TUGAS
KELOMPOK X
IDENTIFIKASI
DAN INTERVENSI DIRI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
“DIAGNOSA DAN REMIDIAL PEMBELAJARAN”
DOSEN PENGAMPU TRIYANI RATNAWURI, M.Pd.
DISUSUN OLEH
:
NAMA
|
NPM
|
Novan
Andrian
|
11210057
|
Dedi
Haryanto
|
11210077
|
Wahidin
Jatinugroho
|
09211395
|
Lilik
Widiarti
|
09211362
|
Lia Wahyuni
|
11210052
|
Semester : V
(Lima)
Kelas B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2013
BAB XI
IDENTIFIKASI DAN INTERVENSI DINI
1.
Anak
yang Beresiko Berkesulitan Belajar
Istilah
anak beresiko berkesulitan belajar di kemukakan oleh lerner (1998:227) istilah
beresiko di gunakan untuk menunjukan bahwa melakukan identifikasi anak
berkesulitan belajar pada masa prasekolah merupakan pekerjaan yang sangat
sulit. Anak-anak tersebut belum mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas
sekolah. ada tiga alasan untuk menyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk
menjadi anak berkesulitan belajar :
1. Hasil
pemeriksaan medis
2. Resiko
biologis
3. Resiko
lingkungan
Melalui
pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak kanak dapat di prediksi adanya
kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar. Prediksi ilmiah tidak
selamanya tepat tapi dapat meningkatkan kewaspadaan orang tua untuk melakukan
usaha yang lebih intensif untuk masa
mendatang. Kewaspadaan tersebut seharusnya menjadikan orangtua untuk
menyediakan lingkungan yang kondusif
bagi perkembangan potensi anak secara optimal dan terintegrasi. Dengan
demikian, jika prediksi tentang akan adanya
penyimpangan yang tidak di harapkan benar-benar terjadi atau tidak
terjadi, orang tua telah menyediakan lingkungan yang sebaik baiknya bagi anak.
Penyediaan lingkungan yang kondusif semacam itu tidak hanya bermanfaat bagi
anak beresiko berkesulitan belajar tetapi juga bagi anak pada umumnya.
Prediksi
tentang kemungkinan timbulnya kesulitan belajar di sekolah biasanya di dasarkan
atas hasil pemeriksaaan terhadap perkembangan, penyakit, atau situasi traumatik
yang di alami oleh anak pada masa prasekolah. Adanya kelambatan perkembangan
motorik, bahasa dan emosi sering dijadikan acuan prediksi bahwa anak kelak akan
mengalami kesulitan belajar. Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan
pada otak seperti meningitis dan ensifilatis juga sering di jadikan acuan untuk
memprediksi terjadinya kesulitan belajar di sekolah. Peristiwa traumatik yang
dapat di gunakan sebagai landasan prediksi terjadinya kesulitan belajar adalah
peristiwa yang dapat menimbulkan kerusakan pada otak, misalnya akibat
kecelakaan.
Resiko
biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang di dasarkan atas riwayat medis
dan kesehatan yang dapat menimbulkan ke sulitan belajar di sekolah. Contoh
resiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesulitan belajar. Tidak
semua anak yang lahir prematur akan berkesulitan belajar di sekolah. Meskipun
demikian, cukup banyak kasus kesulitan belajar yang berlatarbelakang prematuritas.
Memahami risiko semacam ini orang tua sebaiknya waspada dan menyediakan lingkungan
yang sebaik-baiknya bagi pertumbuhan dan perkem-bangan anak. Orang tua yang
berkesulitan belajar hendaknya waspada dan menyiapkan anak dengan sebaik-baiknya
sejak bayi di lahirkan. Tidak semua anak
yang orang tuanya berkesulitan belajar juga mengalami kesulitan belajar. Meskipun
demikian, seperti di kemukakan oleh Hornsby (1984:41), sembilan dari sepuluh
anak dileksia memiliki orang tua yang dileksia juga.
Resiko
Lingkungan terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkungan sosial yang menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut tercakup
fisik, emosi kognitif, dan hanya terkait dengan fungsi kognitif juga fisik,
emosi dan intuisi, dan anak dapat di
golongkan berbakat kalau semua tersebut tumbuh dan berkembang secara
terintegrasi hingga taraf yang tinggi. Risiko lingkungan dapat di sebabkan oleh
adanya kondisi sosial ekonomi atau pengetahuan orang tua yang rendah sehingga
orang tua tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk menyediakan lingkungan
yang bergizi. Adapun yang di maksud dengan lingkungan yang bergizi adalah
lingkungan yang mampu memberikan stimulasi fisik, emosi, kognitif, dan intuisi yang
memungkinkan fungsi-fungsi tersebut berkembang optimal dan terintegrasi. Program
pelayanan PLB bagi anak prasekolah yang beresiko berkesulitan belajar dapat di
selenggarakan secara khusus dan dapat pula di selenggarakan terintegrasi dengan
TK atau Pusat-Pusat Pelayanan kesehatan anak. Program pelayanan dapat di
bedakan menjadi dua macam, (1) untuk usia 0-3 tahun, dan (2) untuk usia 3-6
tahun. Kedua kelompok tersebut memerlukan metode asesmen
dan intervensi yang berbeda-beda.
2.
Hakikat
Identifikasi dan Intervensi Dini
Identifikasi
berkenaan dengan upaya menemukan anak-anak usia prasekolah yang di duga beresiko
berkesulitan belajar, sedangkan intervensi
berkenaan dengan upaya pemberian perlakuan agar kesulitan belajar dapat
di cegah atau di tanggulangi. Identifikasi dan intervensi dapat di bedakan
tetapi keduanya saling terkait. Identifikasi tanpa ditindaklanjuti dengan
intervensi tidak ada gunanya, dan intervensi tanpa di dasarkan atas hasil
identifikasi juga tidak ada gunanya dan bahkan mungkin dapat menimbulkan
malapetaka. Ada enam langkah yang sebaiknya diikuti dalam melakukan
identifikasi dan intervensi dini, yaitu :
1. Menjalin
hubungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
2. Melaksanakan
identifikasi
3. Menegakkan
diagnosis
4. Merancang
program intervensi
5. Melaksanakan intervensi
6. Mengevaluasi
program intervensi
a.
Menjalin
Hubungan dan Meningkatkan Kesadaran
Masyarakat
Sebelum
melaksanankan identifikasi anak beresiko berkesulitan belajar masyarakat harus
diberi informasi dan di tingkatkan
kesadaran mereka tentang pentingnya identifikasi dan intervensi dini bagi anak-anak.
Meskipun identifikasi dini sangat penting untuk mencegah terjadinya kesulitan
belajar di sekolah, orang tua harus di beri penjelasan bahwa ientifikasi dapat
keliru. Kekeliruan dapat terjadi karena tiap
anak memiliki irama perkembangan dan masa kematangan fungsi yang
berbeda-beda. Dan yang sangat penting untuk di pahami oleh masyarakkat dan para
guru adalah agar hasil identifikasi tidak di gunakan sebagai bahan olok-olok
atau pemberian label yang negative kepada anak. Masyarakat dan Guru harus diberi
penjelasan bahwa banyak orang terkenal pada masa kanak kanak dan pada masa
sekolahnya tergolong berkesulitan belajar. Orang-orang penting seperti Albert
einstein, Leonardo da Vinci, Thomas Alva Edison, Jenderal George Patton, ialah
beberapa individu yang pada masa kanak-kanak dan pada masa usia sekolahnya
tergolong berkesulitan belajar (Hornsby,1984:10-12). Jika peraturan yang
mengharuskan adanya identifikasi anak
beresiko berkesulitan belajar belum ada, pelaksanaan identifikasi hendaknya di
tawarkan kepada orang tua atau sekolah yang merasa membutuhkan saja. Masalah
yang dapat timbul karena identifikasi dini:
1. Guru
mungkin akan memberikan label negatif kepada anak yang dapat berdampak negatif
bagi perkembangan anak.
2. Orang
tua dan guru mungkin merasa tidak memiliki harapan terhadap anak sehingga
berdampak negatif terhadap upaya mereka membantu anak.
3. Anak
yang diidentifikasi berisiko berkesulitan belajar belum tentu benar-benar
berkesulitan belajar di sekolah sehingga masyarakat meragukan manfaat
identifikasi dan intervensi dini.
4. Keberhasilan
anak berisiko berkesulitan belajar di sekolah belum tentu karena akibat
identifikasi dan intervensi dini.
Akhirnya,
masyarakat harus disadarkan bahwa melakukan identifikasi dan diagnosis
kesulitan belajar pada anak usia prasekolah adalah pekerjaan sulit. Karena
manfaatnya yang sangat besar bagi perkembangan anak di masa datang maka
masyarakat perlu diajak menyadari pentingnya identifikasi dan intervensi dini
anak-anak prasekolah berisiko berkesulitan belajar. Masyarakat juga perlu
diajak menyadari masalah-masalah yang muncul dari penyelenggaraan identifikasi
dan intervensi dini, dan dengan adanya kesadaran tersebut melakukan upaya untuk
menanggulanginya.
b.
Melaksanakan
Identifikasi
Identifikasi
berkenaan dengan upaya menemukan anak prasekolah yang berisiko berkesulitan
belajar. Untuk menghindari pemberian label negatif pada anak, sebaiknya
pemerintah mewajibkan agar setiap anak prasekolah menjalani pemeriksaan dengan
biaya rendah dan waktu yang singkat. Hasil identifikasi hendaknya tidak
digunakan sebagai persyaratan penerimaan masuk sekolah tetapi benar-benar untuk
landasan intervensi dini. Untuk menghindari anak-anak berkesulitan belajar
ditolak masuk sekolah untuk anak normal, penyelenggaraan PLB hendaknya
terintegrasi dengan penyelenggaraan pendidikan pada umumnya.
Bentuk
penyelenggaraannya dapat dari integrasi penuh hingga integrasi sebagian. Pemeriksaan
untuk melakukan identifikasi hendaknya ditujukan untuk mengetahui penglihatan,
pendengaran, bicara dan bahasa, keterampilan motorik, keterampilan menolong
diri sendiri, kematangan sosial, emosional dan perkembangan kognitif. Menurut
Lerner (1998:242) ada lima bidang yang hendaknya diperiksa, yaitu :
§ Ketajaman
sensoris
§ Perkembangan
motorik
§ Penguasaan
konsep-konsep dasar
§ Keterampilan
bahasa
§ Keterampilan
sosial dan emosi
Ketajaman
sensoris mencakup ketajaman penglihatan dan pendengaran. Bila diduga anak
memiliki gangguan dalam penglihatan dan pendengaran, anak hendaknya dikirim ke
dokter untuk memperoleh pemeriksaan lebih lanjut. Sesungguhnya yang perlu
diperiksa bukan hanya ketajaman tetapi juga berfungsinya penglihatan dan
pendengaran. Ini berarti bahwa persepsi visual dan auditif anak juga perlu
mendapat pemeriksaan.
Perkembangan
motorik anak perlu diperiksa, baik motorik kasar maupun motorik halusnya. Dalam
tes motorik, anak dapat diminta untuk menangkap, melompat, menumpuk balok,
menggunting, menggambar bentuk-bentuk geometri, dan menulis huruf atau angka.
Penguasaan konsep-konsep dasar dapat diperiksa dengan meminta kepada anak untuk
menyebutkan berbagai warna, bagian-bagian tubuh, menghitung secara berurutan
hingga 12, memasangkan jumlah benda dengan angka sampai sembilan, pemahaman
konsep tempat (di atas, di bawah, sudut, antara, dan di tengah), dan memahami konsep-konsep
ukuran dan bentuk. Pemeriksaan tidak harus dengan tes formal tetapi dapat
menggunakan tes informal.
Keterampilan
bahasa mencakup reseptif dan ekspresif. Artikulasi dapat diperiksa dengan
meminta anak mengucapkan beberapa kata, misalnya 15 kata yang berbeda-beda.
Pemeriksaan juga mencakup meminta anak untuk menirukan pola tepukan tangan,
mengulang angka dan kalimat yang diucapkan oleh pemeriksa, menjawab
pertanyaan-pertanyaan pemecahan masalah, menyebut jenis
kelaminnya sendiri,
menyebut umur, dan menyebut alamatnya sendiri.
Keterampilan
sosial dan emosi dapat diperiksa melalui observasi terhadap perilaku anak dalam
menjalin hubungan dengan orang tua, guru, saudara, atau teman bermain.
Observasi tersebut hendaknya didasarkan atas tahapan perkembangan anak usia
prasekolah, sehingga sifat egosentris pada anak usia tiga tahun misalnya, harus
dipandang sebagai perkembangan yang normal.
c.
Menegakkan
Diagnosis
Menegakkan diagnosis menunjuk pada
cara-cara yang komprehensif untuk menentukan suatu jenis kesulitan dan
kemungkinan penyebabnya. Diagnosis digunakan untuk menentukan, apakah anak
memerlukan pelayanan PLB pada usia prasekolah atau tidak? Diagnosis hendaknya
juga menentukan beratnya masalah, kemungkinan penyebab, dan sistem pemberian
intervensi yang sesuai bagi anak.
d.
Merancang
Program Intervensi
Program
intervensi harus dirancang berdasarkan hasil diagnosis. Prinsip-prinsip yang
mendasari penyusunan PPI (Program Pendidikan Individual) seperti yang telah
dikemukakan pada Bab III dapat digunakan sebagai acuan.
e.
Melaksanakan
Intervensi
Intervensi
dini bagi anak usia prasekolah dapat dilakukan oleh guru khusus bagi anak
berkesulitan belajar atau guru TK atau orang tua di bawah bimbingan ahli PLB
bagi anak berkesulitan belajar. Tempat intervensi dapat di TK, pusat kesehatan
anak, pusat identifikasi dan intervensi dini atau di rumah.
f.
Mengevaluasi
Program
Pada
akhir kegiatan intervensi dilakukan evaluasi untuk menentukan keberhasilan
program dan kemajuan anak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan keterampilan
anak sebelum dan sesudah mengikuti program intervensi. Evaluasi hendaknya
dilakukan tidak hanya pada akhir program tetapi juga pada saat program
dirancang dan dilaksanakan.
3.
Sistem
Pelayanan Identifikasi dan Intervensi Dini
Alternatif pelayanan dan penempatan anak usia
prasekolah berbeda dari untuk anak usia sekolah. Ada empat pilihan sistem, yaitu :
a.
Pelayanan
di Rumah
Pelaksanaan
di rumah dilaksanakan oleh orang tua. Sehingga dengan demik-
ian orang tua menjadi guru bagi anaknya
sendiri. Jenis pelayanan ini menuntut waktu, dedikasi, dan motivasi orang tua.
Dalam kasus tertentu, di perlukan keterlibatan ahli PLB bagi anak berkesulitan
belajar. Tugas ahli PLB tersebut adalah melatih orang tua dalam melakukan
asesmen, merancang program, melaksanakan program, dan melakukan evaluasi
program intervensi. Ahli PLB tersebut juga perlu mendemonstrasikan kepada orang
tua cara melaksanakan berbagai aktifitas yang dapat menunjang perkembangan
anak. Pemantauan juga perlu dilakukan oleh ahli PLB agar berbagai kekeliruan
yang dilakukan oleh orang tua dapat segera diperbaiki. Pelayanan intervensi di
rumah mungkin menuntut kehadiran seorang ahli PLB sekali hingga tiga kali dalam
seminggu.
Ada
dua keuntungan dari program pelayanan di rumah. Pertama, sistem tersebut memungkinkan anak belajar dalam situasi
yang alami. Kedua, memungkinkan orang
tua terlibat secara penuh dalam proses belajar anak. Adapun kekurangannya
adalah, dalam kondisi kekurangan tenaga ahli PLB di bidang pendidikan anak
berkesulitan belajar, sulit untuk memperoleh bantuan profesional dari seorang
ahli semacam itu. Pelayanan di rumah terutama sekali sesuai untuk bayi dan
kanak-kanak di daerah terpencil yang menyebabkan orang tua sulit untuk
mengunjungi pusat-pusat pelayanan identifikasi dan intervensi dini.
b.
Pelayanan
Terintegrasi dengan TK
Pelayanan
jenis ini tentu saja hanya sesuai untuk anak-anak berusia tiga hingga enam
tahun, yaitu saat anak masuk TK. Sudah berulang kali dikemukakan bahwa
pelayanan PLB tidak harus memisahkan anak luar biasa dari anak-anak pada
umumnya, dan karena itu pelayanan PLB dapat diintegrasikan dengan pelayanan
pelayanan pendidikan di TK. Pelayanan jenis ini memungkinkan anak tetap dapat
bermain dan belajar bersama anak lain, dan hanya dalam waktu-waktu tertentu
mereka dipisahkan untuk memperoleh pelayanan intervensi dari guru PLB secara
intensif. Mungkin ada anak yang karena beratnya masalah yang dihadapi
memerlukan intervensi yang menyita sebagian besar waktu mereka di TK. Meskipun
demikian, anak berisiko berkesulitan belajar di TK tersebut tetap dapat bermain
bersama anak lain yang merupakan bagian penting dari proses sosialisasi.
c.
Pelayanan
di Pusat Identifikasi dan Intervensi Dini
Adanya pusat identifikasi dan intervensi
dini bagi anak berisiko berkesulitan belajar tampaknya masih merupakan khayalan
tetapi sesungguhnya sangat diperlukan bagi penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu. Pelayanan identifikasi dan intervensi dini dapat terintegrasi dengan
TK, puskesmas, atau klinik-klinik kesehatan. Pada saat ini di Rumah Sakit
Harapan Kita Jakarta ada yang dinamakan klinik Tumbuh Kembang yang fungsinya
antara lain memberikan intervensi dini terhadap anak-anak yang mengalami
hambatan perkembangan. Di tempat semacam itu tentu saja sangat bermanfaat jika
ditempatkan ahli PLB di bidang pendidikan anak berkesulitan belajar sebagai
salah seorang anggota tim dalam melaksanakan tugas interdisipliner. Dalam
kondisi yang ideal, suatu pusat identifikasi dan intervensi dini perlu memiliki
suatu tim ahli yang mencakup dokter spesialis anak, psikolog anak, ahli PLB di
bidang pendidikan anak berkesulitan belajar, ahli pendidikan anak, ahli bina
wicara, ahli pendidikan jasmani adaptif, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi,
dan pekerja sosial.
Anak berisiko berkesulitan belajar
mungkin perlu
mendapat pelayanan di pusat identifikasi dan intervensi dini selama dua atau
tiga jam sehari, dua atau lima kali seminggu, tergantung berat atau ringannya
masalah. Kurikulum yang komprehensif perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
tiap anak. Pengembangan kurikulum di pusat identifikasi dan intervensi dini
adalah PLB di bidang pendidikan anak berkesulitan belajar. Program-program
belajar seperti PPI (Program Pendidikan Individual) perlu dikembangkan dan
semua anggota tim ahli serta orang tua harus terlibat dalam pengembangan
program semacam itu.
d.
Pelayanan
Gabungan
Suatu pelayanan intervensi dini yang fleksibel dapat
dikembangkan dengan mengkombinasikan ketiga jenis pelayanan yang lain. Sebagai
contoh, anak mungkin datang ke pusat pelayanan intervensi dini untuk beberapa
kali dalam seminggu sambil belajar di TK. Bagi anak yang belum masuk TK
kehadirannya di pusat pelayanan intervensi
dini dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan. Seorang ahli PLB bagi anak
berkesulitan belajar yang bertugas di pusat pelayanan intervensi dini atau di
TK mungkin perlu berkunjung ke rumah anak untuk memberikan pengarahan atau
latihan kepada orang tua. Karena sifatnya yang fleksibel dari bentuk pelayanan
gabungan ini maka intervensi dini dapat dirancang untuk mempertemukan kebutuhan
khas dari tiap anak.
4. Berbagai Model Program Intervensi Dini
Model program intervensi dini merupakan
gabungan antara elemen-elemen pendidikan taman kanak-kanak dan pendidikan luar
biasa untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan berbagai potensi anak secara
optimal dan terintegrasi. Menurut lerner (1988: 240 ) ada empat model program
intervensi dini :
1) Program
pengayaan
2) Program
pengajaran langsung
3) Program
yang menekankan pada kognitif
4) Program
kombinasi
Program
pengayaan tertolak dari pandangan bahwa anak sebagai satu
kesuluruhan yang utuh dan karena itu pengembangannya harus mencangkup seluruh
aspek fisik, emosi, bahasa, sosial, dan kognitif. Teori-teori perkembangan
merupakan landasan dari jenis program ini, dan kata kunci dari konsep ini
adalah penekanan pada perkembangan alami anak-anak. Dasar pemikiran dari
program pengayaan adalah bahwa dibawah kondisi lingkungan yang menyenangkan dan
terbuka, dorongan dalam diri anak sendiri dan kebutuhan untuk belajar akan
secara alami muncul dan berkembangan. Peranan guru adalah meningkatkan proses
pertumbuhan dan perkembangan alami tersebut melalui penyediaan kesempatan
belajar dalam suatu lingkungan yang memberikan pengayaan, dorongan, dan
pengasuhan.
Program
pengajaran langsung berdasarkan atas psikologi behavioral,
yang memusatkan perhatian pada pengajaran langsung berbagai keterampilan
belajar khusus yang dipilih oleh guru. Peranan guru dalam program pengajaran
langsung adalah merancang dan menstrukturkan pengalaman belajar secara hati-hati
untuk membangun keterampilan praakademik dan akademik. Berbagai bahan dan akti-vitas dirancang secara hati-hati untuk mengembangkan berbagai keterampilan tsb.
Program
yang menekankan pada kognitif
didasarkan atas teori perkembangan kognitif piaget. Perhatian utama dari
program ini adalah mengembangkan berbagai kemampuan kognitif, mencakup
mengingat, membedakan, pemecahan masalah, pembentukan konsep, belajar verbal,
dan keterampilan mendengarkan, suatu hal yang harus dipahami dari teori piaget
adalah anak menggunakan cara berpikir yang berbeda dari orang dewasa. Program
jenis ini berupaya untuk mendorong berbagai pengalaman dan perbuatan yang
membantu membangun berbagai keterampilan berpikir.
Program kombinasi, sebagaian besar program pengembangan
kanak-kanak tidak mengikuti suatu model program tunggal tetapi mengkombinasikan
berbagai elemen berbagai jenis program. Sebagian disediakan pengalaman terbuka
yang dapat dipilih oleh anak, sebagaian merupakan pengajaran langsung berbagai
keterampilan khusus, dan sebagaian lagi perkembangan keterampilan kognitif.
Program intervensi dini bagi anak-anak
prasekolah yang beresiko berkesulitan belajar membutuhkan program komperhensif yang menyajikan stimulasi dan
latihan berbagai bidang. Banyak komponen program yang merupakan bidang-bidang
belajar yang bersifat perkembangan atau praakademik. Berikut berbagai aktifitas intervensi dini yang dapat
dilakukan :
a.
Aktivitas
keterampilan menolong diri sendiri dan konsep diri
Anak-anak harus belajar
mengurus diri mereka sendiri melalui berbagai aktifitas seperti berpakaian,
makan, dan kebersihan. Belajar keterampilan menolong diri sendiri dapat
meningkatkan konsep diri yang positif dan mengembangkan kemandirian.
b.
Aktifitas
motorik kasar
Motorik kasar
mencangkup berbagai otot yang digunakan untuk menggerakan lengan, kaki, batang
tubuh, tangan, dan telapak kaki, untuk mengembangkan motorik kasar dapat
dilakukan melalui berbagai aktifitas seperti berjalan, berguling, memanjat,
melompat, melempar, dan lari.
c.
Aktivitas
motorik halus
Motorik halus
mencangkup berbagai otot yang digunakan untuk menggerakan jari-jari,
pergelangan tangan, koordinasi mata tangan, dan koordinasi dua tangan.
Berbagai aktivitas
untuk melatih motorik halus mencangkup bermain puzzles, permainan yang
menggukanakan jari-jari, memotong, menggunting mengga-mbar, memasukan kancing,
dan sebagainya.
d.
Aktivitas
komunikasi
Kemampuan menggunakan
bahasa untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan adalah esensial untuk
belajar. Kemampuan tersebut mencangkup kemampuan mendengarkan maupun
bercakap-cakap. Berbagai aktivitas untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
mencangkup memahami bahasa yang disampaikan oleh orang lain, beraksi terhadap
berbagai intruksi, memulai komunikasi, menjelaskan, dan menjaga percakapan.
e.
Aktivitas
visual
Berbagai aktivitas
untuk membantu anak mengembangkan kemampuan diskriminasi visual, ingatan
visual, integrasi visual motor, dan koordinasi mata tangan mencangkup mengenal
perbedaan dan persamaan gambar-gambar, mengenal bentuk huruf dan angka.
f.
Aktivitas
auditoris
Suatu keterampilan
pramembaca yang penting adalah kesadaran terhadap berbagai bunyi dalam berbagai
kata. Berbagai aktivitas untuk membantu anak berlatih mengindentifikasi
berbagai bunyi, diskriminasi berbagai bunyi, dan ingatan auditoris mencangkup
permainan kata, permainan ritme, dan permaian mengingat kata.
g.
Aktivitas
kognitif
Berbagai aktivitas
untuk membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir, mempelajari berbagai
hubungan dan perbedaan, klasifikasi, membandingkan, mempertentangkan berbagai
ide, dan memecahkan masalah mencangkup banyak aktiviats.
h.
Aktivitas
sosial
Berbagai aktivitas
untuk membantu anak mengembangkan keterampilan sosial mencangkup menjalin hubungan
dengan orang lain, hubungan dengan anak-anak lain. Dan hubungan dengan guru
melalui belajar bermain kognitif.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta : Jakarta.
LAMPIRAN
SOAL PILIHAN GANDA (PG) :
1. Ahli
yang mengemukakan istilah anak berisiko berkesulitan belajar dikemukakan
oleh...
a.
Albert Einstein c. Hornsby
b. Lerner
d.
George Patton
2. Hal
yang berkenaan dengan upaya pemberian perlakuan agar kesulitan belajar dapat dicegah
atau ditanggulangi!
a. Identifikasi c. Intervensi
b. Identifikasi
dan Intervensi d. Asesmen
3. Beberapa
masalah yang dapat timbul karena identifikasi dini, kecuali :
a. Guru
mungkin akan memberikan label negatif kepada anak yang dapat berdampak negatif
bagi perkembangan anak.
b. Orang
tua dan guru mungkin merasa tidak memiliki harapan terhadap anak sehingga
berdampak negatif terhadap upaya mereka membantu anak.
c. Anak
yang diidentifikasi berisiko berkesulitan belajar belum tentu benar-benar
berkesulitan belajar di sekolah sehingga masyarakat meragukan manfaat
identifikasi dan intervensi dini.
d. Keberhasilan
anak berisiko berkesulitan belajar di sekolah sudah pasti karena akibat
identifikasi dan intervensi dini.
4. Peranan
guru dalam model program intervensi dini yang merancang dan menstrukturkan
pengalaman belajar secara hati-hati untuk membangun keterampilan praakademik
dan akademik!
a. Program
pengajaran langsung
b. Program
pengayaan
c. Program
kombinasi
d. Program
yang menekankan pada kognitif.
5. Hal
yang tidak termasuk dalam identifikasi dan intervensi dini sistem pelayanan di
rumah!
a. pelayanan
ini memungkinkan orang tua terlibat secara penuh dalam proses belajar anak.
b. Pelayanan
ini memungkinkan anak belajar dalam situasi yang alami.
c. Pelayanan
ini dilaksanakan oleh orang tua dan dalam kasus tertentu diperlukan
keterlibatan ahli PLB bagi anak berkesulitan belajar.
d. Pelayanan
ini dapat terintegrasi dengan TK, Puskesmas dan klinik-klinik kesehatan.
SOAL
ESSAY :
1. Pada
anak yang beresiko berkesulitan belajar, tiga alasan untuk menyatakan bahwa
anak tersebut memiliki potensi untuk gagal disekolah atau memiliki potensi
untuk menjadi anak berkesulitan belajar ialah...
2. Ada
enam langkah yang sebaiknya diikuti dalam melakukan identifikasi dan intervensi
dini, salah satunya ialah menegakkan diagnosis. Sebutkan kegunaan dari
diagnosis tersebut!
3. Didalam
sistem pelayanan identifikasi dan intervensi dini ada empat pilihan sistem
pelayanan yang digunakan. Sebutkan empat sistem pelayanan tersebut!
4. Program
intervensi dini bagi anak-anak prasekolah yang beresiko berkesulitan belajar
membutuhkan program komperhensif yang menyajikan stimulasi dan latihan berbagai
bidang. Latihan atau aktifitas intervensi dini yang dapat dilakukan diantaranya
ialah aktivitas sosial. Jelaskan pendapat anda mengenai manfaat dari aktivitas
sosial tersebut !
5. Jelaskan
pendapat anda mengenai identifikasi dan intervensi dini yang anda ketahui!
JAWABAN
PILIHAN GANDA (PG) :
1.
B
2.
C
3.
D
4.
A
5.
D
ESSAY
:
1. Tiga
alasan untuk menyatakan bahwa anak tersebut memiliki potensi untuk gagal
disekolah atau memiliki potensi untuk menjadi anak berkesulitan belajar, yaitu
:
a. Hasil
pemeriksaan medis
b. Resiko
biologis
c. Resiko
lingkungan
2. Kegunaan
dari diagnosis tersebut ialah diagnosis digunakan untuk menentukan, apakah anak
memerlukan pelayanan PLB pada usia prasekolah atau tidak serta diagnosis hendaknya juga digunakan
untuk menentukan beratnya masalah, kemungkinan penyebab, dan sistem pemberian
intervensi yang sesuai bagi anak.
3. Empat
sistem pelayanan identifikasi dan intervensi dini, yaitu :
a. Di
rumah
b. Integrasi
dengan TK
c. Di
pusat-pusat pelayanan identifikasi dan intervensi dini
d. Digabungkan
antara berbagai pilihan tersebut
4. Manfaat
dari aktivitas sosial tersebut diantaranya ialah untuk membantu anak mengembangkan
keterampilan sosial mencangkup menjalin hubungan dengan orang lain, hubungan
dengan anak-anak lain, hubungan dengan guru melalui belajar bermain kognitif
serta mengenal lingkungan sekitar yang setiap hari dijumpai.
5. Identifikasi
dan intervensi dini berkenaan dengan upaya menemukan anak-anak usia prasekolah
yang di duga beresiko berkesulitan belajar serta upaya pemberian perlakuan agar
kesulitan belajar dapat dicegah atau ditanggulangi. Hal ini dilakukan pada anak
prasekolah untuk mengurangi resiko kegagalan pada saat anak tersebut tumbuh dan
berkembang menjadi dewasa serta ketika anak tersebut mengenyam pendidikan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas yang dimungkinkan memiliki potensi
untuk mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar