BAB III
ASESMEN DAN PENYUSUNAN PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL
Sub Bab
1. Hakikat
asesmen
2. Program
pendidikan individual
Latar Belakang
Pada bab II telah
dibicarakan hakikat diagnositik kesulitan belajar dan pengajaran remidial.
Untuk dapat menegakkan diagnosis diperlukan asesmen, dan untuk memberikan
pelayanan pengajaran remidial diperlukan suatu program pendidikan individual.
Untuk melengkapi keperluan tersebut maka
pada bab ini akan dibicarakan asesmen dan penyusunan program pendidikan
individual.
A.
Hakekat
Asesmen
Asesmen
adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan
digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak
tersebut (Lerner, 1988 : 54). Tujuan utama dari suatu asesmen adalah untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
merencanakan program pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar.
Menurut
Hargrove dan Foteet (1984 : 1), asesmen merupakan salah satu dari tiga
aktivitas evaluasi pendidikan. Ketiga aktivitas tersebut adalah :
1.
Asesmen
2.
Diagnostik
3.
Preskriftif
Dengan
demikian asesmen dilakukan untuk menegakan dianogsis, dan berdasarkan dianogsis
tersebut dibuat preskripsi. Preskripsi tersebut dalam bentuk aktualnya adalah
dalam bentuk program pendidikan yang diindividualkan. Meskipun asesmen pertama
kali dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran, asesmen sesungguhnya berlangsung
selama proses pembelajaran.
Menurut Salvia dan Ysseld seperti
dikutip oleh Larner dalam kaitanya dengan upaya penanggulangan kesilitan
belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:
1.
Penyaringan (screening)
2. Pengalihtanganan
(referral)
3.
Klasifikasi (classification)
4.
Perencanaan
Pembelajaran (instruction planing)
5.
Pemantauan kemajuan
belajar anak (monitoring pupil progress)
Pada
penyaringan, anak-anak berkesulitan belajar disuatu kelas atau sekolah
diidentifikasi untuk menentukan anak-anak mana yang memerlukan pemeriksaan
lebih komperhensif. Dalam penyaringan dilakukan evaluasi sepintas, misalnya
melalui observasi informal oleh guru, untuk menentukan siapa diantara anak-anak
yang memerlukan evaluasi intensif. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut,
selanjutnya anak dialihtangankan keseorang ahli, misalnya psikolog atau dokter,
untuk memperoleh pemeriksaan lebih lanjut. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tersebut anak diklasifikasikan untuk menentukan apakah mereka benar-benar
memerlukan pelayanan khusus. Pada tahap ini asesmen dilakukan untuk keperluan
klasifikasi kesulitan. Pada tahap perencanaan pembelajaran, asesmen untuk
keperluan penyusunan program pengajaran individual. Dalam memantau kemajuan
belajar anak, asesmen dapat dilakukan dengan menggunakan tes formal, tes
informal, observasi, dan prosedur asesmen yang didasarkan atas kurikulum. Untuk
memperoleh informasi asesmen dapat dilakukan dengan melalui wawancara,
observasi, pengukuran informal, dan tes baku formal. Berbagai metode
pengumpulan informasi tersebut hendaknya tidak dilakukan secara sendiri-sendiri
tetapi secara simultan. Pada waktu melakukan wawancara misalnya, dapat
dilakukan observasi begitu pula pada saat anak sedang mengerjakan tes baku
formal.
Wawancara untuk memperoleh informasi
asesmen umumnya mencakup data tentang anak, keluarga, orang tua, riwayat
kelahiran, perkembangan fisik, sosial dan pendidikan. Data tentang anak
mencakup tentang nama, alamat, telpon, tempat tanggal lahir, sekolah dan kelas.
Data tentang orang tua mencakup nama ayah dan ibu serta pekerjaan mereka. Data
tentang keluarga mencakup saudara kandung, saudara tiri, saudara angkat, dan
orang-orang lain yang tinggal bersama anak. Riwayat kelahiran hendaknya
mencakup informasi tentang riwayat ibu saat hamil, panjang dan berat badan
bayi, kondisi ibu, kesulitan waktu melahirkan, lama proses melahirkan. Dan
perkembangan fisik mencakup riwayat kesehatan, peristiwa traumatik, kebiasaan
makan dan tidur, aktivitas, riwayat mulai duduk, berjalan, menggunakan
kata-kata pertama dalam berbicara, kalimat pertama, gangguan bahasa, dan
gangguan motorik. Data tentang lingkungan sosial anak mencakup hubungan anak
dengan saudara-saudaranya, hobi, minat, aktivitas rekreasi, sikap orang tua,
kepenerimaan dan tanggung jawab orang tua dan sikap orang tua terhadap problema
belajar. Data tentang pendidikan anak mencakup pengalaman mengulang atau
tinggal kelas, pindah sekolah, pergantian guru, pendidikan di TK, jenis bantuan
yang pernah diberikan kepada anak, dan sikap anak terhadap sekolah. Berbagai
informasi yang diperoleh melalui wawancara tersebut setelah dianalisis dan
disistesisikan dalam menegakan dianogsis dan selanjutnya dapat digunakan untuk
menyusun program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Informasi asesmen yang dapat
diperoleh melalui metode observasi adalah penyesuaian anak dengan lingkungan
sosialnya, koordinasi motorik, motorik kasar, koordinasi motorik halus,
koordinasi mata tangan, dan keterpisah dan dapat pula terintegrasi dengan
pelaksanaa metode lain misalnya pada saat wawancara atau pada saat anak
mengerjakan tes informal dan tas baku informal.
Informasi
asesmen melalui pengukuran informal hendaknya mencakup pemahaman auditoris,
bahasa ujaran, orientasi, perilaku dan motorik (Lerner, 1988: 70 Geartheart,
1973: 14). Pemahaman auditoris mencakup kemampuan mengikuti perintah lisan,
memahami diskusi kelompok, kemampuan mengingat atau informasi yang diberikan
secara lisan, dan memahami arti kata. Kemampuan menggunakan bahasa ujaran
mencakup kemampuan menggunakan kalimat lengkap dengan struktur kalimat yang
akurat, kemampuan memahami perbendaharaan kata, kemampuan mengingat atau
mengulang kata-kata, kemampuan mempormulasikan ide-ide dari kata-kata yang
terpisah-pisah, dan kemampuan menceritakan pengalaman. Kemampuan orientasi
mencakup ketepatan, orintasi ruang, mempertimbangkan hubungan-hubungan
(besar-kecil, jauh-dekat, ringan-berat) dan pemahaman tentang arah. Perilaku
anak mencakup menjalin hubungan kerja sama, memusatka perhatian,
mengorganisasikan, menguasai situasi baru (misalanya dalam pesta, perjalanan,
perubahan suasana yang tidak dapat diramalkan atau dalam kehidupan
sehar-sehari., penerimaan sosial, penerimaan tanggung jawab, dan kebijaksanaan.
Kemampuan motorik atau gerak nencakup koordinasi umum (lari, memanjat,
meloncat, berjalan) keseimbangan, dan kemampuan menggunakan perkakas atau
keterampilan tangan. Informasi asesmen tentang penguasaan akademik dapat
dilakukan dengan tes informal membaca, menulis dan matematika. Tes informasi
semacam ini dapat disusun oleh guru dengan mengacu pada kurikulm yang sesuai
dengan kelas yang diduduki anak.
Tes
baku formal umumnya digunakan untuk mengetahui potensi anak. Potensi anak
biasanya dikaitkan dengan intelegensi, dan oleh karena itutes intelegensi
memegang peranan penting dalam asesmen. Tes intelegensi yang paling banyak
digunakan adalah WISC-R (Wechster
Intelligence Scale For Chlidren-Revised).
