, kemauan, sikap, motivasi, pembawaan dan kematangan. Faktor
eksogen yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak, seperti faktor
lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan faktor lingkungan
masyarakat.
Emosi dan aktivitas yang
manjadi sorotan utama dalam hal ini menjadi pemula lancarnya proses kagiatan
pembelajaran di sekolah. Karena tingkat emosi dan aktivitas seorang siswa
menjadi awal ketertarikan siswa terhadap suatu mata pelajaran yang disampaikan oleh
seorang guru, tingkat pemehaman siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan,
hingga hasil belajar yang akan diperleh siswa. Dengan memperhatikan emosi dan
aktivitas belajar siswa sebelum dan ketika pembelajaran dilaksanakan,
diharapkan mempu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Hasil belajar adalah penilaian
tingkat penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan proses pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai pada periode
tertentu.
Berdasarkan observasi yang
dilakukan penulis di SMA Negeri 3 Metro kelas XI, penulis dapat melihat
langsung bahwa peran guru dalam memperhatikan emosional dan aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung memberikan sumbangsih besar
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Setiap aktivitas yang dilakukan
siswa di kelas maupun di luar kelas sangat berpengaruh terhadap pembentukan
emosi siswa selama proses pembelajaran berlangsung, ini akan sangat berdampak
terhadap hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa setelah pembelajaran
berlangsung. Di sinilah peran guru sangat diperlukan guna memperbaiki emosi
siswa yang terbentuk sebelum proses pembelajaran, supaya siswa kembali siap dan
tertarik menerima materi pelajaran. Guru perlu melakukan refleksi berupa
permainan maupun sekedar tukar pikiran atau senda gurau dengan siswa untuk
menjalin keharmonisan hubungan siswa dengan guru, ini akan sangat bermanfaat
karena dengan jalinan yang baik antara siswa dengan guru akan memotivasi siswa
kembali siap dan tertarik menerima materi pelajaran.
Pada kenyataannya tidak semua
berhasil melalui proses pembelajaran yang dilakukan, dengan kata lain tidak
semua siswa dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dalam kurikulum 2013
dijelaskan bahwa ketuntasan hasil belajar dikatakan baik apabila hasil belajar
yang dicapai oleh siswa mencapai 70 atau lebih.
Kriteria tuntas dan tidak tuntas
tersebut didasarkan atas ketetapan KKM mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA
Negeri 3 Metro yaitu sebesar 70. adapun indikator penetapan kriteria ketuntasan
minimum (KKM) tersebut adalah antake, kompleksitas dan daya dukung. Intake
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Kompleksitas berkaitan
dengan kekomplekan dari materi pelajaran, dan daya dukung berhubungan dengan
sumber belajar yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil prasurvey
yang dilakukan di SMA Negeri 3 Metro, hasil belajar yang dicapai oleh para
siswa umumnya belum mencapai hasil yang maksimal. Dibawah ini disajikan tabel
kecerdasan emosional yang berupa memotivasi diri, ketahanan dalam mengahadapi
nafsu yang negatif, yang dalam hal ini berupa minat minat siswa dalam
pengerjakan tugas, tabel aktivitas belajar siswa yang dilihat dari kehediran
siswa dan data hasil mid semester kelas XI mata pelajaran ekonomi semester
ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 1. Kecerdasan emosional yang berupa memotivasi
diri, ketahanan dalam mengahadapi nafsu yang negatif, yang dalam hal ini berupa
minat minat siswa dalam pengerjakan tugas kelas XI SMA Negeri 3 Metro Semester
Ganjil
No.
|
Pengerjaan Tugas
(semangatnya)
|
Kriteria
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
(%)
|
1.
|
71-100%
|
Tinggi
|
7
|
19,4
|
2.
|
31-70%
|
Sedang
|
12
|
33,3
|
3.
|
<30%
|
Rendah
|
17
|
47,3
|
Jumlah
|
36
|
100
|
Sumber : Dokumen guru mata pelajaran ekonomi kelas
XI SMA Negeri 3 Metro Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014
Dari tabel kecerdasan
emosional yang berupa memotivasi diri, ketahanan dalam mengahadapi nafsu yang
negatif, yang dalam hal ini berupa minat minat siswa dalam pengerjakan tugas
yang rajin mencapai 19,4%. Dengan demikian kecerdasan emosional yang berupa
memotivasi diri, ketahanan dalam mengahadapi nafsu yang negatif, yang dalam hal
ini berupa minat minat siswa dalam pengerjakan tugas kelas XI SMA Negeri 3
Metro Semester Ganjil kurang baik.
Tabel 2. Aktivitas belajar siswa kelas XI SMA
Negeri 3 Metro Semester ganjil
No.
|
Kehadiran
|
Kriteria
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
(%)
|
1.
|
24-26
|
Tinggi
|
22
|
61,1
|
2.
|
20-23
|
Sedang
|
9
|
25
|
3.
|
<20
|
Rendah
|
5
|
13,9
|
Jumlah
|
36
|
100
|
Sumber : Dokumen absensi siswa kelas XI SMA
Negeri 3 Metro Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014
Dari tabel aktivitas belajar
siswa di atas dapat dilihat siswa yang aktif dalam belajar mencapai 61,1%.
Dengan demikian aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro Semester
Ganjil cukup baik.
Tabel 3.
Data hasil Mid Semester pelajaran ekonomi kelas kelas XI SMA Negeri 3 Metro
Semester ganjil SMA Negeri 3 Metro
No.
|
Hasil Mid Semester
|
Kriteria
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
(%)
|
1.
|
70
|
Tuntas
|
13
|
36,1
|
2.
|
<70
|
Belum Tuntas
|
23
|
63,9
|
Jumlah
|
36
|
100
|
Sumber : Data Hasil Pra Survey di SMA Negeri 3 Metro Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2013/2014
Dari data di atas nampak bahwa
dari 36 siswa ada 13 siswa atau 36,1 siswa yang mencapai standar ketuntasan
belajar, sedangkan hasil belajar yang diharapkan tuntas di SMA Negeri 3 Metro
belum memenuhi standar kriteria ketuntasan minimum (KKM) >70.
Dari data prasurvey yang
dilakukan oleh penulis ditenukan sebuah permasalahan yaitu masih banyaknya
siswa yang belum tuntas belajar ekonomi kelas IX SMA Negeri 3 Metro, sehingga
penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi pada latar belakang masalah dan agar penelitian ini tidak
menyimpang jauh dari permasalahan yang akan diteliti, serta untuk menghindari
penafsiran yang salah, maka peneliti membatasi permasalahannya. Adapun
pembatasan masalah penelitiannya adalah penelitian yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa
SMA Negeri 3 Metro tahun 2013.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan
permasalahan yaitu masih banyaknya siswa yang belum tuntas belajar ekonomi
kelas XI SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang positif
kecerdasan emosional terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 3
Metro Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Apakah terdapat pengaruh yang positif
aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 3
Metro Tahun Pelajaran 2013/2014?
3. Apakah terdapat pengaruh yang positif
kecerdasan emosional dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa
kelas XI SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014?
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis mengangkat
judul:
“Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Aktivitas
Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro Tahun
Pelajaran 2013/2014”
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro
Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif aktivitas
belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI SMA Negeri 3 Metro Tahun
Pelajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif kecerdasan
emosional dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI
SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.
E.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat baik secara teoritis praktis, dan umum, meliputi:
1.
Kegunaan
Teoritis
Hasil dari penelitian
ini merupakan keberhasilan salah satu bagian atau elemen atau kawasan dalam ilmu pendidikan yaitu
kawasan pemanfaatan dalam hal ini adalah pemanfaatan pengetahuan emosional dan
aktivitas belajar siswa dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.
2.
Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan bagi guru dalam rangka peningkatan kegiatan
proses pembelajaran khususnya pada guru ekonomi dengan lebih mengoptimalkan
pengetahuan tentang kecerdasan emosional dan aktivitas belajar siswa saat atau
sebelum melakukan proses pembelajaran serta memperhatikan tingkat kemampuan
siswa dan tingkat perkembangan siswa.
3.
Kegunaan Umum
Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak yang berkepentingan agar dapat melihat kecerdasan emosional dan
aktivitas belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran baik.
F. Asumsi
Penelitian
Asumsi atau anggapan dasar ini merupakan suatu
gambaran sangkaan, perkiraan, satu pendapat atas kesimpulan menurut pendapat
sementara, atau suatu teori sementara yang belum dibuktikan. Suharsimi
Arikuntoro (2006:65) bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak
pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.
Dengan demikian, keputusan tentang masalah merupakan
suatu asumsi bagi seorang peneliti sebelum dikukuhkan dengan hasil penelitian.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa asumsi adalah suatu anggapan
dasar tentang kebenaran suatu fakta yang tidak perlu dibuktikan lagi.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini
mencangkup dua variabel yaitu veriabel bebas yaitu kecerdasan emosional siswa
dan aktivitas belajar siswa dan variabel terikat yaitu hasil belajar. Dalam
penelitian ini peneliti memberi asumsi bahwa kecerdasan emosional siswa dan
aktivitas belajar siswa berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa yang dapat diukur dengan melakukan
penelitian langsung di kelas.
G. Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Objek penelitian ini adalah:
a.
Kecerdasan
Emosional (X.1)
b.
Aktivitas
Belajar (X.2)
c.
Hasil
Belajar (Y)
2. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI SMA Negeri 3 Metro
3.
Sifat penelitian ini adalah pengaruh (influence)
4. Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri
3 Metro
5. Waktu penelitian ini adalah semester genap
tahun pelajaran 2013/2014
H.
Definisi Operasional Veriabel
1. Kecerdasan emosional adalah suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat merasakan, memahami,
memotivai diri, menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,
serta mengatur keadaan jiwa. Dimana kecerdasan emosional mencangkup lima aspek
diantaranya sebagai berikut:
a.
Kemampuan
mengendalikan diri
b.
Kemampuan
mengelola emosi
c.
Kemampuan
memotivasi diri
d.
Kemampuan
mengenali emosi orang lain
e.
Kemampuan
membina hubungan dengan orang lain
2.
Aktivitas
belajar adalah kesediaan atau kemauan seorang siswa didalam mengikuti suatu
mata pelajaran dalam merealisasikan pemahaman-pemahaman, emningkatkan kemampuan
ketrampilan sehinggamemperoleh hasil belajar yang diinginkan. Dalam hal ini
aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan emosional siswa adalah:
a.
Minat
b.
Membedakan
c.
Berani
d.
Tenang
3. Hasil belajar merupakan penilaian tingkat penguasaan pengetahuan
atau ketrampilan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang dicapai pada periode tertentu. Tingkat pengetahuan yang
dicapai siswa terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan
tugas dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Tingkat keberhasilan siswa juga
dapat diukur dari seberapa besar nilai yang diperoleh daru suatu pelajaran yang
telah ia tempuh.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kecerdasan
Emosional
1.
Pengertian
Kecerdasan Emosional
Dalam http://eprints.uny.ac.id/8651/3/bab%202%20-%2007104244022.pdf
yang diakses pada 20 Oktober 2013
Kecerdasan ekosional (emotional
intelligence) pertama kali dilontarkan tahun 1990 oleh Pter Salovy dari Harverd
University dan John Mayer dari University of New Hampshire. Sebelumnya Gardner (Goleman, 2009:51-53) mengemukakan
8 kecerdasan pada manusia (kecerdasan majemuk). Menurut Goleman (2009:50)
menyatakan bahwa kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner adalah
manisfestasi dari penolakan akan pandangan intelektual quotient (IQ). Salovey (Goleman, 2009:57), menempatkan kecerdasan pribadi dari
Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang
dimaksud adalah kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi.
Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik.
Goleman (2009:45) menyatakan:
“Kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan
untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah,
mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati,
kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain”
Hal senada juga diungkapkan
oleh Cooper dan Sawaf (dalam Darmasyah 2011:123), menyatakan bahwa “emosi
manusia adalah wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri tersembunyi dan sensasi
emosi”. Dari dua kutipan tersebut dapat dipahami bahwa kecerdasan emosional
berasal dari kata emosi yang artinya suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang manusia, emosi berarti perasaan dari lubuk hati, naluri tersembunyi,
dan sensasi emosi. Kecerdasan emosional sangat dipengeruhi oleh lingkungan,
tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan
lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanan sangat mempengaruhi dalam
pembentukan kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang
tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai
menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati,
orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih
mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
Mayer dan Salovey (Makmun
Mubayidh 2006:15) mendefinisikan bahwa:
“Kecerdasan emosi sebagai suatu kecerdasan sosial yang berkaitan dengan
kemampuan individu dalam memantau baik emosi dirinya maupun emosi orang lain,
dan juga kemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi orang lain,
dimana kemampuan ini digunakan untuk mengarahkan pola pikir dan perilakunya”.
Sejalan dengan itu, Robert dan Cooper (Ary Ginanjar Agustian, 2001:44)
mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan
secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, emosi,
koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Individu yang mampu memahami emosi
individu lain, dapat bersikap dan mengambil keputusan dengan tepat tanpa
menimbulkan dampak yang merugikan kedua belah pihak. Emosi dapat timbul setiap
kali individu mendapatkan rangsangan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa dan
menimbulkan gejolak dari dalam. Emosi yang dikelola dengan baik dapat
dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan dalam berbagai bidang karena pada
waktu emosi muncul, individu memiliki energi lebih dan mampu mempengaruhi
individu lain. Segala sesuatu yang dihasilkan emosi tersebut bila dimanfaatkan
dengan benar dapat diterapkan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas,mempengaruhi orang lain dan menciptakan hal-hal baru.
Menurut Shapiro (2001:5) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
himpunan suatu fungsi jiwa yang melibatkan kemampuan memantau intensitas
perasaan atau emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Individu
memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki keyakinan tentang dirinya
sendiri, penuh antusias, pandai memilah semuanya dan menggunakan informasi
sehingga dapat membimbing pikiran dan tindakan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih
efektif terhadap daya kepekaan emosi yang mencakup kemampuan memotivasi diri
sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang lain
dengan efektif, dan mampu mengelola emosi yang dapat digunakan untuk membimbing
pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik.
2.
Aspek-aspek
Kecerdasan Emosional
Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa ciri-ciri yang
mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional. Goleman (2009:45)
menyatakan bahwa secara umum ciri-ciri seseorang memiliki kecerdasan emosi
adalah mampu memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur
suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir
serta berempati dan berdoa. Lebih lanjut Goleman (2009:58) merinci lagi aspek-aspek
kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut:
a.
Mengenali emosi diri, yaitu
kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu,
mencermati perasaan yang muncul. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang
sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi. Kemampuan mengenali diri sendiri meliputi kesadaran
diri.
b.
Mengelola emosi, yaitu kemampuan
untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan
emosi dasar. Orang yang buruk kemampuan dalam ketrampilan ini akan terus
menerus bernaung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar akan
dapat bangkit kembali jauh lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan
penguasaan diri dan kemampuan menenangkan kembali.
c.
Memotivasi diri sendiri, yaitu
kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat
penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan
ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang
dikerjakannya. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi ,
yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan
ini meliputi: pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan
optimis.
d.
Mengenali emosi orang lain,
kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran
diri emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial.
Orang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang
mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain.
e.
Membina hubungan. Seni membina
hubungan sosial merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain, meliputi
ketrampilan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan
hubungan antar pribadi.
Sedikit berbeda dengan pendapat Goleman, menurut Tridhonanto (2009:5)
aspek kecerdasan emosi adalah:
a.
Kecakapan pribadi, yakni
kemampuan mengelola diri sendiri.
b.
Kecakapan sosial, yakni kemampuan
menangani suatu hubungan.
c.
Keterampilan sosial, yakni
kemampuan menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain.
Aspek aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan Goleman setelah peneliti
kaji lebih jauh merupakan jabaran dari pendapat Al Tridhonanto. Dalam kecakapan
pribadi menurut Al Tridhonanto terdapat aspek-aspek kecerdasan emosi menurut
Goleman yaitu; mengenali emosi diri, mengelola emosi diri dan memotivasi diri
sendiri . Kemudian dalam kecakapan sosial menurut Al Tridhonanto juga terdapat
aspek kecerdasan emosi menurut Goleman yaitu mengenali emosi orang lain.
Sedangkan ketrampilan social menurut Al Tridhonanto terdapat aspek kecerdasan
emosi menurut Goleman yaitu membina hubungan.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini menggunakan aspek-aspek
dalam kecerdasan emosi dari Goleman yang meliputi: mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan dikarenakan aspek aspek menurut Goleman mencakup keseluruhan
dan lebih terperinci.
3.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukan
melalui proses pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosi individu menurut Goleman (2009:267-282), yaitu:
a.
Lingkungan keluarga. Kehidupan
keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Peran serta orang
tua sangat dibutuhkan karena orang tua adalah subyek pertama yang perilakunya
diidentifikasi, diinternalisasi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari
kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini dapat diajarkan pada saat anak masih
bayi dengan contoh-contoh ekspresi. Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga
sangat berguna bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh: melatih
kebiasaan hidup disiplin dan bertanggung jawab, kemampuan berempati,
kepedulian, dan sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah
untuk menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan, sehingga
anak-anak dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak masalah
tingkah laku seperti tingkah laku kasar dan negatif.
b.
Lingkungan non keluarga. Dalam
hal ini adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan penduduk. Kecerdasan emosi
ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran
ini biasanya ditunjukkan dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran.
Anak berperan sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya
sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan orang lain. Pengembangan
kecerdasan emosi dapat ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk pelatihan
diantaranya adalah pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk
pelatihan yang lainnya.
Menurut Le Dove (Goleman 1997:20-32) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:
a.
Fisik. Secara fisik bagian yang
paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap kecerdasan emosi seseorang
adalah anatomi saraf emosinya. Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu
konteks (kadang kadang disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada
dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbik, tetapi sesungguhnya
antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.
Ø Konteks. Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira
kira 3 milimeter yang membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan
penting dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa mengalami
perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Konteks
khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi
arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.
Ø Sistem limbik. Bagian ini sering disebut sebagai emosi
otak yang letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung
jawab atas pengaturan emosi dan implus. Sistem limbik meliputi hippocampus,
tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya emosi.
Selain itu ada amygdala yang dipandang sebagai pusat pengendalian emosi pada
otak.
b.
Psikis. Kecerdasan emosi selain
dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga dapat dipupuk dan diperkuat dalam
diri individu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor
yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan
psikis. Secara fisik terletak dibagian otak yaitu konteks dan sistem limbik,
secara psikis diantarnya meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non
keluarga.
Berdasarkan uraian di atas, acuan indikator kecerdasan emosional yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1.
Kemampuan mengendalikan diri
2.
Kemampuan mengelola emosi
3.
Kemampuan memotivasi diri
4.
Kemampuan mengendalikan emosi
orang lain
5.
Kemampuan membina hubungan dengan
orang lain
B. Aktivitas
Belajar
1. Pengertian Aktivitas Belajar
Beberapa ahli dalam dunia
pendidikan memberikan definisi belajar sebagai berikut. Sntrock dan Yussen
(Sugihartono, 2007: 74) mengemukakan bahwa belajar merupakan sebagai perubahan
yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Sugihartono (2007: 74)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 84) mengemukakan
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) mengemukakan belajar adalah
suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Gagne (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 10) mengemukakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan definisi belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada
beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut
pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu
jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern,
aktivitas didominasi oleh siswa.
Hafiah (2010:23) berpendapat bahwa, ”Aktivitas
pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik
jasmani, rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara
cepat, tepat, mudah dan benar baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor”.
Pendapat di atas didukung oleh Karwono (2010:19)
bahwa:
Belajar pada hakikatnya merupakan proses atau kegiatan
atau aktivitas. Seseorang dikatakan belajar jika di dalam dirinya terdapat
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun nono fisik seperti emosi dan aspek
mental yang lain. Makin banyak keterlibatan aktivitas individu dalam belajar
maka kadar belajar akan semakin tinggi, aktivitas mental dan pikiran serta
emosional.
Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting
bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan
obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses
konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar
diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah
tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas.
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas
belajar adalah setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar yaitu perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada
peserta didik yang melakukan kegiatan belajar. Dalam belajar terjadi dua proses
yaitu perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar dan
interaksi dengan lingkungannya baik berupa pribadi, fakta dan sebagainya. Jadi
peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang
digolongkan oleh Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:
a.
Visual
activities, yang termasuk di dalamnya
misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
b.
Oral
Activities, seperti menyatakan merumuskan,
bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
c.
Listening
Activities, sebagai contoh mendengarkan:
uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d.
Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, menyalin.
e.
Drawing
Activities, menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
f.
Motor
Activities, yang termasuk di dalamnya
antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun,
beternak.
g.
Mental
Activities, sebagai contoh misalnya:
menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
h.
Emotional
Activities, seperti misalnya, merasa bosan,
gugup, melamun, berani, tenang.
Berdasarkan uraian di atas, acuan indikator aktivitas belajar yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1.
Minat
2.
Membedakan
3.
Berani
4.
Tenang
C. Hasil Belajar
1.
Pengertian
Hasil Belajar
Sebelum membicarakan
pengertian hasil belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud
dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip
yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu
perubahan dalam dirinya.
Hasil belajar setiap
individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Muhabbibin Syah (2003: 144) menyebutkan tiga faktor
yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan
belajar.
a.
Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam
(internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis.
Ø Fisiologi, faktor
ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra.
Ø Kondisi
psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan
kemampuan kognitif.
b.
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari
luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini
meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
Ø Lingkungan sosial
yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada
(kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang
mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah,
sekolah dan masyarakat.
Ø Lingkungan non
sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan
alat-alat pembelajaran.
c.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dengan demikian guru harus
memperhatikan perbedaan individu dalam memberikan pelajaran kepada mereka,
supaya dapat menangani siswa sesuai dengan kondisinya untuk menunjang
keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar peserta didik, satu dengan yang lainnya berbeda.
Setelah mengetahui
pengertian belajar dan faktor yang mempengaruhinya, maka akan dikemukakan apa
itu hasil belajar. Nana Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam
upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Suratinah Tirtonegoro
(2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode
tertentu. Syaiful Bahri Djamarah (1996:23) mengungkapkan hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Eko Putro Widoyoko
(2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian
akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun
non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi
didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran.
Benyamin Bloom (Nana
Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a.
Pengetahuan
b.
Pemahaman
c.
Aplikasi
d.
Analisis
e.
Sintesis
f.
Evaluasi
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari
tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
a.
Reciving/
attending (penerimaan)
b.
Responding
(jawaban)
c.
Valuing (penilaian)
d.
Organisasi
e.
Karakteristik nilai atau internalisasi nilai
3.
Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris
tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
a.
Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang
tidak sadar;
b.
Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
c.
Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
d.
Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan,
keharmonisan dan ketepatan;
e.
Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan
sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
f.
kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155)
mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya dalam kadar
tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007:
121) mengungkapkan ranah kognitif pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah
ingatan, pemahaman dan aplikasi, sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat
dilatih di SMP dan SMA dan Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang
ada. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah,
misalnya mengingat rumus, istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota.
Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
pengetahuan, misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi adalah
penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan
abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang
sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor
yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode
tertentu. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23). Dalam pembatasan
hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil ranah kognitif pada
jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan analisis (C4).
Hasil belajar merupakan
bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan
hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalamn pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati
dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai
berikut:
a.
Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal
yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b.
Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c.
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan
prinsip.
d.
Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e.
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola
baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f.
Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat
tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai
hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian
hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai
salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono,
dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
sebagai berikut:
a.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan
faktor psikologis.
b.
Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar
individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
Hal senada juga dikemukakan oleh Karwono dan Heni Mularsih
(2010:36dan39) yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
seseorang yang melakukan belajar adalah sebagai berikut:
a.
Faktor interbal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri orang yang melakukan belajar. Faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis (keadaan jasmani seseorang) dan faktor psikologis yang meliputi
itelegensi, emosi, bakat, motivasi, perhatian, dan daya nalar.
b.
Faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar diri seseorang yang melakukan belajar. Faktor yang
berada di luar diri seseorang sering juga disebut dengan faktor lingkungan, dimana lingkungan dapat
diklesifikasikan ke dalam berbagai bentuk, diantaranya :
Ø Lingkungan fisik yang terdiri atas: geografis,
sekolah, pasar, dan sebagainya.
Ø Lingkungan psikis yang meliputi: aspirasi,
harapan-harapan, cita-cita dan sebagainya.
Ø Lingkungan personal yang meliputi: teman sebaya, orang
tua, guru, tokoh masyaraka dan sebagainya.
Ø Lingkungan nonpersonal yang meliputi: rumah,
peralatan, pepohonan, gunung dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Dimana faktor internal meliputi itelegensi, emosi, bakat, motivasi, perhatian,
dan daya nalar dan faktor eksternal yang dapat diklasifikasikan lagi menjadi
lingkungan fisik, lingkungan psikis, lingkungan personal, dan lingkungan
nonpersonal. Dengan demikian diharapkan guru dapat memperhatikan faktor-faktor
tersebut dan memanfaatkannya guna faktor pendukung keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran bukan sebaliknya justru sebagai faktor penghambat
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran sering kali di ukur melelui
”hasil” yang dicapai seorang siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa didalam menilai ”hasil” haruslah cermat dalam
memperhatikan ”proses”, karena dalam proses inilah siswa melakukan berbagai
aktivitas pembelajaran. Dalam proses ini siswa dapat dipantau keaktifannya
serta keikutsertaannya sehingga siswa dapat memperoleh berbagai informasi dan
masukan yang lebih komprehensif. Guru akan lebih mudah untuk memperoleh
informasi yang lebih akurat mengenai siswa melalui pemantauan secara
berkesinambungan. Jika sudah demikian maka akan labih baik apabila suatu proses
pembelajaran tersebut berorientasi pada ”proses” dan ”hasil”.
D. Kerangkan Pikir dan Paradigma
1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah suatu konsep yang berisikan hubungan antara
variabel bebas dan veriabel terikat dalam memberi jawaban sementara dari
permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yang terdiri dari variabel bebas yairu Kecerdasan Emosional (X1) dan Aktivitas
Belajar (X2) serta variabel terikat yaitu Hasil Belajar (Y).
Dimana kerangka pikir dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
a. Kerangka Anggapan Dasar
Kerangka anggapan dasar adalah gambaran secara umu
tentang indikator penelitian serta faktor yang terkait didalamnya yang menjadi
pokok permasalahan.
Kerangka
anggapan dasar dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan
X1 :
Kecerdasan Emosional
|
X2 : Aktivitas belajar
|
X1.1 : Kemampuan mengenali diri
|
X2.1 : Minat
|
X1.2 : Kemampuan mengelola diri
|
X2.2 : Membedakan
|
X1.3 : Kemampuan memotivasi diri
|
X2.3 : Berani
|
X1.4 : Kemempuan mengenali emosi
orang lain
|
X2.4 : Tenang
Y : Hasil Belajar
|
X1.5 : Kemampuan membina hubungan
dengan orang lain
|
|
b.
Kerangka Analitik
Kerangka analitik merupakan pemikiran untuk mengetahui
faktor-faktor yang dominan dan dapat mempengaruhi hasil belajar.
Kerangka analitik dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
2. Paradigma
Menurut
sugiono (2012:42) bahwa ”paradigma adalah pola pikir yang menunjukkan antara
variabel yang akan diteliti dan sekaligus mencerminkan jumlah rumusan hipotesis
dan teknik analisi yang akan dugunakan”.
Berdasarkan
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan suatu
gambaran yang saling berhubungan antar variabel dalam penelitian.
|
|
E.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban
sementara dari suatu masalah penelitian, dimana masalah tersebut ditolak bila
tidak sesuai dengan penelitian dan akan diterima jika fakta dibenarkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sugiono (2012:96) mengatakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka
hipotesis yang akan diuji kebenaranya dalam penelitian ini adalah:
1.
Terdapat
pengaruh yang positif kecerdasan emosional terhadap hasil belajar ekonomi siswa
kelas XI SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.
Terdapat
pengaruh yang positif aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa
kelas XI SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Terdapat pengaruh yang positif kecerdasan
emosional dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI
SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Perencanaan
Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat pengaruh, yang mengkaji pengaruh antara variabel bebas
dan variabel terikat. Penelitian ini mencari pengaruh antara kecerdasan
emosional dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi, dengan
menggunakan metode angket sebagai metode dalam pengumpulan data.
Langkah awal dalam penelitian
ini adalah menentukan objek yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Langkah
berikutnya adalah menentukan populasi dan sampel untuk menentukan batasan
kajian yang dilakukan setelah sampel ditentukan, dilanjutkan dengan membuat
kisi-kisi angket untuk membuat data tentang kecerdasan emosional dan ektivitas
belajar. Kemudian angket
dilakukan regresi linier multiple untuk mengetahui tingkat keajekan dari angket
itu sendiri. Angket yang tersusun dan sudah dilakukan kepada sampel yaitu siswa
kelas XI SMA Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014.
Setelah dilakukan penyekoran
pada angket maka langkah berikutnya adalah melakukan pencatatan hasil belajar
ekonomi pada semester ganjil. Kelanjutannya adalah menganalisis data untuk
pengujian hipotesis untuk mendapatkan kesimpulan yaitu terdapat pengaruh
kecerdasan emosional dan ektivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi kelas
XI semester genap SMK Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Menentukan sampel penelitian
2. Menyusun angket sesuai dengan indikator
3. Melakukan uji coba angket diluar sampel
4. Setelah angket diuji cobakan hasilnya
valid kemudian beru dibagikan kepada sampel yang akan diteliti
5. Setelah data diperoleh maka dilakukan
penyekoran dan data diolah menggunakan rumus yang telah ditetapkan.
B.
Jenis-jenis Variabel Penelitian
Veriabel merupakan gejala
atau peristiwa yang memiliki variasi
nilai. Menurut Sugiono (2012:38) berpendapat bahwa ”Variabel di dalam
penelitian merupakan suatu atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi
antara yang satu dengan yang lain”.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa variabel merupakan konsep-konsep yang dapat diukur dan
dinilai. Variabel itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas
dan variabel terikat.
Kelompok Variabel
Penelitian
1. Variabel bebas (Independent Variabel)
Yang menjadi variabel bebas
adalah veriabel yang mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya veriabel dependen/ terikat (Sugiono 2012:39).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional (X1) dan aktivitas
belajar (X2).
2. Veriabel terikat (Dependend Veriabel)
Yang menjadi variabel terikat
adalah veriabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono 2012:39). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hadil belajar ekonomi (Y).
C.
Populasi dan Sempel
1.
Populasi
Populasi
adalah sekelompok orang yang akan dijadikan objek pengamat. Menurut Sugiono
(2012:80) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI semester ganjil SMA
Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 3 kelas, dengan
jumlah 106 siswa dengan rincian sebagai berikut:
a. XI IPS 1 sebanyak 36 siswa
b. XI IPS 2 sebanyak 35 siswa
c. XI ISP 3 sebanyak 35 siswa
2. Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi yang akan diselidiki dan diharapkan dapat mewakili
secara keseluruhan dari populasi yang ada. Menurut Arikunto (2006:112) bahwa
”untuk sekedar ancer-ancer maka apabila sebjeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya
jika jumlah subjek besar atau lebih dari 100 dapat di ambil 10-15% atau 20-25%
atau lebih”.
Sampel
merupakan sejumlah individu yang ditunjuk mewakili populasi dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampeling
porposive yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu, peemilihan
kelas yang menurut peneliti sesuai dan yang pas untuk menjadi sampel untuk
mewakili populasi dengan jalan observasi terlebih dahulu. Dari kutipan
tersebut, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan sampel yaitu dengan
menuliskan kelas dan jumlah siswa untuk kemudian diobservasi dan dijadikan
sebagai sampel penelitian. Sehingga diperoleh bahwa kelas XI IPS 2 yang
berjumlah 35 siswa sebagai sampel dalam penelitian.
Terpilihnya
kelas XI IPS 2 sebagai sampel penelitian oleh peneliti, karena di kelas
tersebut yang paling seimbang antara murid yang aktif dan kurang aktif
dibanding dengan kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS 3. Setelah peneliti melakukan
observasi di 3 kelas tersebut, peneliti dapat melihat bahwa kelas XI IPS 1 banyak
terdapat siswa yang aktif, kelas XI IPS 2 seimbang dan kelas XI IPS 3 terlampau
hanya siswa-siswa tertentu yang mendominasi. Sehingga untuk terjaminnya hasil
penelitian tentang kecerdasan emosional dan aktivitas belajar terhadap hasil
belajar siswa, maka dipilihlah kelas XI IPS 2 sebagai sampel karena terdapat
keseimbangan antara siswanya.
D.
Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Menurut
Sugiyono (2010:92) menyatakan bahwa ”Instrumen penelitian akan digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan tujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang
akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala”.
Menurut Nana Syaodih
(2007:233) menyatakan bahwa untuk meneliti kuantitatif teknik pengumpulan data
yang bisa dilakukan adalah angket (questionnsire), wawancara (interview),
observasi (observation), studi dokumenter (dokumentary study), tes
(test) dan skala (rating scale). Dalam penelitian kuantitatif,
baik angket, wawancara, observasi, maupun studi dokumenter, umunya dapat
digunakan bentuk suatu firmat instrumen: katergori, skala, ordinal, skala
interval, skala rasional dan checklis.
Maka dalam
penelitian ini digunakan skala interval. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi
(2010:151) menyatakan bahwa skala interval adalah ukuran yang menunjukkan
adanya jarak antara dua gejala atau lebih. Bentuk instrumen yang akan digunakan
peneliti adalah memberikan pertanyaan yang alternatif jawabannya memiliki
standar tertentu, peneliti tetapkan bahwa instrumen tes terdiri dari instrumen
kecerdasan emosional sebanyak 20 dan aktivitas belajar sebanyak 15, pertanyaan
dengan 3 elternatif jawaban. Skala penilaian yang mempunyai bobot skor sebagai
berikut:
a.
Untuk
memilih jawaban a diberi skor 3
b.
Untuk
memilih jawaban b diberi skor 2
c.
Untuk
memilih jawaban c diberi skor 1
Kemudian untuk instrumen hasil
belajar sebanyak 20 soal dengan 4 alternatif jawaban yaitu a, b, c dan d.
2. Validitas
Validitas
adalah alat ukur, maksudnya beberapa alat ukur dapat mengungkapkan dengan jitu
gejala-gejala/ bagian-bagian gejala yang akan diukur. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:168) ”Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan instrumen”. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:64) mengemukakan bahwa validitas terdiri dari
beberapa macam yaitu:
a.
Validitas
isi (Content Validity), sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi
apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejenjang dengan materi atau isi
pelajaran yang diberikan.
b.
Validitas
konstruksi (Construct Validity), sebuah tes dikatakan memiliki validitas
konstruksi apabila berisi soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap
aspek berarti yang menjadi tujuan instruksional.
c.
Validitas
ada sekarang/ empiris (Concurrent Validity), sebuah tes dikatakan
memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengetahuan.
d.
Validitas
prediksi/ ramalan (Predictive Validity), sebuah tes dikatakan memiliki
validitas prediksi atau ramalan apabila mempunyau kemampuan untuk meramalkan
apa yang akan terjadi di masa datang.
Dalam
penelitian ini untuk mengetahui validitas alat ukur (angket), maka akan
digunakan konsep validitasi isi.
3. Rehabilitas
Rehabilitas
adalah alat ukur yang mempunyai keajekan atau ketepatan dari hasil pengamatan
dan tidak terpengaruh oleh siapa saja dan kapan saja dilakukan. Jadi suatu alat
ukur dikatakan reliabel apabila mempunyai unsur keajekan atau ketepatan yang
dapat dipercaya.
Reliabilitas
menyatakan sampai dimana ketelitian atau kecermatan mengukur apa yang diukur
untuk mengetahui reliabilitas dari angket. Menurut Arikuntoro (2006:196) rumus
Alpha digunakan untuk mrncari reliabilitas sebagai berikut :
Keterangan:
:
Reliabilitas Instrumen
K : Banyaknya butir soal
:
Jumlah Varian skor tiap item
:
Varian total
Dengan:
Kriteria untuk penafsiran
indeks Reliabilitas menurut Suharsimi Arikuntoro (2010:75) yaitu:
Antara 0,800 sampai dengan
1,000 = Sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan
0,799 = Tinggi
Antara 0,400 sampai dengan
0,599 = Cukup
Antara 0,200 sampai dengan
0,399 = Rendah
Antara 0,00 sampai dengan
0,199 = Sangat rendah
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data yang digunakan dalam
penelitian. Tujuan dari penggunaan teknik pengumpulan data ini adalah
mendapatkan data yang tepat. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
1.
Metode Observasi
Metode
ini digunakan untuk mengamati keadaan yang ada dilapangan pada saat mengadakan
penelitian pendahuluan. Arikuntoro (2006:222) menyatakan bahwa :Metode
observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara sistematis, dengan prosedur yang tersedia”.
Menurut
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2007:145) observasi merupakan proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan
dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
Metode
observasi ini digunakan untuk mengadakan pencatatan atau pengumpulan data. Yang
dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang standar, pengamatan secara
langsung mengenai kegiatan pembelajaran, data guru, kondisi sekolah, fisik
bengunan dan lain sebagainya.
2. Teknik Dokumentasi
Menurut Arikuntoro (2006:231) metode
dokumentasi adlah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa ctatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya.
Menurut Burhan Bungin (2008:144) Metode
dokumentasi adalah metode untuk menelusuri data historis. Teknik ini digunakan
untuk mengambil data tentang prestasi belajar siswa, jumlah siswa, dan sejarah
singkat SMA Negeri 3 Metro.
3. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara pengumpulan
data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada objek yang diteliti atau
perantara yang mengetahui personal dari objek yang diteliti. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tany jawab.
4. Metode Angket (kuesioner)
Metode angket yaitu menggunakan daftar
pilihan ganda yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehinngga calon
responden yang dalam hal ini siswa yang hanya tinggal mengisi atau menandai
dengan mudah dan cepat. Untuk memudahkan dalam pengisian angket sering
berisikan pertanyaan bentuk pilihan ganda.
Menurut Oemar Hamalik (2011:108)
menyatakan bahwa “Metode kuesioner atau engket terdiri dari sejumlah pertanyaan
tertulis yang disampaikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban yan tertulis”.
Melalui angket guru dapat mengenal tentang minat, masalah kebutuhan, kecemasan,
ambisi anak dan sebaginya.
Dalam penelitian ini angket dibuat oleh
peneliti dalm bentuk pertanyaan yang berjumlah 35 dengan alternetif jawaban
berbentuk persentse, dengan menggunakan skala internal yaitu memberikan jarak
antara jawaban pertama dengan jawaban kedua dan selanjutnya dengan jarak
interval masing-masing 30%. Hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah untuk
mengira-ngira jawaban yang akan mereka pilih. Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi
(2010:151) skala interval adalah ukuran yang menunjukkan adanya jarak antara
dua gejala atau lebih.
5.
Teknik
Evaluasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data
hasil belajar yang diperoleh dengan cara memberikan tes, baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen sebanyak dua kali yaitu pretes dan postes dengan materi
pelajaran yang sama.
F.
Teknik Analisi Data
Analisis data merupakan proses
penelitian berdasarkan data-data yang dikumpulkan. Menurut Narbuko dan Ahmadi
(2010:165) menyatakan bahwa “Setelah data terkumpul kemudian diadakan
pengolahan data tersebut (diedit, dikode dan ditabulasikan), maka selanjutnya
diadakan penganalisisan data dengan teknis analisi tertentu. Dalam penelitian
ini yang akan digunakan dalam menganalisis data adalah analisis statistik.
Kegiatan penelitian ini
menghasilkan data tentang kecerdasan emosional dan aktivitas belajar (X) dengan
hasil belajar ekonomi (Y) siswa XI semseter genap SMA Negeri 3 Metro, dalam
rangka menjawab hipotesis penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus.
Rumus yang digunakan Regresi
Linier Multiple menurut Sudjana (2005:347) yaitu:
Keterangan:
: Hasil belajar ekonomi
: Kecerdasan emosional
: Aktivitas belajar
: Koefesien berdasarkan hasil pengamatan
Dimana:
Rencana tabel,
harga-harga yang perlu untuk menghitung , dan
No. Subjek
|
|
|
y
|
|
y
|
y
|
|
|
|
1
2
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
y
|
y
|
|
|
|
1. Pengujian Hipotesis
a. Uji Linieritas
Untuk
mengetahui apakah regresi linier ganda yang didapat dari penelitian ada artinya
jika dibuat untuk membuat kesimpulan tentang pengaruh dan dengan y maka digunakan pengujian hipotesis
keberartian persamaan regresi linier multiple.
Rumus Hipotesis:
: (Regresi tidak ada artinya jika dipakai untuk
membuat kesimpulan)
: (Regresi ada artinya jika dipakai untuk
membuat kesimpulan)
Rumus Statistik:
Dimana :
Keterangan:
n :
Banyaknya anggota sampel
k :
Bnyaknya variabel bebas
Kriteria Uji:
Tolak jika
dengan taraf signifikasi a = 5%
b. Uji Signifikasi/ berapa Eratnya Hubungan
Ø Untuk mengertahui seberapa eratnya
pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar ekonomi, digunakan
rumus:
Ø
Untuk mengetahui seberapa eratnya pengaruh
antara aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi digunakan rumus:
Ø
Untuk mengetahui seberapa eratnya pengaruh
antara kecerdasan emosional dan aktivitas belajar terhadap hasil belajar
ekonomi digunakan rumus:
Dimana:
: Koefisien pengaruh antara
y dengan X1, jika X2 tetap.
: Koefisien pengaruh antara
y dengan X2, jika X1 tetap.
: Koefisien pengaruh
sederhana antara X1 dan X2.
: Koefisien pengaruh
sederhana antara Y dan X1.
: Koefisien pengaruh
sederhana antara Y dan X2
, , dan dicari dengan menggunakan rumus:
Untuk :
: x
= (Kecerdasan emosional)
y = (Aktivitas belajar)
: x =
(Kecerdasan emosional)
Y=Y
(Hasil belajar ekonomi)
: x =
(Aktivitas belajar)
Y=Y (Hasil belajar ekonomi)
c. Uji Koefisien Korelasi
Ø Untuk mengatahui apakah pengaruh antara
kecerdasan emosional terhadap hasil belajar ekonomi cukup berarti bila dipakai
untuk membuat kesimpulan, dilakukan pengujian sebagai berikut:
Rumus Hipotesis:
: =
0 (Koefisien parsial kurang
berarti)
: 0 (Koefisien parsial cukup berarti)
Rumus
Statistik:
Kriteria
uji:
Tolak Ho jika
Dimana: pada
taraf signifikan a = 5%
Ø
Untuk mengetahui apakah pengaruh antara
aktivitas belajar terhadap hasil belajar ekonomi cukup berarti bila dipakai
untuk membuat kesimpulan, dilakukan pengujian sebagai berikut:
Rumus Hipotesis:
: =
0 (Koefisien parsial kurang
berarti)
: 0 (Koefisien parsial cukup berarti)
Rumus Statistik:
Kriteria uji:
Tolak Ho jika
Dimana:
pada
taraf signifikan a = 5%
Ø Untuk
mengetahui apakah pengaruh antara kecerdasan emosional dan aktivitas belajar
terhadap hasil belajar ekonomi cukup berarti atau tidak, dilakukan pengujian
sebagai berikut:
Rumusan
Hipotesis:
: (Koefisien multiple tidak berarti)
: (Koefisien multiple cukup berarti)
DAFTAR
PUSTAKA
Arikuntoro, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
dan Duatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Darmansyah.
2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi
aksara
Hamzah.
2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik,
Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Karwono
dan Heni. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Ciputat: Cerdas Jaya
Karwono.
2012. Strategi Pembelajaran. Metro: Universitas Muhammadiyah Metro.
Sudjana.
2010. Metode Statistika. Bandung : PT Tarsito Bandung
Sugiono.
2010. Metode Penelitian. Bandung Alfabeta
LAMPIRAN
KISI-KISI ANGKET
KISI-KISI ANGKET
Kecerdasan
Emosional
Variabel
Penelitian
|
Indikator
|
Sub
Indikator
|
Nomor
Item
|
Kecerdasan
Emosional
|
Kemampuan mengenali diri
|
§
Memahami sebab perasaan yang timbul
§ Mengenal pengaruh perasaan terhadap
tindakan
|
1, 2, 3, 4
|
Kemampuan mengelola emosi
|
§ Memiliki kemampuan untuk mengatasi
ketegangan jiwa (stres)
§ Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan
tepat tanpa berkelahi
|
5, 6, 7, 8
|
|
Kemampuan memotivasi diri
|
§ Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang
dikerjakan
§ Memiliki rasa tanggung jawab
|
9, 10, 11, 12
|
|
Kemampuan mengenali emosi orang lain
|
§ Mampu mendengarkan orang lain
§ Memiliki kepekaan terhadap orang lain
|
13, 14, 15, 16
|
|
Kemampuan membina hubungan dengan orang lain
|
§ Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain
§ Memiliki sikap bersahabat atau mudah
bergaul
|
17, 18, 19, 20
|
KISI-KISI
ANGKET
Aktivitas
Belajar
Variabel Penelitian
|
Indikator
|
Nomot Item
|
Aktivitas Belajar
|
Minat
|
1, 2, 3, 4, 5, 6,
|
Membedakan
|
7, 8, 9,
|
|
Berani
|
10, 11, 12
|
|
Tenang
|
13, 14, 15
|
KISI-KISI
ANGKET
Hasil Belajar
Kompetensi Dasar
|
Indikator yang Diukur
|
Jenjang Kognitif
|
Nomor Item
|
1.1 Mengklasifikasi
ketenagakerjaan
|
Siswa dapat menjelaskan pengertian angkatan
kerja.
|
C2
|
1
|
Siswa dapat menjelaskan penyebab pengangguran.
|
C2
|
2
|
|
Siswa dapat membandingkan perbedaan tenaga
kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja.
|
C4
|
3
|
|
Siswa dapat
menjelaskan jenis pengangguran
|
C2
|
4
|
|
Siswa dapat
menyebutkan cara mengatasi pengangguran
|
C1
|
5
|
|
1.2 Mendeskripsik-an tujuan
pembangunan
ekonomi
|
Siswa dapat memberikan definisi pembangunan
ekonomi.
|
C4
|
6
|
Siswa dapat menjelaskan permasalahan pembangunan ekonomi di Indonesia.
|
C2
|
7
|
|
Siswa dapat menilai kondisi perekonomian
Indonesia.
|
C2
|
8
|
|
Siswa dapat menjelaskan tujuan pembangunan
ekonomi di Indonesia.
|
C2
|
9
|
|
1.3 Mendeskripsik-an proses
pertumbuhan
ekonomi
|
Siswa dapat memberikan difinisi pertumbuhan
ekonomi.
|
C4
|
10
|
Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
|
C2
|
11
|
|
1.4
Mendeskripsik-an
pengangguran
beserta
dampaknya
terhadap
pembangunan
nasional
|
Siswa dapat menjelaskan dampak pengangguran
terhadap pembangunan nasional.
|
C2
|
12
|
3.1 Mengenal jenis produk dalam bursa efek
|
Siswa dapat memberikan definisi pasar modal.
|
C4
|
13
|
Siswa dapat menjelaskan fungsi pasar modal.
|
C2
|
14
|
|
Siswa dapat menyebutkan instrumen pasar modal
|
C2
|
15
|
|
3.2 Mendeskripsikan mekanisme kerja bursa
efek
|
Siswa dapat menjelaskan pengertian Bursa Efek
|
C2
|
16
|
Siswa dapat menjelaskan pengertian sekuritas.
|
C2
|
17
|
|
Siswa dapat membedakan saham dan
obligasi.
|
C4
|
18
|
|
Siswa dapat menmbedakan sekuritas jangka pendek
dan sekurias jangka panjang
|
C4
|
19
|
|
4.1 Mengidentifikasi manfaat, keuntungan dan
faktor-faktor pendorong perdagangan internasional
|
Siswa dapat menjelaskan manfaat perdagangan
internasional.
|
C2
|
20
|
Instrumen Kecerdasan Emosional
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian angket!
1. Berikan tanda silang (x) pada salah satu
pilihan jawaban dibawah ini sesuai dengan persentase diri anda masing-masing.
2. Untuk soal nomor 1, 2, 3 dan 4 isilah
sesuai dengan apa yang anda rasakan pada saat pengembilan keputusan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Untuk soal nomor 5, 6, 7 dan 8 isilah
sesuai dengan kemampuan anda untuk mengelola dan mengendalikan emosi dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Untuk soal nomor 9, 10, 11 dan 12 isilah
sesuai dengan kemampuan anda untuk memotivasi diri anda dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Untuk soal nomor 13, 14, 15 dan 16 isilah
sesuai dengan kemampuan anda dalam mengenali emosi orang lain dalam kehidupan
sehari-hari.
6. Untuk soal nomor 17, 18, 19 dan 20 isilah
sesuai dengan kemampuan anda dalam membina hubungan dan berinteraksi dengan
orang lain terutama dalam atau di luar kelas.
1. Dalam kondisi frustasi, anda mengetahui
faktor penyebabnya. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mengetahui faktor penyebab tersebut?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
2. Pada saat anda tidak bisa mengerjakan
tugas, ulangan harian atau mid semester dengan baik, anda mengetahui faktor
penyebabnya. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mengetahui faktor penyebab tersebut?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
3. Anda mampu membuat keputusan yang baik
dalam kondisi keadaan tertekan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
4. Anda mampu membuat keputusan yang baik
dalam kondisi keadaan sedih atau galau. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
5. Anda mampu berfikir dengan jernih dalam
keadaan tertekan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
6. Anda mampu berfikir dengan fokus dalam
keadaan sedih atau galau. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
7. Anda mampu mengandalikan diri untuk tidak
marah dengan teman ketika di dalam kelas. Anda mampu membuat keputusan yang
baik dalam kondisi keadaan tertekan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
8. Anda mampu mengendalikan diri untuk
menahan emosi pada saat ada teman yang membuat anda jengkel dan sangat emosi
tanpa berkelahi. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
9. Anda mampu memotivasi diri anda untuk
menerima materi pelajaran dengan baik ketika anda sedang mendapat masalah di
rumah. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
10. Anda mampu memotivasi diri anda untuk
menerima materi pelajaran dengan baik ketika anda sedang mendapat masalah
dengan teman. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
11. Anda mampu memotivasi diri anda untuk
menerima materi pelajaran dengan baik ketika anda sedang mendapat masalah
dengan teman dekat atau pacar. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
12. Dalam mengerjakan tugas baik di rumah
maupun di sekolah, anda mampu mengerjakan dengan baik meskipun anda belum
pernah melaksanakan tugas itu sebelumnya. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
13. Saat guru sedang menjelaskan materi
pelajaran, anda menjadi pendengar yang baik dan memperhatikannya. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
14. Saat teman anda sedang berbicara atau
cuhat (curahan hati), anda menjadi pendengar yang baik dan memperhatikannya.
Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
15. Anda membantu dan menolong guru
membereskan peralatan guru dalam pembelajaran berdasarkan kerelaan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
16. Anda membantu dan menolong teman yang
meminta bantuan berdasarkan kerelaan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
17. Dalam berkomunikasi dengan guru di
sekolah, anda mampu melakukan dengan sopan dan terbuka. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
18. Dalam berkomunikasi dengan teman di
sekolah, anda selalu terbuka. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
19. Anda selalu berusaha memelihara ikatan
persahabatan antar teman-teman di sekolah. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
20. Anda selalu berusaha memelihara hubungan
yang baik dengan guru-guru di sekolah. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b. 31-60 %
|
c. 10-30 %
|
Instrumen Aktivitas Emosional Belajar
Siswa
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian angket!
1. Berikan tanda silang (x) pada salah satu
pilihan jawaban dibawah ini sesuai dengan persentase diri anda masing-masing.
2. Jawaban anda tidak akan berpengaruh
terhadap nilai mata pelajaran ekonomi anda.
1. Anda tetap berminat untuk belajar walaupun
anda sedang berada dalam keadaan tertekan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase minat anda melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
2. Anda tetap berminat untuk belajar walaupun
anda sedang sedih atau galau. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase minat anda melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
3. Dalam keadaan keributan atau keropotan di
rumah, anda tetap berangkat ke sekolahan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase minat anda melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
4. Dalam keadaan hari diantara hari libur
(hari terjepit), anda tetap berangkat ke sekolahan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar persentase
minat anda melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
5. Anda tetap belajar atau mengerjakan semua
tugas pekerjaan rumah (PR) dengan baik meskipun dalam keadaan mati lampu. Ya/
Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase minat anda melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
6. Anda tetap belajar atau mengerjakan semua
tugas pekerjaan rumah (PR) dengan baik meskipun tetangga anda sedang ada hajat
dan ada hiburannya. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase minat anda melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
7. Anda mampu membedakan mana hal yang baik
yang akan anda lakukan dalam mengambil keputusan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu membedakannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
8. Anda mampu membedakan tugas yang harus
anda utamakan untuk anda kerjakan. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu membedakannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
9. Anda mampu membedakan materi pelajaran
ekonomi mana dahulu uang anda utamakan untuk anda pelajari saat akan ulangan.
Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu membedakannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
10. Anda berani mengambil keputusan dakam
keadaan terdesak. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
11. Anda berani mengemukakan pendapat anda di
depan teman-teman anda atau di depan forum. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
12. Anda berani dan siap berkorban dalam
menjalankan tugas. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
13. Anda tetap berusaha tenang ketika
menghadapi suatu permasalahan dengan teman anda. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
14. Anda tetap berusaha tenang ketika
menghadapi suatu permasalahan dengan guru. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
15. Setiap mengambil keputusan dan
melaksanakannya, anda berada dalam kondisi sadar. Ya/ Tidak?
Bila iya, berapa besar
persentase anda mampu melakukannya?
a.
61-90
%
|
b.
31-60
%
|
c.
10-30
%
|
Instrumen Hasil Belajar
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian angket!
1. Berikan tanda silang (x) pada salah satu
pilihan jawaban dibawah ini yang benar.
2. Jawaban anda tidak akan berpengaruh
terhadap nilai mata pelajaran ekonomi anda.
1. Penduduk yang sudah memasuki usia kerja disebut?
a. Angkatan
kerja
|
b. Tenaga
kerja
|
c. Usia
kerja
|
d. Pekerjaan
|
2.
Berikut
ini merupakan penyebab pengangguran yaitu?
a.
Kurangnya
lapangan kerja
|
b.
Kurangnya
kualitas pendidikan
|
c.
Kurangnya
jumlah penduuk
|
d. Jawaban
a dan b benar
|
3. Di
bawah ini urutan yang tepat tentang penjelasan kesempatan kerja, tenaga kerja
dan angkatan kerja yaitu?
1.
penduduk
yang sudah memasuki usia kerja
2.
penduduk
dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun.
3. memenfaatkan sumber daya manusia untuk menghasilkan
barang dan jasa.
a. 213
|
b. 321
|
c. 123
|
d. 132
|
4. Pengangguran jika di lihat dari tolak ukur berdasarkan
lama waktu kerja maka dapat di kelompokan menjadi 3 kelompok yaitu di bawah
ini, kecuali?
a. Pengangguran
terbuka
|
b. Setengah
menganggur
|
c. Pengangguran
rasional
|
d. Pengangguran
terselubung
|
5.
Berikut
ini cara mengatasi pengangguran, kecuali?
a. Memperluas
kesempatan kerja
|
b. Meningkatkan
kualitas pendidikan
|
c. Memberikan
kesempatan kerja ke luar negeri
|
d. Mempertahankan
kualitas produk
|
6. Berikut
ini merupakan definisi dari pembangunan nasional yaitu?
a.
Mewujudkan
masyarakat adil dan makmur, yang meratamaterial dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945
|
b.
Upaya
untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
|
c.
Masalah perekonomian jangka panjang
dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa.
|
d.
Upaya
untuk mengurangi tenaga kerja yang tidak ahli
|
7.
Permasalahan
pembangunan ekonomi di indonesia, kecuali?
a.
Rendahnya
pertumbuhan ekonomi
|
b.
Kemiskinan
|
c.
Pengangguran
|
d.
Keseimbangan
penghasilan
|
8.
Berikut
ini merupakan kondisi perekonomian di Indonesia, kecuali?
a.
Keseimbangan
penghasilan
|
b.
Rendahnya
pertumbuhan ekonomi
|
c.
Terjadinya
kesenjangan penghasilan
|
d.
Tingkat
kemiskinan yang tinggi
|
9.
Mewujudkan masyarakat adil dan
makmur, yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib, dan damai. Kalimat tersebut merupakan?
a.
Pengertian
pembangunan ekonomi
|
b.
Tujuan
peningkatan kualitas tenaga kerja
|
c.
Tujuan
mengurangi pengangguran
|
d.
Tujuan
pembangunan ekonomi
|
10. Berikut ini merupakan definisi pertumbuhan
ekonomi yang benar yaitu?
a.
Proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
|
b.
Proses
perubahan kondisi penghasilan suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
|
c.
Proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara bertahap menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu.
|
d.
Proses
perubahan kondisi penghasilan suatu negara secara bertahap menuju keadaan
yang lebih baik selama periode tertentu.
|
11. Berikut ini merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, kecuali?
a.
Tanah
dan kekayaan alam
|
b.
Jumlah
dan mutu penduduk/ tenaga kerja
|
c.
Tingkat
teknologi
|
d.
Sistem
tata negara dan sikap masyarakat
|
12. Berikut ini merupakan dampak pengangguran
terhadap pembangunan nasional adalah?
a.
Kegiatan
konsumsi berkurang
|
b.
Kegiatan
produksi lancar
|
c.
Kegiatan
konsumsi lancar
|
d.
Kegiatan
distribusi lancar
|
13. Berikut ini merupakan definisi pasar modal
yang benar adalah?
a.
Pasar yang memperdagangkan
valuta asing atau uang asing dan sebagai lembaga pasar
di mana orang dapat memperoleh fasilitas untuk melakukan pembayaran atau
menerima pembayaran dari penduduk negara lain.
|
b.
Merupakan
wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang
dengan pihak yang memiliki dana tersebut.
|
c.
Pasar yang
memperdagangkan kredit jangka pendek yang mempunyai jangka waktu
kurang dari satu tahun, seperti wesel, surat-surat
berharga, dan sebagainya.
|
d.
Merupakan wahana
untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan pinjaman jangka pendek
dengan pihak yang memiliki dana tersebut.
|
14. Berikut ini merupakan fungsi pasar modal, kecuali?
a.
Sumber dana
jangka panjang
|
b.
Alternatif
investasi
|
c.
Alat
untuk melakukan inflasi
|
d.
Alat restrukturisasi
modal perusahaan
|
15. Berikut ini instrumen pasar modal yaitu, kecuali?
a.
Saham,
obligasi waran
|
b.
Waran,
saham, uang tunai
|
c.
Obligasi,
saham
|
d.
Waran,
sertifikat danareksa
|
16. Pasar yang berhubungan dengan pembelian
dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa itu, merupakan
pengertian dari?
a.
Pasar
modal
|
b.
Bursa
efek
|
c.
Bursa
saham
|
d.
Jawaban
b dan c benar
|
17. Di bawah ini merupakan pengertian
sekuritas yang benar adalah?
a.
Surat
hutang yang dapat dengan cepat dijadikan uang atau kas
|
b.
Surat
piutang yang dapat dengan cepat dijadikan uang atau kas
|
c.
Surat
tagihan hutang yang dapat dengan cepat dijadikan uang atau kas
|
d.
Surat
hutang yang dapat dengan cepat dijadikan modal
|
18. Di bawah ini merupakan perbedaan dari
saham dan obligasi yaitu?
a.
Jika saham
adalah surat tanda meminjamkan uang yang mempunyai jangka waktu tertentu,
biasanya lebih dari 1 tahun, sedangkan obligasi adalah tanda penyertaan modal
pada Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang
Hukum Dagang (KUHD)
|
b.
Jika saham
adalah surat tanda meminjamkan uang yang mempunyai jangka waktu tertentu,
biasanya lebih dari 1 tahun, sedangkan obligasi adalah efek yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari
perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu.
|
c.
Jika saham
adalah tanda penyertaan modal pada Perseroan Terbatas (PT) sebagaimana diatur
dalam Kitab Undangundang Hukum Dagang (KUHD), sedangkan obligasi adalah surat berharga
yang diterbitkan oleh PT Danareksa (Persero) untuk mewakili efek/surat berharga yang
dibeli oleh PT Danareksa sebagai pendukung atau jaminannya.
|
d.
surat tanda
meminjamkan uang yang mempunyai jangka waktu tertentu, biasanya lebih dari 1
tahun.
|
19. Berikut ini merupakan perbedaan sekuritas
jangka pendek dan sekuritas jangka penjang, yang benar adalah?
a.
Jika
sekuritas jangka pendek umurnya lebih dari 1 tahun, sedangkan sekuritas
jangka panjang umurnya lebih dari 10 tahun
|
b.
Jika
sekuritas jangka pendek umurnya kurang dari 1 tahun, sedangkan sekuritas
jangka panjang umurnya lebih dari 1 tahun
|
c.
Jika
sekuritas jangka pendek umurnya kurang dari 5 tahun, sedangkan sekuritas
jangka panjang umurnya lebih dari 10 tahun
|
d.
Jika
sekuritas jangka pendek umurnya kurang dari 1 tahun, sedangkan sekuritas
jangka panjang umurnya lebih dari 5 tahun
|
20. Berikut ini merupakan manfaat perdagangan
internasional, kecuali?
a.
Menjalin
persahabatan antar negara
|
b.
Memperoleh
barang produksi yang tidak diperoduksi di negeri sendiri
|
c.
Memperoleh
keuntungan dari sektor bumi
|
d.
Memperluas
pasar
|
KUNCI JAWABAN
1.
|
A
|
11.
|
D
|
2.
|
D
|
12.
|
A
|
3.
|
B
|
13.
|
B
|
4.
|
C
|
14.
|
C
|
5.
|
D
|
15.
|
B
|
6.
|
B
|
16.
|
D
|
7.
|
D
|
17.
|
A
|
8.
|
A
|
18.
|
D
|
9.
|
D
|
19.
|
B
|
10.
|
A
|
20.
|
C
|
Play fun88 casino games - Vie Casino
BalasHapusVie Casino bet365 offers the best bonuses, bonuses and 카지노 free spins offers from top providers fun88 soikeotot and players. Play free online casino games in our website.