TUGAS KELOMPOK 6
Aplikasi Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran
Oleh :
1. Fajri Arif Wibawa NPM 11210082
2. Joni Herdiansyah NPM 11210085
3. Mega Amelia NPM 11210055
4. Rahma Hayati NPM
11210062
5. Windi Afria Sari NPM 11210068
Prodi : Pendidikan
Ekonomi (B)
Semester : 3
(tiga)
Matakuliah : Belajar
dan Pembelajaran
Dosen : Prof.
Dr. H. Karwono, M. Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2012/2013
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulilahi
robil alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami kelompok 6 dapat menyelesaikan
makalah ini. Dengan kesempatan
ini, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Prof.
Dr. H. Karwono, M. Pd selaku dosen pengampu matakuliah belajar dan
pembelajaran.
2.
Teman-teman
kelompok 6 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.
3.
Kedua
orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami.
4.
Semua
pihak yang telah berkenan memberikan
bantuan-bantuan.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
1.5 Metode Pencarian Materi ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Teori Belajar yang Berpijak pada Pandangan Behaviorisme
.............. 3
2.2 Aplikasi
Dasar Teori Belajar Behaviorisme Dalam Pembelajaran ...... 5
2.3 Aplikasi
teori belajar Behaviorisme Dalam
pembelajaran ................. 5
2.4
Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar
Behaviorisme Dalam Pembelajaran 7
BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut teori
behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon.
Menurut teori
ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran
atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus
dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan. Oleh karena itu kita perlu
mempelajari tantang bagaimana aplikasi teori belajar behaviorisme dalam
pembelajaran.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
1.
Bagaimana
aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran?
2.
Apa
kelemahan dan kelebihan teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui bagaimana aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran.
2.
Untuk
mengetahui apa kelemahan dan kelebihan teori belajar behaviorisme dalam
pembelajaran.
1.4 Manfaat
1.
Sebagai
media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
2.
Memberikan informasi bagi pembaca.
3.
Dapat memahami atau menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh.
1.5 Metode Pencarian Materi
Penulis dalam
mencari materi menggunakan metode kajian pustaka yaitu mencari di buku dan
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
Belajar yang Berpijak pada Pandangan Behaviorisme
Menurut pandangan psikologi behaviorisme, belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Yang penting
dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Tokoh penting dalam teori behaviorisme secara teorisitik antara lain adalah
sebagai berikut :
a.
Pavlov
Terkenal dengan teori kondisioning klasik (classical conditioning) yaitu
sejenis pembelajaran dimana sebuah organisme belajar untuk menghubungkan atau
stimulus dengan respon. Ada 2 jenis stimulus yaitu stimulus yang tidak
terkondisi (unconditioned stimulus) adalah stimulus yang secara otomatis
menghasilkan respon tanpa didahului dengan pembelajaran apa pun, contohnya
makan. Kemudian stimulus yang terkondisi (conditioned stimulus) adalah stimulus
yang bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respon yang terkondisi
setelah dihubungkan dengan stimulus yang tidak terkondisi, contohnya suara bel
sebelum makanan datang. Kemudian ada 2 jenis respon pula yaitu respon yang
tidak terkondisi (unconditioned respon) adalah sebuah respon yang tidak
dipelajari yang secara otomatis disebabkan oleh stimulus yang tidak terkondisi,
contohnya keluarnya air liur anjing setelah melihat makanan. Kemudian respon yang
terkondisi (conditioned respon) adalah sebuah respon yang dipelajari terhadap
stimulus yang terkondisi yang terjadi setelah stimulus tidak terkondisi
dipasangkan dengan stimulus yang terkondisi, contohnya keluarnya air liur
anjing setelah melihat makanan yang bersamaan dengan bel.
b.
Skinner
Terkenal dengan teori pengkondisian operan (operant conditioning) atau
juga disebut pengkondisian instrumental (instrumental conditioning yaitu suatu
bentuk pembelajaran dimana konsekuensi perilaku menghasilkan berbagai
kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Penggunaan konsekuensi yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku itulah yang
disebut dengan pengkondisian operan. Prinsip teori skinner ini yaitu :
Ø Penguatan (reinforcement), baik
penguatan positif dan penguatan negatif bertujuan untuk meningkatkan perilaku
yang diinginkan.
Ø Hukuman (punishment), dengan
diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yaitu hukuman bertujuan untuk
menurunkan perilaku yang tidak diharapkan.
c.
Thondike
Teori belajar ini dikenal dengan istilah koneksionisme (connectionism),
adanya hubungan antara stimulus dengan dorongan yang muncul untuk memunculkan
respon yang disebut connecting. Dalam teori koneksionisme dikenal hukum-hukum
thorndike yaitu :
Ø Hukum akibat (law of effect),
suatu tindakan yang mengakibatkan suatu keadaan yang menyenangkan (cocok dengan
tuntutan situasi) dan sebaliknya yang mengakibatkan suatu keadaan yang tidak
menyenangkan (tidak cocok dengan tuntutan situasi)
Ø Hukum kesiapan (law of
readiness), kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu stimulus yang dihadapi
sehingga reaksi tersebut memuaskan.
Ø Hukum latihan (law of
exercise), seringnya menggunakan hubungan stimulus dan respon.
Dalam teori ini juga dikenal istilah selcting yaitu memilih stimulus yang
beraneka ragam dilingkungan.
d.
E.R.
Guthrie
Menurut E.R. Guthrie proses terbentuknya rangkaian tingkah laku terjadi
terjadi dengan kondisioning melalui proses asosiasi (hubungan) antara unit
tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar pembentukan tingkah laku ini disebut
law of association.
2.2 Aplikasi Dasar Teori Belajar Behaviorisme
Dalam Pembelajaran
Aplikasi teori ini dalam
pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic”
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar.
Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya.
2.3 Aplikasi
Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran
Untuk
mengaitkan teori behaviorisme dengan
praktik pembelajaran, perlu dipahami
terlebih dahulu mengenai prinsip belajar
teori behaviorisme. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Teori
ini beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
dikatakan telah belajar sesuatu
jika yang bersangkutan dapat
dapat menujukan perubahan tingkah laku tertentu. Perubahan perillaku itu
bisa negatif atau positif
bergantung apa yang ingin diberi.
2.
Hasil
belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi karena hubungan stimulus dan respon, sedangkan proses yang terjadi
antara stimulus respon, yang tidak dapat
diamati itu tidak penting.
Perlunya
reinforcement untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. respon
akan semakin kuat jika
reinforcement (baik positif atau
negatif) ditambah.
Penekanan
proses belajar menurut teori
behaviorisme ini adalah hubungan
stimulus dan respon. Dengan demikian, agar pembelajaran dikelas lebih efektif,
hendaknya guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Guru
hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan kepada
peserta didik agar peserta dapat
memberika respon yang diharapkan.
2.
Guru
hendaknya menentukan jenis respon yang
harus dimunculkan oleh peserta didik. Untuk mengetahui apakah
respon yang ditunjukan peserta didik
benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, guru harus mampu menetapkan
bahwa respon itu dapat diamati dan diukur.
3.
Guru
perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan muncul dari peserta didiknya.
4.
Guru
hendaknya segera memberikan umpan balik
secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respon yang dapat
diberikan telah benar atau belum.
Dalam
teori behaviorisme ini, seorang guru harus mengetahui apa saja yang harus
dilakukan agar dapat meningkatkan perilaku yang diinginkan dan bagaimana
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
1.
Meningkatkan
perilaku yang diinginkan
Enam strategi
pengkondisian operan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku yang
diinginkan, yaitu:
a.
Memilih penguat (reinforcement)
efektif
Guru harus mampu menemukan penguat
mana yang berhasil dengan paling baik untuk setiap peserta didiknya yaitu
membedakan setiap individu dengan menggunakan penguat tertentu. Satu jenis
penguat tertentu untuk peserta didik A belum tentu cocok untuk peserta didik B.
b.
Membuat
penguat menjadi bergantung pada tepat dan waktu
Agar penguat efektif, guru harus
memberikan penguat secara tepat waktu
dan segera mungkin setelah anak menampilkan perilaku tertentu yang diharapkan .
c.
Pilih
jadwal terbaik untuk penguatan
Guru
harus memilih jadwal penguatan terbaik sesuai dengan tuntutan perilaku peserta
didik yang diharapkan guru .
d.
Pertimbangkan untuk membuat kontrak
Analisis perilaku terapan
menyarankan bahwa kontrak kelas seharusnya merupakan hasil masukan dari guru
maupun peserta didik. Pembuatan kontrak melibatkan pembuatan ketergantungan
penguatan secara tertulis. Jika masalah timbul dan peserta didik ingkar janji,
guru dapat menunjukan kontrak yang telah mereka setujui.
e.
Gunakan
penguatan negatif secara efektif
Penguatan
negatif, meningkatkan frekuensi respon dengan menghilangkan stimulus yang tidak
disukai. Contoh : stimulus guru yang sering mengkritik atau tidak menghargai
jawaban serta pertanyaan peserta didik, harus dihilangkan agar rekuensi
bertanya dan frekuensi berani menjawab semakin meningkat .
f.
Gunakan arahan dan pembentukan
Arahan merupakan stimulus yang
ditambahkan atau isyarat yang diberikan tepat sebelum terjadinya kemungkinan
peningkatan respon yang diinginkan. Arahan membantu perilaku terjadi. setelah
peserta didik secara konsistem memperlihatkan respon yang benar, arahan tidak
lagi dibutuhkan. Jika arahan tidak mampu membuat peserta didik
menampilkan perilaku yang diharapkan, guru perlu membantu dengan
pembentukan. Pembentukan (shaping) melibatkan pembelajaran perilaku baru dengan
memperkuat perkiraan secara berturut-turut terhadap perilaku sasaran.
2.
Mengurangi
perilaku yang tidak diinginkan
Ada beberapa
langkah yang dapat digunakan guru untuk mengurangi perilaku anak yang tidak
diinginkan, seperti mengganggu teman memonopoli diskusi kelas, bersikap sok
tahu pada guru (alberto dan troutman dalam santrok)
a.
Gunakan penguatan diferensi
Dalam penguatan diferensi, guru
memperkuat perilaku yang lebih pantas atau perilaku yang tidak sesuai dengan
apa yang dilakukan anak tersebut. Contoh guru dapat memperkuat peserta didik
untuk memperkuat aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan computer dari pada
computer hanya digunakan memainkan game.
b.
Hentikan penguatan (extinction)
Tanpa disengaja guru memberikan
penguatan positif yang justru membuat
perilakau peserta didik yang tidak
diharapkan semakin tidak terpelihara. Dengan demikian guru harus segera
menghentikan penguatan positif, agar perilaku yang tidak diharapkan menurun
atau hilang dan guru memberikan penguatan positif lagi setelah perilaku yang
diharapkan muncul.
Contohnya guru memberikan perhatian
pada peserta didik yang selalu bertanya dan menjawab dalam acara diskusi
kelompok, akhirnya ada peserta didik yang tanpa disadari mendominasi peserta
didik lain hanya untuk mengejar pujian dan nilai. dalam kasus ini guru segera
menghentika penguatan dengan cara meminta peserta didik tersebut agar
memberikan kesempatan kepada teman lain yang belum aktif.
c.
Hilangkan stimulus yang diinginkan
Jika menghentikan pemberian
penguatan tetap tidak berhasil meningkatkan respon yang diharapkan,
penghilangan stimulus yang diinginkan harus segera dilakukan oleh guru, dengan
cara time out dan respon cost.
Time out adalah penghentian
penguatan positif terhadap seseorang untuk sementara yaitu hampir sama dengan
penghentian penguatan , yang berbeda adalah waktu penghilangan penguatan
positif lebih lama sampai berbentuk lagi perilaku yang diinginkan.
Respon cost adalah menjauhkan atau
mengambilkan penguatan positif dari seseorang seperti, peserta didik kehilangan
hak istimewa tertentu. Biasanya biaya respon melibatkan sejumlah sanksi atau
denda.
d.
Hadirkan stimulus yang tidak
disukai (hukuman)
Jenis
stimulus yang tidak disukai dan paling umum digunakan guru adalah teguran
verbal disertai dengan kerutan dahi atau kontak mata. Tindakan ini lebih
efektif digunakan ketika guru dekat dengan peserta didik.
2.4 Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar
Behaviorisme dalam Pembelajaran
1.
Kelemahan teori
belajar behaviorisme dalam pembelajaran
Teori behaviorisme
sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak
variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang
tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini
tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus
dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses
pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk bebas berkreasi dan
berimajinasi. Kekurangan yang lainnya yaitu :
a.
Pembelajaran
siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik,
dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b.
Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.Penggunaan hukuma
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.
c.
Siswa
diberi hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran
yang justru berakibat buruk pada siswa.
2.
Kelebihan teori
belajar behaviorisme dalam pembelajaran
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contohnya yaitu percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, berenang, olahraga. Cocok diterapkan untuk mempelajari
ilmu-ilmu pasti , melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Pembelajaran yang berpijak pada teori behaviorisme
diharapkan agar adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dapat diamati, yang terjadi
karena hubungan stimulus dan respon. Perubahan perilaku tersebut dapat terjadi
dengan meningkatkan perilaku yang diinginkan danmengurangi atau bahkan
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Karwono dan
Heni. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Ciputat:
Cerdas Jaya.
bagus nih makalahnya lumayan informatif
BalasHapus