Tes tersebut terdiri dari dua subtes, yaitu tes verbal (verbal tests) dan tes kinerja (Perfonce
tests). Tes verbal terdiri dari enam macam yaitu : informasi (Information). Pemahaman (comprehension), aritmatik (arithmatic), persamaan (similarities), perbendaharaan kata (vocabulary), dan mengiangat angka (digit span). Tes kinerja mencakup
melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun balok, memasangkan objek. Tes
verbal menggunakan bahasa ujaran baik untuk pengadministrasian maupun untuk
menjawabnya. Tes “informasi” digunakan untuk mengukur pengetahuan anak yang
diperoleh lingkungan sekitar. Tes “pemahaman” mengukur kemampuan anak untuk
membuat pertimbangan tentang situasu sosial. Tes “aritmatika” di gunakan untuk
mengukur anak dalam memecahkan problema-problema penalaran aritmatis dalam
batas waktu tertentu. Tes “persamaan”
digunakan untuk mengetahui keterampilan anak dalam menggunakan analgi, atau
mengetahui kesamaan dari objek-objek yang berbeda. Tes “perbendaharaan kata” mengukur kemampuan anak dalam menjelaskan arti
kata-kata yang telah di pilih. Tes “mengingat
angka” merupakan tes pilihan, yang gunanya untuk mengukur kemampuan anak
dalam mengingat dan mengulang deretan angka-angka yang diperdengarkan kepadnya.
Tes
kinerja disajikan secara visual dan anak diminta menjawab dengan menampilkan
suatu tugas. Tes “melengkapi gambar”
melengkapi bagian gambar yang dihilangkan. Tes “menyusun gambar” menuntut anak
menyusun suatu kelompok gambar agar menjadi suatu rangkaian yang membentuk
suatu urutan cerita. Tes “menyusun balok” meminta anak untuk menyusun
kubus-kubus kecil berwarna sesuai dengan pola geometrik yang diperlihatkan
kepadanya. Tes “memasangkan objek” meminta kepada anak untuk menyusun suatu puzzle yang menggambarkan suatu objek
Tes “coding” kemampuan anak mengingat
hubungan antara angka-angka dengan simbol-simbol geometrik dan secara cepat
mencatat hubungan-hubungan tersebut. Tes “mazes”
merupakan suatu tes pilihan yang mengukur kemampuan anak untuk menemukan jalan
keluar dari suatu jaringan.
Gambar Informasi
Riwayat Anak
A.
Data Anak
Nama
:
Jenis
Kelamin :
..................................................................................
Tempat
dan Tanggal Lahir :
..............................................................
Agama
:
Nama
Sekolah : ...................................... Kelas :
Alamat
B. Data
Orang Tua
Nama
Ayah (kandung/Tiri/Angkat) : .................................................
Tempat
dan Tanggal Lahir : ...............................................................
Agama
:
Pendidikan
:
..........................................................................................
Pekerjaan
: ............................................................................................
Alamat
:
Nama
Ibu (Kandung/Tiri/Angkat) :
......................................................
Tempat
dan Tanggal Lahir : .................................................................
Agama
:
Pendidikan
: ...........................................................................................
Pekerjaan
: .............................................................................................
Alamat
:
C.
Saudara
(Kandung/Tiri/Angkat)
Umur
|
Nama
|
Kelamin
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Keterangan
|
|
|
|
|
|
|
D.
Orang
Lain Yang Serumah
Umur
|
Nama
|
Kelamin
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Keterangan
|
|
|
|
|
|
|
E. Riwayat
Kelahiran
Kehamilan
Mengalami
keguguran sebelumnya ? ya/tidak
Merasa
sedih/bingung/kesal karena : ....................................................................................
Anak
tergolong yang diinginkan ? ya/tidak/ tidak tau
Kelahiran
Umur kandungan : cukup/kurang
Saat kelahiran : biasa/lama/sukar/dengan
cara : ...................................................................
Tempat kelahiran : dirumah
sendiri/dirumah sakit
Ditolong oleh :
......................................................................................................................
Berat badan bayi :
................................ panjang badan bayi :
..............................................
F. Riwayat
Makanan
Menetek
ibu hingga umur :
.........................................................................................
Minum
susu kaleng hingga umur : ..............................................................................
Kualitas
makanan : cukup/kurang
Kuantitas
makanan : cukup/kurang
Kesukaran
pemberian makanan berupa : .....................................................................
G. Toilet
Training
Dapat
mengatur buang air kecil pada umur :
...............................................................
Dilatih
dengan cara :
....................................................................................................
Dapat
membuang air besar pada umur : ......................................................................
Dilatih
dengan cara :
...................................................................................................
H. Riwayat
Perkembangan Fisik
Terlungkup
...bulan; duduk ... bulan; berdiri ... bulan; berjalan ....bulan.
Berbicara
kata-kata pertama .....bulan
Berbicara
dengan kalimat lengkap ... bulan
Kesulitan
dalam gerak : ...............................................................................................
Riwayat
Kesehatan :
....................................................................................................
I. Faktor
sosial dan personal
Hubungan
dengan saudara (kandung/tiri/angkat) : ............................................................
Hubungan
dengan teman :
.................................................................................................
Hobi : .................................................................................................................................
Minat :
...............................................................................................................................
Aktivitas
rekreasi :
............................................................................................................
Sikap
orang tua terhadap anak : ........................................................................................
Penerimaan
dan tanggung jawab :
....................................................................................
Sikap
terhadap masalah belajar : ......................................................................................
J. Riwayat
Pendidikan
Masuk TK
umur :
.............................................................................................................
Kesulitan
di TK : ..............................................................................................................
Masuk SD
umur :
..............................................................................................................
Pernah
tinggal kelas SD di kelas : ....................................................................................
Kesulitan
di SD : ..............................................................................................................
Bantuan
yang telah diterima anak : .................................................................................
Sikap
anak terhadap guru :
..............................................................................................
Sikap
anak terhadap sekolah : .........................................................................................
Gambar Skala Penilaian
Perilaku Anak
PEMAHAMAN AUDITORIS
1. Kemampuan
mengikuti perintah
2. Pemahaman
mengikuti diskusi dalam kelas
3. Kemampuan
menyimpan informasi yang disampaikan secara lisan
4. Pemahaman
arti kata
BAHASA UJARAN
5. Kemampuan
mengekspresikan pikiran dengan kalimat lengkap dengan tatabahasa yang akurat
6. Kemampuan
memahami perbendaharaan kata
7. Kemampuan
menghafal kata
8. Kemampuan
menghubungkan pengalaman
9. Kemampuan
memformulasikan gagasan-gagasan
ORIENTASI
10. Ketepatan
waktu
11. Orientasi
ruang
12. Pertimbangan
hubungan-hubungan (besar-kecil,- jauh-dekat, ringan-berat
13. Pemahaman
tentang arah
PERILAKU
14. Kemampuan
bekerja sama
15. Kemampuan
memusatkan perhatian
16. Kemampuan
mengorganisasikan pekerjaan
17. Kemampuan
mengusai situasi baru
18. Penerimaan
sosial
19. Penerimaan
tanggung jawab
20. Kemampuan
menyelesaikan tugas
21. Kebijaksanaan
GERAK
22. Koordinasi
umum (berjalan, berlari, meloncat)
23. Keseimbangan
24. Kemampuan
mempergunakan perkakas/peralatan
|
SK
1
|
K
2
|
C
3
|
B
4
|
SB
5
|
|
|
|
|
|
Keterangan
: SK = sangat kurang
K =
kurang
C = baik
SB = sangat baik
B. Program Pendidikan
Individual
Salah satu bentuk pelayanan PLB bagi anak
berkesulitan belajar adalah Program Pendidikan yang diindividualkan
(Individualized Education Program). Bentuk pelayanan ini di Indonesia belum
banyak dikenal. Untuk pertama kalinya bentuk pelayanan ini diperkenalkan dalam
lokakarya yang diselenggarakan oleh Direktor Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah berkerja sama dengan UNESCO pada tanggal 21-30 oktober 1992 di
Jakarta. Lokakarya dihadiri oleh semua kepala Bidang SD dari semua Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari 27 provinsi di Indonesia meskipun
sudah sejak tahun 1992 bentuk pelayanan PPI ini diperkenalkan, pelaksanaannya
di lapangan belum sebagaimana yang diharapkan. Berbagai kendala yang
diperkirakan menjadi penghambat pelaksanaan PPI di Indonesia antara lain adalah
karena bentuk pelayanan ini belum banyak dikenal oleh para guru dan belum ada
peraturan yang mengharuskan anak bekesulitan belajar memperoleh pelayanan
semacam itu. Mengingat adanya kondisi semacam itu maka pembahasan tentang PPI
pada bagian ini tidak mambahas apa yang sedang berlangsung disekolah-sekolah
kita melainkan apa yang diharapkan akan berlangsung disekolah-sekolah kita
dimasa mendatang.
Suatu PPI umumnya dikembangkan oleh guru PLB
yang bertugas di sekolah biasa. Sebelum digunakan< PPI terlebih dahulu harus
dievaluasi kelayakannya oleh suatu tim yang disebut TP-31 (Tim Penilaian
Program Pendidikan Individual). Tim tersebut biasanya beranggotakan (1) guru PLB yang memiliki keahlian khusus
dalam bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. (2) guru reguler (guru
kelas atau guru bidang studi). (3) kepala sekolah. (4) orang tua (5) ahli yang
berkaitan dengan anak (dokter dan psikologi). Dan(6) anak itu sendiri kalau
mungkin.
Menurut
the united states code. P.L. 94-142,
seperti dilansir oleh Kitano dan Kirby (1986:158), PPI hendaknya memuat
lima pernyataan. Yaitu (1) taraf kemampuan anak saat ini, (2) tujuan umum
(goals) yang akan dicapai dalam satu tahun dan penjabarannya ke dalam
tujuan-tujuan pembelajaran khusus (instructional objectives) (3) pelayanan
khusus yang tersedia bagi anak dan operluasannya untuk mengikuti program
reguler, (4) proyeksi tentang kapan dimulainya kegiatan dan waktu yang akan
dipergunakan untuk memberikan pelayanan< dan (5) prosedur evaluasi dan
kriteria keberhasilan atau kegagalan program . isi PPI semacam itu tentu
menuntut suatu kelengkapan fasilitas dan pengorganisasian yang tidak sederhana.
Suatu kesadaran bahwa pelayanan PLB, terutama bag ianak berkesulitan
belajar<, tidak dapat dipisahkan dari pelaynan pendidikan pada umunya harus
dimiliki oleh tiap guru. Tanpa adanya kesadaran tersebut maka pelayanan PLB
bagi anak berkesulitan belajar disekolah-sekolah biasa akn menjadi terhambat.
Kegunaan
PPI adalah untuk menjamin bahwa tiap anak berkesulitan belajar memiliki suatu
program yang diindividualkan untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan khas yang
dimiliki mereka, dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang
berkepentingan dalam bentuk suatu program secara tertulis. Program semacam itu
diharapkan dapat membantu para guru secara tertulis mengadaptasikanprogram umum
dan atauprogram khusus bagi anak berkesulitan belajar yang bertolak dari
kekuatan, kelemahan, dan minat anak. Dengan adnya PPI guru diharapkan akan
terdorong untuk melakukan asesmen tentang karakteristik belajar tiap anak dan
melakukan usaha-usaha untuk mempertemukan dengan kebutuhan-kebutuhan individual
mereka. Suatu tim penyusun dan penilai PPI yang terdiri dari guru khusus bagi
anak berkesulitan belajar, guru reguler,kepala sekolah, para ahli terkaitdengan
anak, dan anak berkesulitan belajar iru sendiri, diharapkan dapat meningkatkan
kerjasama di antara mereka dan menjadi wahana bagi peningkatan usaha-usaha
untuk meberikan pelayanan pendidikan yang lebih efektif. Program semacam itu
juga merupakan suatu upaya untuk mengadptasikan kurikulum umum kepada anak
secara individual.
Pembelajaran
bagi anak berkesulitan belajar menuntut perumusan tujuan pembelajran atau
tujuan instruksional yang spesifik, tepat, dan kuantitatif. Tujuan pembelajaran
semacam itu menuntut suatu pernyataan yang jelas tentang perilaku yang
diharapkan dari anak, kondisi yang dipersyaratkanbagi munculnya perilaku
tersebut, dan derajat keberhasilan yang dikehendaki. Persyaratan perumusan
tujuan pembelajran semacam itu dikenaldengan persyaratan ABCD, yaitu
Audience< behavior, Condition, dan Degree. Contoh dari suatu tujuan
pembelajaran yang spesifik, tepat, dan kuantitatif adalah “anak diberi empat
macam uang logam benilai Rp 25, Rp 50 , Rp 100 dan Rp 500. Dapat menetukan
nilai tiap mata uang logam tersebut dengan ketepatan seratus persen.
Menurt
kitano dan Kirby (1986; 160) ada lima langkah utama dalam merancang suatu PPI.
Kelima langkah tersebut adlah (1)membentuk Tim PPI atau TP31; (2) menilai
kebutuhan anak; (3) mengembangkan tujuan jangka panjang (longrange or annual goals)
dan tujuan-tujuan jangka pendek (shorttern objectives). (4) merancang metode
dan prosedur pencapaian tujuan, dan (5) menentukan metode evaluasi untuk
menentukan kemajuan anak.
Membentuk
Tim PPI atau TP31. Tim PPI yang ideal terdiri dari orang-orang yang bekerja
dengan anak dan memiliki informasi yang dapat disumbangkan untuk menyusun
rancangan pendidikan yang komprehensif bagi anak. Secara umum, orang-orang
tersebut mencakup guru khusus, guru reguler, kepala sekolah, orang tua,
diagnostican, dan spesialislain (konselor dan speech therapist), serta kalau
mungkin juga anak yang bersangkutan. Bagi sekolah yang belum memiliki tim yang
lengkap, kiranya cukup dengan tim yang terdiri dari guru khusus, guru reguler
(guru kelas atu bidang studi), kepala sekolah, dan orang tua.
Meskipun
pendekatan tim telah dikonseptualisasikan sebagai yang ideal untuk
mengembangkan PPI, dalam kenyataan hambatan-hambatan seperti keterbatasan waktu
dan latihan bagi para amggota umumnya dapat menghambat tim untuk mengembangkan
PPI yang baik. Oleh karna itu guru khusus bsgi anak kesulitan belajar biasanya
mengembangkan garis-garis PPI berdasarkan informasi yang tersedia, dan
selanjutnya memperlihatkan garis-garis besar tersebut kepada tim untuk
memperoleh masukan-masukan tambahan. Dan pertemuan tim, tujuan-tujuan (goals) tujuan-tujuan khusus (objectives), dan prosedur-prosedur
untuk mencapai tujuan harus sudah terselesaikan. Para anggota tim selanjutnya
menandatangani PPI untuk menunjukkan bahwa mereka telah berpartisipasi dalam
mengembangkan PPI. Tandatangan tersebut tidak perlumenunjukan persetujuan,
pendapat-pendapat yang berbeda hendaknya dicatat pula dalam PPI.
Menilai
kebutuhan anak kekuatan, kelemahan, dan minat
anak, begitu pula dangan tujuan kurikuler yang telah ditetapkan sebelumnya,
merupakan titik awal untuk mengembangkan tujuan- tujuan khusus pembelajaran.
Informasi untuk menentukan kebutuhan anak tsb meliputi : (1) hasil tes formal
yang diperoleh selama proses identifikasi dan seleksi, (2) hasil penilaian dan
opservasi informal oleh guru, (3) hasil surve tentang minat dan kebutuhan anak,
(4) hasil penilaian dan pendapat orang tua melalui daftar cek atau kuesioner,
dan (5) informasi dari sumber-sumber lain yang relevan seperti dari konselor
sekolah dan ahli dalam bidang study atau mata pelajaran tertentu.
Prestasi
akademik anak dapat diukur melalui hasil tes belajar sedangkan kapasitas atau
kapasitas anak dapat diukur dengan tes inteligensi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa masalah pelajaran dapat diatasi melalui pembelajaran yang disesuaikan
dengan tipe belajar anak (Harwell,1982:22). Ada tiga macam tipe belajar, yaitu
(1) visual, (2) auditit, dan (3) taktil. Anak yang tergolong memiliki tipe visual umumnya memiliki PIQ (Performance Intelligence Quotient) yang
lebih tinggi dari pada sekor VIQ (Verbal
Intelligensi Quotient). Anak-anak pertipe visual cendrung menyukai
warna-warna dan gerakan-gerakan. Lukisan dan pekerjaan mereka umumnya
memperlihatkan banyak warna dan rinci. Anak yang bertipe auditit umumnya
memiliki sekor VIQ yang lebih tinggi dari pada sekor PIQ. Anak bertipe auditif
cendrung menyukai suara-suara keras, memukul-mukul meja,dan sering banyak dan
keras dalam berbicara. Bicara umumnya sangat jelas dan menyukai membaca dengan
suara keras. Anak yang bertipe taktil umumnya memiliki sekor yang sangat rendah
baik pada VIQ maupun PIQ. Anak-anak semacam ini umumnya tidak menyukai membaca,
tidak dapat memperhatikan pelajaran baik melalui pendangaran maupun melalui
penglihatan, sehingga biasanya sngat menyulitkan guru.
Mengembangkan
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan untuk jangka panjang (untuk satu tahun) diturunkan secara langsung dari
kurikulum umum sedangkan, tujuan jangka pendek dirumuskan oleh guru. Tujuan
jangka pendek atau tujuan pembelajaran khusus seperti telah dikemukakan,
hendaknya spesifik, tepat dan kuantitatif. Perumusan tujuan pembelajaran
semacam itu memungkinkan guru untuk melakukan evaluasi keberhasilan belajar
anak secara lebih tepat.
Merancang metode
prosedur pembelajaran. Pengalaman belajar
yang dijantumkan dalam garis-garis besar PPI hendaknya menjelaskan bagai mana
tiap tujuan pembelajaran khusus akan diselesaikan dan bagaimana tiap tujuan
pembelajaran khusus akan diselesaikan dan bagaimana mengevaluasi keberhasilan
anak mencapai tujuan pembelajaran khusus tersebut. Pengalaman belajar mungkin
memerlukan kelompok belajar koperatif untuk memperoleh kemampuan melakukan
oprasi hitung perkalian dalam berbagai cara atau melalui kompetensi antar
anak-anak berkemampuan setara untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
menghafal perkalian satu hingga sembilan.
Menentukan
evaluasi kemajuan anak. Evaluasi kemajuan belajar hendaknya mengukur derajat
pencapai tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang telah diselesaikan. Metode
evaluasi meliputi tes secara tertulis,lisan, catatan opservasi guru,
membandingkan suatu produk dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya,
riview yang dilakukan oleh sesama anak berdasarkan setandar yang telah
ditentukan, penilaian sendiri(self
appraisal), dan evaluasi bersama oleh anak dan guru.
Suatu
PPI hendaknya diperbarui secara terus menerus dan menunjukkan kapan tujuan-tujuan
pembelajaran khusus telah diselesaikan. Suatu PPI hendaknya berfungsi sebagai
pedoman yang dapat dan harus berubah
sebagai halnya kebutuhan anak juga
berubah. Jika diperlukan modifikasi yang benar, hasil modifikasi hendaknya
dikomunikasikan kepada orang tua untuk memperoleh persetujuan. Kecuali
pelayanan yang disediskan oleh waktu yang digunakan, PPI hendaknya tidak
dipandang sebagai kontrak menurut hukum, tetapi hendaknya dirasakan sebagai
sesuatu yang memberikan bantuan yang
berupa bimbingan fleksibel bagi guru, orang tua, dan anak berkesulitan belajar.
Meskipun
menulis PPI memerlukan waktu yang menyita tenaga guru, keuntungan-keuntungan
yang dapat diambil dari dokumen tertulis ini sangat bermanfaat. Guru-guru yang
baik umumnya telah mengetahui dan berusaha mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan
individual murit-murit mereka, sehingga dengan demikian, menuangkan
kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam suatu bentuk tertulis seharusnya bukan
merupakan suatu hambatan. Selain itu, menggabungkan hasil-hasil observasi dan
saran-saran dari orang-orang yang memiliki peran penting bagi pendidikan anak, terutama orang
tua, dapat menghasilkan suatu programyang lebih baik sesuai dengan pandangan
bahwa anak merupakan pribadi yang utuh. Keterlibatan orang tua dalam
pertemuan-pertemuan PPI merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pendidikan, yang memungkinkan anak-anak berkembang lebih baik.
SOAL
EVALUASI PILAHAN GANDA
1. Menurut
salvia dan ysseldyke dalam kaitanya dengan upaya penanggulangan kesulitan
belajar. Asesmen dilakukan untuk 5 keperluan dibawah ini adalah kecuali ...
a.
Penyaringan
b.
Pengalihtanganan
c.
Klasifikasi
d.
Perencanaan
pembelajaran
e.
Informasi
2. Tes
intelegensi yang paling banyak digunakan adalah WISC-R apakah kepanjangan dari WISC-R TERSEBUT ...
a.
Wechster Intelligence
Scale For Chlidren-Revised
b.
Wechster Intelligence
Scales Four Chlidren-Revised
c.
Wechster Intelligenceis
Scale Fors Chlidren-Reviseds
d.
Wechsterd Intelligence
Scaless For Chlidren-Revised
e.
Wechsterss
Intelligenceus Scale For Chlidren-Revisedis
3. Tes
intelegensi (WISC-R) terdiri dari ..... subtes
a.
1
b.
2
c.
3
d.
4
e.
5
4. Salah
satu bentuk pelayanan PLB bagi anak berkesulitan belajar adalah
a.
Program pendidikan yang
diindividualkan
b.
Program pendidikan yang
dikelompokan
c.
Program pendidikan yang
digunakan
d.
Program pendidikan yang
dijalankan
e.
Program pendidikan yang
diberikan
5. Bentuk
pelayanan PPI diperkenalkan dalam karya
yang diselengarakan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah
bekerjasama dengan ONESCO pada tanggal
...
a.
21-30 oktober 1992
b.
19-30 oktober 1993
c.
18-30 oktober 1994
d.
17-30 oktober 1995
e. 16-30
oktober 1996
SOAL
EVALUASI ESAI
1. Untuk
memperoleh informasi asesmen dapat dilakukan melalui ? ....
2. Mengapa
PPI diindonesia mengalami kendala dan penghambat ? ....
3. Apa
kegunaan PPI ?....
4. Hasil
penelitian menunjukan bahwa masalah pelajaran dapat diatasi melalui
pembelajaran yang disesuaikan dengan tipe belajar anak (Harwell,1982:22). Ada
tiga macam tipe belajar tersebut sebutkan .....
5. Siapa
saja yang seharusnya menjadi anggota Tim PPI ? .....
KUNCI
JAWABAN
Pilihan
Ganda
1. E
2. A
3. B
4. A
5. A
Esai
1. Wawancara,
observasi, pengukuran informal, dan tes baku formal
2. Karena
bentuk pelayanan ini belum banyak dikenal oleh para guru dan belum ada
peraturan yang mengharuskan anak berkesulitan belajar memperoleh pelayanan semacam
itu
3. Untuk
menjamin bahwa tiap anak berkesulitan belajar memiliki suatu program yang
diindividualkan untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan khas yang memiliki
mereka dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang
berkepentingan dalam bentuk suatu program secara tertulis.
4. 1)
visual, (2) auditit, dan (3) taktil
5. Guru
khusus, guru reguler, kepala sekolah, orang tua, serta kalau mungkin anak yang
bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar