Senin, 27 April 2015

Materi ASESMEN DAN PENYUSUNAN PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL



BAB III
ASESMEN DAN PENYUSUNAN PROGRAM PENDIDIKAN INDIVIDUAL

Sub Bab
1.      Hakikat asesmen
2.      Program pendidikan individual
Latar Belakang
            Pada bab II telah dibicarakan hakikat diagnositik kesulitan belajar dan pengajaran remidial. Untuk dapat menegakkan diagnosis diperlukan asesmen, dan untuk memberikan pelayanan pengajaran remidial diperlukan suatu program pendidikan individual. Untuk  melengkapi keperluan tersebut maka pada bab ini akan dibicarakan asesmen dan penyusunan program pendidikan individual.
A.    Hakekat Asesmen  
Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut (Lerner, 1988 : 54). Tujuan utama dari suatu asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan program pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar.
Menurut Hargrove dan Foteet (1984 : 1), asesmen merupakan salah satu dari tiga aktivitas evaluasi pendidikan. Ketiga aktivitas tersebut adalah :
1.      Asesmen
2.      Diagnostik
3.      Preskriftif
Dengan demikian asesmen dilakukan untuk menegakan dianogsis, dan berdasarkan dianogsis tersebut dibuat preskripsi. Preskripsi tersebut dalam bentuk aktualnya adalah dalam bentuk program pendidikan yang diindividualkan. Meskipun asesmen pertama kali dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran, asesmen sesungguhnya berlangsung selama proses pembelajaran.

            Menurut Salvia dan Ysseld seperti dikutip oleh Larner dalam kaitanya dengan upaya penanggulangan kesilitan belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:
1.      Penyaringan (screening)
2.      Pengalihtanganan (referral)
3.      Klasifikasi (classification)
4.      Perencanaan Pembelajaran (instruction planing)
5.      Pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Pada penyaringan, anak-anak berkesulitan belajar disuatu kelas atau sekolah diidentifikasi untuk menentukan anak-anak mana yang memerlukan pemeriksaan lebih komperhensif. Dalam penyaringan dilakukan evaluasi sepintas, misalnya melalui observasi informal oleh guru, untuk menentukan siapa diantara anak-anak yang memerlukan evaluasi intensif. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya anak dialihtangankan keseorang ahli, misalnya psikolog atau dokter, untuk memperoleh pemeriksaan lebih lanjut. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut anak diklasifikasikan untuk menentukan apakah mereka benar-benar memerlukan pelayanan khusus. Pada tahap ini asesmen dilakukan untuk keperluan klasifikasi kesulitan. Pada tahap perencanaan pembelajaran, asesmen untuk keperluan penyusunan program pengajaran individual. Dalam memantau kemajuan belajar anak, asesmen dapat dilakukan dengan menggunakan tes formal, tes informal, observasi, dan prosedur asesmen yang didasarkan atas kurikulum. Untuk memperoleh informasi asesmen dapat dilakukan dengan melalui wawancara, observasi, pengukuran informal, dan tes baku formal. Berbagai metode pengumpulan informasi tersebut hendaknya tidak dilakukan secara sendiri-sendiri tetapi secara simultan. Pada waktu melakukan wawancara misalnya, dapat dilakukan observasi begitu pula pada saat anak sedang mengerjakan tes baku formal.
            Wawancara untuk memperoleh informasi asesmen umumnya mencakup data tentang anak, keluarga, orang tua, riwayat kelahiran, perkembangan fisik, sosial dan pendidikan. Data tentang anak mencakup tentang nama, alamat, telpon, tempat tanggal lahir, sekolah dan kelas. Data tentang orang tua mencakup nama ayah dan ibu serta pekerjaan mereka. Data tentang keluarga mencakup saudara kandung, saudara tiri, saudara angkat, dan orang-orang lain yang tinggal bersama anak. Riwayat kelahiran hendaknya mencakup informasi tentang riwayat ibu saat hamil, panjang dan berat badan bayi, kondisi ibu, kesulitan waktu melahirkan, lama proses melahirkan. Dan perkembangan fisik mencakup riwayat kesehatan, peristiwa traumatik, kebiasaan makan dan tidur, aktivitas, riwayat mulai duduk, berjalan, menggunakan kata-kata pertama dalam berbicara, kalimat pertama, gangguan bahasa, dan gangguan motorik. Data tentang lingkungan sosial anak mencakup hubungan anak dengan saudara-saudaranya, hobi, minat, aktivitas rekreasi, sikap orang tua, kepenerimaan dan tanggung jawab orang tua dan sikap orang tua terhadap problema belajar. Data tentang pendidikan anak mencakup pengalaman mengulang atau tinggal kelas, pindah sekolah, pergantian guru, pendidikan di TK, jenis bantuan yang pernah diberikan kepada anak, dan sikap anak terhadap sekolah. Berbagai informasi yang diperoleh melalui wawancara tersebut setelah dianalisis dan disistesisikan dalam menegakan dianogsis dan selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
            Informasi asesmen yang dapat diperoleh melalui metode observasi adalah penyesuaian anak dengan lingkungan sosialnya, koordinasi motorik, motorik kasar, koordinasi motorik halus, koordinasi mata tangan, dan keterpisah dan dapat pula terintegrasi dengan pelaksanaa metode lain misalnya pada saat wawancara atau pada saat anak mengerjakan tes informal dan tas baku informal.
Informasi asesmen melalui pengukuran informal hendaknya mencakup pemahaman auditoris, bahasa ujaran, orientasi, perilaku dan motorik (Lerner, 1988: 70 Geartheart, 1973: 14). Pemahaman auditoris mencakup kemampuan mengikuti perintah lisan, memahami diskusi kelompok, kemampuan mengingat atau informasi yang diberikan secara lisan, dan memahami arti kata. Kemampuan menggunakan bahasa ujaran mencakup kemampuan menggunakan kalimat lengkap dengan struktur kalimat yang akurat, kemampuan memahami perbendaharaan kata, kemampuan mengingat atau mengulang kata-kata, kemampuan mempormulasikan ide-ide dari kata-kata yang terpisah-pisah, dan kemampuan menceritakan pengalaman. Kemampuan orientasi mencakup ketepatan, orintasi ruang, mempertimbangkan hubungan-hubungan (besar-kecil, jauh-dekat, ringan-berat) dan pemahaman tentang arah. Perilaku anak mencakup menjalin hubungan kerja sama, memusatka perhatian, mengorganisasikan, menguasai situasi baru (misalanya dalam pesta, perjalanan, perubahan suasana yang tidak dapat diramalkan atau dalam kehidupan sehar-sehari., penerimaan sosial, penerimaan tanggung jawab, dan kebijaksanaan. Kemampuan motorik atau gerak nencakup koordinasi umum (lari, memanjat, meloncat, berjalan) keseimbangan, dan kemampuan menggunakan perkakas atau keterampilan tangan. Informasi asesmen tentang penguasaan akademik dapat dilakukan dengan tes informal membaca, menulis dan matematika. Tes informasi semacam ini dapat disusun oleh guru dengan mengacu pada kurikulm yang sesuai dengan kelas yang diduduki anak.
Tes baku formal umumnya digunakan untuk mengetahui potensi anak. Potensi anak biasanya dikaitkan dengan intelegensi, dan oleh karena itutes intelegensi memegang peranan penting dalam asesmen. Tes intelegensi yang paling banyak digunakan adalah WISC-R (Wechster Intelligence  Scale For Chlidren-Revised). Tes tersebut terdiri dari dua subtes, yaitu tes verbal (verbal tests) dan tes kinerja (Perfonce tests). Tes verbal terdiri dari enam macam yaitu : informasi (Information). Pemahaman (comprehension), aritmatik (arithmatic), persamaan (similarities), perbendaharaan kata (vocabulary), dan mengiangat angka (digit span). Tes kinerja mencakup melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun balok, memasangkan objek. Tes verbal menggunakan bahasa ujaran baik untuk pengadministrasian maupun untuk menjawabnya. Tes “informasi” digunakan untuk mengukur pengetahuan anak yang diperoleh lingkungan sekitar. Tes “pemahaman” mengukur kemampuan anak untuk membuat pertimbangan tentang situasu sosial. Tes “aritmatika” di gunakan untuk mengukur anak dalam memecahkan problema-problema penalaran aritmatis dalam batas waktu tertentu. Tes “persamaan” digunakan untuk mengetahui keterampilan anak dalam menggunakan analgi, atau mengetahui kesamaan dari objek-objek yang berbeda. Tes “perbendaharaan kata” mengukur kemampuan anak dalam menjelaskan arti kata-kata yang telah di pilih. Tes “mengingat angka” merupakan tes pilihan, yang gunanya untuk mengukur kemampuan anak dalam mengingat dan mengulang deretan angka-angka yang diperdengarkan kepadnya.
Tes kinerja disajikan secara visual dan anak diminta menjawab dengan menampilkan suatu tugas. Tes “melengkapi gambar” melengkapi bagian gambar yang dihilangkan. Tes “menyusun gambar” menuntut anak menyusun suatu kelompok gambar agar menjadi suatu rangkaian yang membentuk suatu urutan cerita. Tes “menyusun balok” meminta anak untuk menyusun kubus-kubus kecil berwarna sesuai dengan pola geometrik yang diperlihatkan kepadanya. Tes “memasangkan objek” meminta kepada anak untuk menyusun suatu puzzle yang menggambarkan suatu objek Tes “coding” kemampuan anak mengingat hubungan antara angka-angka dengan simbol-simbol geometrik dan secara cepat mencatat hubungan-hubungan tersebut. Tes “mazes” merupakan suatu tes pilihan yang mengukur kemampuan anak untuk menemukan jalan keluar dari suatu jaringan.



Gambar Informasi Riwayat Anak
A.     Data Anak
Nama :
Jenis Kelamin : ..................................................................................
Tempat dan Tanggal Lahir : ..............................................................
Agama :
Nama Sekolah : ...................................... Kelas :
Alamat
B.     Data Orang Tua
Nama Ayah (kandung/Tiri/Angkat) : .................................................
Tempat dan Tanggal Lahir : ...............................................................
Agama :
Pendidikan : ..........................................................................................
Pekerjaan : ............................................................................................
Alamat :
Nama Ibu (Kandung/Tiri/Angkat) : ......................................................
Tempat dan Tanggal Lahir : .................................................................
Agama :
Pendidikan : ...........................................................................................
Pekerjaan : .............................................................................................
Alamat :


C.    Saudara (Kandung/Tiri/Angkat)
Umur
Nama
Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan







D.    Orang Lain Yang Serumah
Umur
Nama
Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan







E.     Riwayat Kelahiran
Kehamilan
Mengalami keguguran sebelumnya ? ya/tidak
Merasa sedih/bingung/kesal karena : ....................................................................................
Anak tergolong yang diinginkan ? ya/tidak/ tidak tau
      Kelahiran
      Umur kandungan : cukup/kurang
      Saat kelahiran : biasa/lama/sukar/dengan cara : ...................................................................
      Tempat kelahiran : dirumah sendiri/dirumah sakit
      Ditolong oleh : ......................................................................................................................
      Berat badan bayi : ................................ panjang badan bayi : ..............................................

F.     Riwayat Makanan

Menetek ibu hingga umur :  .........................................................................................
Minum susu kaleng hingga umur : ..............................................................................
Kualitas makanan : cukup/kurang
Kuantitas makanan : cukup/kurang
Kesukaran pemberian makanan berupa : .....................................................................

G.    Toilet Training
Dapat mengatur buang air kecil pada umur : ...............................................................
Dilatih dengan cara : ....................................................................................................
Dapat membuang air besar pada umur : ......................................................................
Dilatih dengan cara : ...................................................................................................

H.    Riwayat Perkembangan Fisik
Terlungkup ...bulan; duduk ... bulan; berdiri ... bulan; berjalan ....bulan.
Berbicara kata-kata pertama .....bulan
Berbicara dengan kalimat lengkap ... bulan
Kesulitan dalam gerak : ...............................................................................................
Riwayat Kesehatan : ....................................................................................................

I.       Faktor sosial dan personal
Hubungan dengan saudara (kandung/tiri/angkat) : ............................................................
Hubungan dengan teman : .................................................................................................
Hobi : .................................................................................................................................
Minat : ...............................................................................................................................
Aktivitas rekreasi : ............................................................................................................
Sikap orang tua terhadap anak : ........................................................................................
Penerimaan dan tanggung jawab : ....................................................................................
Sikap terhadap masalah belajar : ......................................................................................
J.      Riwayat Pendidikan
Masuk TK umur : .............................................................................................................
Kesulitan di TK : ..............................................................................................................
Masuk SD umur : ..............................................................................................................
Pernah tinggal kelas SD di kelas : ....................................................................................
Kesulitan di SD : ..............................................................................................................
Bantuan yang telah diterima anak : .................................................................................
Sikap anak terhadap guru : ..............................................................................................
Sikap anak terhadap sekolah : .........................................................................................
        
Gambar Skala Penilaian Perilaku Anak
PEMAHAMAN AUDITORIS
1.      Kemampuan mengikuti perintah
2.      Pemahaman mengikuti diskusi dalam kelas
3.      Kemampuan menyimpan informasi yang disampaikan secara lisan
4.      Pemahaman arti kata

BAHASA UJARAN
5.      Kemampuan mengekspresikan pikiran dengan kalimat lengkap dengan tatabahasa yang akurat
6.      Kemampuan memahami perbendaharaan kata
7.      Kemampuan menghafal kata
8.      Kemampuan menghubungkan pengalaman
9.      Kemampuan memformulasikan gagasan-gagasan

ORIENTASI
10.  Ketepatan waktu
11.  Orientasi ruang
12.  Pertimbangan hubungan-hubungan (besar-kecil,- jauh-dekat, ringan-berat
13.  Pemahaman tentang arah

PERILAKU
14.  Kemampuan bekerja sama
15.  Kemampuan memusatkan perhatian
16.  Kemampuan mengorganisasikan pekerjaan
17.  Kemampuan mengusai situasi baru
18.  Penerimaan sosial
19.  Penerimaan tanggung jawab
20.  Kemampuan menyelesaikan tugas
21.  Kebijaksanaan

GERAK
22.  Koordinasi umum (berjalan, berlari, meloncat)
23.  Keseimbangan
24.  Kemampuan mempergunakan perkakas/peralatan

SK
1
K
2
C
3
B
4
SB
5






Keterangan : SK = sangat kurang
                        K   = kurang
                        C   = baik
                        SB = sangat baik   
   B. Program Pendidikan Individual
Salah satu bentuk pelayanan PLB bagi anak berkesulitan belajar adalah Program Pendidikan yang diindividualkan (Individualized Education Program). Bentuk pelayanan ini di Indonesia belum banyak dikenal. Untuk pertama kalinya bentuk pelayanan ini diperkenalkan dalam lokakarya yang diselenggarakan oleh Direktor Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah berkerja sama dengan UNESCO pada tanggal 21-30 oktober 1992 di Jakarta. Lokakarya dihadiri oleh semua kepala Bidang SD dari semua Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari 27 provinsi di Indonesia meskipun sudah sejak tahun 1992 bentuk pelayanan PPI ini diperkenalkan, pelaksanaannya di lapangan belum sebagaimana yang diharapkan. Berbagai kendala yang diperkirakan menjadi penghambat pelaksanaan PPI di Indonesia antara lain adalah karena bentuk pelayanan ini belum banyak dikenal oleh para guru dan belum ada peraturan yang mengharuskan anak bekesulitan belajar memperoleh pelayanan semacam itu. Mengingat adanya kondisi semacam itu maka pembahasan tentang PPI pada bagian ini tidak mambahas apa yang sedang berlangsung disekolah-sekolah kita melainkan apa yang diharapkan akan berlangsung disekolah-sekolah kita dimasa mendatang.
 Suatu PPI umumnya dikembangkan oleh guru PLB yang bertugas di sekolah biasa. Sebelum digunakan< PPI terlebih dahulu harus dievaluasi kelayakannya oleh suatu tim yang disebut TP-31 (Tim Penilaian Program Pendidikan Individual). Tim tersebut biasanya beranggotakan  (1) guru PLB yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. (2) guru reguler (guru kelas atau guru bidang studi). (3) kepala sekolah. (4) orang tua (5) ahli yang berkaitan dengan anak (dokter dan psikologi). Dan(6) anak itu sendiri kalau mungkin.
Menurut the united states code. P.L. 94-142,  seperti dilansir oleh Kitano dan Kirby (1986:158), PPI hendaknya memuat lima pernyataan. Yaitu (1) taraf kemampuan anak saat ini, (2) tujuan umum (goals) yang akan dicapai dalam satu tahun dan penjabarannya ke dalam tujuan-tujuan pembelajaran khusus (instructional objectives) (3) pelayanan khusus yang tersedia bagi anak dan operluasannya untuk mengikuti program reguler, (4) proyeksi tentang kapan dimulainya kegiatan dan waktu yang akan dipergunakan untuk memberikan pelayanan< dan (5) prosedur evaluasi dan kriteria keberhasilan atau kegagalan program . isi PPI semacam itu tentu menuntut suatu kelengkapan fasilitas dan pengorganisasian yang tidak sederhana. Suatu kesadaran bahwa pelayanan PLB, terutama bag ianak berkesulitan belajar<, tidak dapat dipisahkan dari pelaynan pendidikan pada umunya harus dimiliki oleh tiap guru. Tanpa adanya kesadaran tersebut maka pelayanan PLB bagi anak berkesulitan belajar disekolah-sekolah biasa akn menjadi terhambat.
Kegunaan PPI adalah untuk menjamin bahwa tiap anak berkesulitan belajar memiliki suatu program yang diindividualkan untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan khas yang dimiliki mereka, dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang berkepentingan dalam bentuk suatu program secara tertulis. Program semacam itu diharapkan dapat membantu para guru secara tertulis mengadaptasikanprogram umum dan atauprogram khusus bagi anak berkesulitan belajar yang bertolak dari kekuatan, kelemahan, dan minat anak. Dengan adnya PPI guru diharapkan akan terdorong untuk melakukan asesmen tentang karakteristik belajar tiap anak dan melakukan usaha-usaha untuk mempertemukan dengan kebutuhan-kebutuhan individual mereka. Suatu tim penyusun dan penilai PPI yang terdiri dari guru khusus bagi anak berkesulitan belajar, guru reguler,kepala sekolah, para ahli terkaitdengan anak, dan anak berkesulitan belajar iru sendiri, diharapkan dapat meningkatkan kerjasama di antara mereka dan menjadi wahana bagi peningkatan usaha-usaha untuk meberikan pelayanan pendidikan yang lebih efektif. Program semacam itu juga merupakan suatu upaya untuk mengadptasikan kurikulum umum kepada anak secara individual.
Pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar menuntut perumusan tujuan pembelajran atau tujuan instruksional yang spesifik, tepat, dan kuantitatif. Tujuan pembelajaran semacam itu menuntut suatu pernyataan yang jelas tentang perilaku yang diharapkan dari anak, kondisi yang dipersyaratkanbagi munculnya perilaku tersebut, dan derajat keberhasilan yang dikehendaki. Persyaratan perumusan tujuan pembelajran semacam itu dikenaldengan persyaratan ABCD, yaitu Audience< behavior, Condition, dan Degree. Contoh dari suatu tujuan pembelajaran yang spesifik, tepat, dan kuantitatif adalah “anak diberi empat macam uang logam benilai Rp 25, Rp 50 , Rp 100 dan Rp 500. Dapat menetukan nilai tiap mata uang logam tersebut dengan ketepatan seratus persen.
Menurt kitano dan Kirby (1986; 160) ada lima langkah utama dalam merancang suatu PPI. Kelima langkah tersebut adlah (1)membentuk Tim PPI atau TP31; (2) menilai kebutuhan anak; (3) mengembangkan tujuan jangka panjang (longrange or annual goals) dan tujuan-tujuan jangka pendek (shorttern objectives). (4) merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan, dan (5) menentukan metode evaluasi untuk menentukan kemajuan anak.
Membentuk Tim PPI atau TP31. Tim PPI yang ideal terdiri dari orang-orang yang bekerja dengan anak dan memiliki informasi yang dapat disumbangkan untuk menyusun rancangan pendidikan yang komprehensif bagi anak. Secara umum, orang-orang tersebut mencakup guru khusus, guru reguler, kepala sekolah, orang tua, diagnostican, dan spesialislain (konselor dan speech therapist), serta kalau mungkin juga anak yang bersangkutan. Bagi sekolah yang belum memiliki tim yang lengkap, kiranya cukup dengan tim yang terdiri dari guru khusus, guru reguler (guru kelas atu bidang studi), kepala sekolah, dan orang tua.
Meskipun pendekatan tim telah dikonseptualisasikan sebagai yang ideal untuk mengembangkan PPI, dalam kenyataan hambatan-hambatan seperti keterbatasan waktu dan latihan bagi para amggota umumnya dapat menghambat tim untuk mengembangkan PPI yang baik. Oleh karna itu guru khusus bsgi anak kesulitan belajar biasanya mengembangkan garis-garis PPI berdasarkan informasi yang tersedia, dan selanjutnya memperlihatkan garis-garis besar tersebut kepada tim untuk memperoleh masukan-masukan tambahan. Dan pertemuan tim, tujuan-tujuan (goals) tujuan-tujuan khusus (objectives), dan prosedur-prosedur untuk mencapai tujuan harus sudah terselesaikan. Para anggota tim selanjutnya menandatangani PPI untuk menunjukkan bahwa mereka telah berpartisipasi dalam mengembangkan PPI. Tandatangan tersebut tidak perlumenunjukan persetujuan, pendapat-pendapat yang berbeda hendaknya dicatat pula dalam PPI.
Menilai kebutuhan anak kekuatan, kelemahan, dan minat anak, begitu pula dangan tujuan kurikuler yang telah ditetapkan sebelumnya, merupakan titik awal untuk mengembangkan tujuan- tujuan khusus pembelajaran. Informasi untuk menentukan kebutuhan anak tsb meliputi : (1) hasil tes formal yang diperoleh selama proses identifikasi dan seleksi, (2) hasil penilaian dan opservasi informal oleh guru, (3) hasil surve tentang minat dan kebutuhan anak, (4) hasil penilaian dan pendapat orang tua melalui daftar cek atau kuesioner, dan (5) informasi dari sumber-sumber lain yang relevan seperti dari konselor sekolah dan ahli dalam bidang study atau mata pelajaran tertentu.
Prestasi akademik anak dapat diukur melalui hasil tes belajar sedangkan kapasitas atau kapasitas anak dapat diukur dengan tes inteligensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah pelajaran dapat diatasi melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan tipe belajar anak (Harwell,1982:22). Ada tiga macam tipe belajar, yaitu (1) visual, (2) auditit, dan (3) taktil. Anak yang tergolong  memiliki tipe visual umumnya memiliki PIQ (Performance Intelligence Quotient) yang lebih tinggi dari pada sekor VIQ (Verbal Intelligensi Quotient). Anak-anak pertipe visual cendrung menyukai warna-warna dan gerakan-gerakan. Lukisan dan pekerjaan mereka umumnya memperlihatkan banyak warna dan rinci. Anak yang bertipe auditit umumnya memiliki sekor VIQ yang lebih tinggi dari pada sekor PIQ. Anak bertipe auditif cendrung menyukai suara-suara keras, memukul-mukul meja,dan sering banyak dan keras dalam berbicara. Bicara umumnya sangat jelas dan menyukai membaca dengan suara keras. Anak yang bertipe taktil umumnya memiliki sekor yang sangat rendah baik pada VIQ maupun PIQ. Anak-anak semacam ini umumnya tidak menyukai membaca, tidak dapat memperhatikan pelajaran baik melalui pendangaran maupun melalui penglihatan, sehingga biasanya sngat menyulitkan guru.
Mengembangkan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan untuk jangka panjang (untuk satu tahun) diturunkan secara langsung dari kurikulum umum sedangkan, tujuan jangka pendek dirumuskan oleh guru. Tujuan jangka pendek atau tujuan pembelajaran khusus seperti telah dikemukakan, hendaknya spesifik, tepat dan kuantitatif. Perumusan tujuan pembelajaran semacam itu memungkinkan guru untuk melakukan evaluasi keberhasilan belajar anak secara lebih tepat.
Merancang metode prosedur pembelajaran. Pengalaman belajar yang dijantumkan dalam garis-garis besar PPI hendaknya menjelaskan bagai mana tiap tujuan pembelajaran khusus akan diselesaikan dan bagaimana tiap tujuan pembelajaran khusus akan diselesaikan dan bagaimana mengevaluasi keberhasilan anak mencapai tujuan pembelajaran khusus tersebut. Pengalaman belajar mungkin memerlukan kelompok belajar koperatif untuk memperoleh kemampuan melakukan oprasi hitung perkalian dalam berbagai cara atau melalui kompetensi antar anak-anak berkemampuan setara untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menghafal perkalian satu hingga sembilan.
Menentukan evaluasi kemajuan anak. Evaluasi kemajuan belajar hendaknya mengukur derajat pencapai tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang telah diselesaikan. Metode evaluasi meliputi tes secara tertulis,lisan, catatan opservasi guru, membandingkan suatu produk dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, riview yang dilakukan oleh sesama anak berdasarkan setandar yang telah ditentukan, penilaian sendiri(self appraisal), dan evaluasi bersama oleh anak dan guru.
Suatu PPI hendaknya diperbarui secara terus menerus dan menunjukkan kapan tujuan-tujuan pembelajaran khusus telah diselesaikan. Suatu PPI hendaknya berfungsi sebagai pedoman yang dapat dan harus  berubah sebagai  halnya kebutuhan anak juga berubah. Jika diperlukan modifikasi yang benar, hasil modifikasi hendaknya dikomunikasikan kepada orang tua untuk memperoleh persetujuan. Kecuali pelayanan yang disediskan oleh waktu yang digunakan, PPI hendaknya tidak dipandang sebagai kontrak menurut hukum, tetapi hendaknya dirasakan sebagai sesuatu yang memberikan  bantuan yang berupa bimbingan fleksibel bagi guru, orang tua, dan anak berkesulitan belajar.
Meskipun menulis PPI memerlukan waktu yang menyita tenaga guru, keuntungan-keuntungan yang dapat diambil dari dokumen tertulis ini sangat bermanfaat. Guru-guru yang baik umumnya telah mengetahui dan berusaha mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan individual murit-murit mereka, sehingga dengan demikian, menuangkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam suatu bentuk tertulis seharusnya bukan merupakan suatu hambatan. Selain itu, menggabungkan hasil-hasil observasi dan saran-saran dari orang-orang yang memiliki peran  penting bagi pendidikan anak, terutama orang tua, dapat menghasilkan suatu programyang lebih baik sesuai dengan pandangan bahwa anak merupakan pribadi yang utuh. Keterlibatan orang tua dalam pertemuan-pertemuan PPI merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pendidikan, yang memungkinkan anak-anak berkembang lebih baik.








SOAL EVALUASI PILAHAN GANDA
1.      Menurut salvia dan ysseldyke dalam kaitanya dengan upaya penanggulangan kesulitan belajar. Asesmen dilakukan untuk 5 keperluan dibawah ini adalah kecuali ...
a.       Penyaringan
b.      Pengalihtanganan
c.       Klasifikasi
d.      Perencanaan pembelajaran
e.       Informasi
2.      Tes intelegensi yang paling banyak digunakan adalah WISC-R  apakah kepanjangan dari WISC-R TERSEBUT ...
a.       Wechster Intelligence Scale For Chlidren-Revised
b.      Wechster Intelligence Scales Four Chlidren-Revised
c.       Wechster Intelligenceis Scale Fors Chlidren-Reviseds
d.      Wechsterd Intelligence Scaless For Chlidren-Revised
e.       Wechsterss Intelligenceus Scale For Chlidren-Revisedis
3.      Tes intelegensi (WISC-R) terdiri dari ..... subtes
a.       1
b.      2
c.       3
d.      4
e.       5
4.      Salah satu bentuk pelayanan PLB bagi anak berkesulitan belajar adalah
a.       Program pendidikan yang diindividualkan
b.      Program pendidikan yang dikelompokan
c.       Program pendidikan yang digunakan
d.      Program pendidikan yang dijalankan
e.       Program pendidikan yang diberikan
5.      Bentuk pelayanan  PPI diperkenalkan dalam karya yang diselengarakan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah bekerjasama dengan ONESCO  pada tanggal ...
a.       21-30 oktober 1992
b.      19-30 oktober 1993
c.       18-30 oktober 1994
d.      17-30 oktober 1995
e.       16-30 oktober 1996
SOAL EVALUASI ESAI
1.      Untuk memperoleh informasi asesmen dapat dilakukan melalui ? ....
2.      Mengapa PPI diindonesia mengalami kendala dan penghambat ? ....
3.      Apa kegunaan PPI ?....
4.      Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah pelajaran dapat diatasi melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan tipe belajar anak (Harwell,1982:22). Ada tiga macam tipe belajar tersebut sebutkan .....
5.      Siapa saja yang seharusnya menjadi anggota Tim PPI ? .....

KUNCI JAWABAN
Pilihan Ganda
1.      E
2.      A
3.      B
4.      A
5.      A
 Esai
1.      Wawancara, observasi, pengukuran informal, dan tes baku formal
2.      Karena bentuk pelayanan ini belum banyak dikenal oleh para guru dan belum ada peraturan yang mengharuskan anak berkesulitan belajar memperoleh pelayanan semacam itu
3.      Untuk menjamin bahwa tiap anak berkesulitan belajar memiliki suatu program yang diindividualkan untuk mempertemukan kebutuhan-kebutuhan khas yang memiliki mereka dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang berkepentingan dalam bentuk suatu program secara tertulis.
4.      1) visual, (2) auditit, dan (3) taktil
5.      Guru khusus, guru reguler, kepala sekolah, orang tua, serta kalau mungkin anak yang bersangkutan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar