A.
PENGERTIAN PENGAJARAN
REMEDIAL DAN CIRI-CIRINYA
Remedi berasal dari bahasa latin,
yang berarti menyembuhkan kembali;dari re- ‘kembali’ dari mederi
‘menyembuhkan’. Ditinjau dari arti kata, “remedial” berarti “sesuatu yang
berhubungan dengan perbaikan”. Dengan demikian pengajaran remedial adalah suatu
bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran
remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau
menyembuhkan.
Sebagaimana pengertian pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar
murid dapat mencapai hasil belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar
yang dicapai tidak memuaskan berarti murid masih dianggap belum mencapai hasil
belajar yang diharapkan sehingga diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat
membantu murid agar tercapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
Proses pengajaran remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan
dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses bantuan
lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi
pelajaran, arah belajar dan menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi
dalam pengajaran remedial yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah
keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar, materi
pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagn turut mempengaruhi proses
belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid yang mengalami kesulitan
belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan sesuai dengan kemampuan. Kesulitan belajar yang dihadapi murid mungkin beberapa mata pelajaran atau
satu mata pelajaran atau satu kemampuan khusus dari mata pelajaran tertentu.
Penyembuhan ini mungkin mencakup sebagian aspek kepribadian atau sebagian kecil
saja.
Demikian pula proses penyembuhan, ada yang
dalam jangka waktu lama atau dalam waktu singkat. Hal ini tergantung pada
sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi murid.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pengajaran remedial sebagai bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk
memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid.
Perbaikan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar
dan keseluruhan kepribadian murid.
Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah
diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai
dengan sifat, jenis dan latar belakangnya.
2. Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan
kesulitan belajar yang dihadapi murid.
3. Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial,
artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan
belajarnya.
4. Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi
dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya:
penggunaan tes diagnostic, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
5. Pengajaran remedial dilaksanakan melalui
kerjasama dengan pihak lain. Misalnya: pembimbing, ahli
dan lain sebaginya.
6. Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih
diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi
murid yang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme.
7. Dalam pengajaran remedial, alat evalusi yang dipergunakan disesuaikan
dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai
kriteria ketuntasan yang ditetapkan.
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap
peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang
terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau
lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara
lain:
1.
Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu
program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk
belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan
individual peserta didik.
2.
Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara
intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat
perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui
kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami
kesulitan segera diberikan bantuan.
3.
Fleksibilitas dalam
Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang
berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode
mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4.
Pemberian Umpan
Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik
mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik
dapat bersifat korektif (mengkoreksi) maupun konfirmatif (mengkonfirmasi). Dengan
sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang
berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5.
Kesinambungan dan
Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus
berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik
dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
B.
PENTINGNYA PENGAJARAN
REMEDIAL
Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan proses
belajar mengajar, khususnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara
keseluruhan. Beberapa alasan pentingnya pengajaran remedial, dapat dilihat dari
berbagai segi, yaitu:
1. Warga belajar
2. Pendidik dan pengajar (guru)
3. Proses belajar
4. Pelayanan bimbingan.
Segi-segi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Warga Belajar (murid)
Warga belajar (murid) ternayata masih banyak yang mendapatkan nilai
prestasi belajar kurang. Misalnya: rata-rata yang dicapai masih jauh di bawah
ukuran yang diharapkan. Kenyataan menunjukkan pula bahwa setiap murid mempunyai
perbedaan individual dalam proses belajarnya. Ada yang berkemampuan tinggi, sedang
ada pula yang rendah, sedang-sedang saja, lambat dan cepat. Di samping itu
setiap murid mempunyai pengalaman dan latar belakang yang berbeda satu dengan
yang lainnya.
Di dalam proses belajar mengajar pada umumnya, guru menggunakan
pendekatan yang sama, kadang-kadang melupakan perbedaan individual sehingga
keunikan setiap pribadi murid kurang mendapatkan pelayanan. Hal ini dapat
mengakibatkan murid mengalami kesulitan belajar. Apabila murid dapt kesempatan
belajar sesuai dengan pribadinya diharapkan ia dapat mencapai prestasi belajar
yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Atas dasar hal tersebut pengajaran
remedial sangat diperlukan untuk membantu setiap pribadi murid agar mendapat
kesempatan memperoleh prestasi belajar yang memadai sesuai dengan kemampuannya.
2. Pendidik dan Pengajar
Pada dasarnya guru bertanggug jawab atas keseluruhan proses pendidikan
di sekolah. Hal ini berarti bahwa guru harus bertanggung jawab terhadap
pencapaian tujuan pendidikan melalui pencapaian tujuan institusional, tujuan
kutikuler dan tujuan instruksional. Kenyataan menunjukkan bahwa murid sebagai
individu mempunyai perbedaan-perbedaan.
Perbedaan itu berakibat pula pada keberhasilan murid dalam belajar.
Terhadap murid yang belum berhasil, seorang guru bertanggung jawab untuk
membantu. Supaya bantuan yang diberikan kepada murid dapat berhasil guna, maka
harus melalui suatu proses diagnosis dan diakhiri dengan pengajaran remedial.
Berhasil tidaknya seorang guru, dapat dilihat dalam kemampuannya melaksanakan
proses belajar mengajar yang sebaik-baiknya, sehingga semua murid dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan tugas, peranan seorang guru bukan hanya sekedar
penyampai pengetahuan kepada murid tetapi juga mempunyai peranan sebagai
pembimbing yang harus dapat membantu murid memahami dirinya dan mampu mengatasi
hambatan-hambatan di dalam dirinya. Dalam kaitan inilah pengajaran remedial
merupakan salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam
memberikan peluang besar bagi setiap murid untuk dapat mencapai prestasi
belajar secara optimal dan maksimal.
3. Proses Belajar
Ditinjau dari segi pengertian proses belajar mengajar, pengajaran
remedial diperlukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang sebenarnya.
Pada dasarnya belajar yang sesungguhnya dapat diartikan sebagai sesuatu proses
perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
Adanya gejala kesulitan belajar merupakan indikasi belum adanya
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, oleh karena itu masih diperlukan
proses belajar mengajar khusus yang dapat membantu pencapaian keseluruhan
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa pengajaran remedial mempunyai peranan yang penting terhadap keberhasilan
proses belajar mengajar secara keseluruhan.
4. Pelayanan Bimbingan
Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan kelengkapan dari keseluruhan proses pendidikan. Melalui pelayanan ini
diharapkan setiap murid dapat memahami dirinya, memahami kelebihan dan
kelemahannya serta harus mampu mengarahkan dirinya untuk mencapai perkembangan
yang optimal.
Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang
sebaik-baiknya, pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan
bimbingan dan konseling melalui interaksi belajar mengajar. Dengan demikian pengajaran
remedial menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan sebaliknya
pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat menunjang pelaksanaan pengajaran
remedial.
C.
TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP PENGAJARAN REMEDIAL
1. Tujuan Pengajaran Remedial
Tujuan pengajaran remedial sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan
pangajaran pada umumya, yaitu agar murid dapat mencapai prestasi belajar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran remedial
bertujuan agar murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi
belajar yang diharapkan melalui proses penyembuhan atau perbaikan, baik segi
proses belajar mengajar maupun kepribadian murid.
Tujuan pengajaran remedial
secara terinci adalah agar murid dapat:
a. Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi
segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifatnya.
b. Memperbaiki cara-cara belajar kea rah yang lebih baik sesuai dengan
kesulitan yang dihadapi.
c. Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi
kesulitan belajarnya.
d. Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
e. Mengatasi habatan-hambatan belajar yang lebih baik.
f.
Melaksanakan
tugas-tugas belajar yang diberikan
2.
Fungsi Pengajaran Remedial
Berdasarkan pengertian sebagaimana telah
dikemukakan di atas, jelas bahwa pengajaran remedial mempunyai fungsi yang amat
penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Adapun beberapa fungsi
pengajaran remedial adalah sebagai berikut:
a. Fungsi korektif
Pengajaran remedial mempunyai fungsi korektif, artinya melalui
pengajaran remedial dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu
yang dianggap masih belum mencapai apa yang diharapakan dalam keseluruhan
proses belajar mengajar. Hal-hal
yang diperbaiki atau dibetulkan melalui pengajaran remedial anatara lain
meliputi perumusan tujuan. Sebagai berikut:
Ø Penggunaan metode mengajar
Ø Cara-cara belajar
Ø Materi dana alat pelajaran
Ø Evaluasi
Ø Segi-segi pribadi murid
Dalam perbaikan terhadap hal-hal tersebut di atas, maka prestasi
belajar murid beserta factor-faktor yang mempengaruhi dapat diperbaiki.
b. Fungsi penyesuaian
Yang dimaksud penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar
sesuai dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang besar
untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Tuntuan belajar yang
diberikan murid telah disesuaikan denan sifat jenis dan latar belakang
kesulitannya sehingga murid diharapkan lebih terdorong untuk belajar.
c. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru,
murid dan pihak lain dapat memeperoleh pemahaman yang lebih memahami dirinya
dan segala aspeknya. Begitu pula guru dan pihak-pihak lainnya dapat lebih
memahami akan keadaan pribadi murid.
d. Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya
proses belajar mengajar. Bahan pelajaran yang tidak disampaikan dalam
pengajaran regular, dapat iperoleh melalui pengajaran remedial. Pengayaan lain
adalah dalam segi metode dan alat yang dipergunakan dalam pengajara remedial.
Dengan demikian, diharapkan hasil yang diperoleh murid dapat lebih banyak,
lebih luas dan lebih dalam sehingga hasil belajarnya lebih kaya.
e. Fungsi terapeutik
Dengan pengajaran remedial secara langsung atau tidak langsung dapat
menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian dapat menunjang pencapaian
prestasi belajar, demikian pula sebaliknya.
f. Fungsi akselerasi
Fungsi akselerasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat
proses belajar baik dalam arti waktu maupun materi. Misalnya murid yang
tergolong lambat dalam belajar, dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya
melalui pengajaran remedial.
3. Prinsip Pengajaran Remidial
Pada dasarnya proses, pelaksaan pengajaran remedial
serupa dengan proses belajar-mengajar biasa (reuler). Namun perbedaannya
terletak pada dua prinsip berikut :
a.
Tujuan
pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan (improvement) prestasi
belajar siswa, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga
setidak-tidaknya dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat
diterima (minimum acceptable performance) atau meningkatkan kemampuan
penyesuaian kembali (readjustment), baik terhadap dirinya maupun
lingkunganya.
b.
Strategi
pendekatan (termasuk di dalamnya metode, teknik, materi, progam, bentuk/jenis
tugas, dan lain-lainnya) lebih ditekankan pada penyesuaian keragaman kondisi
obyektif yang dapat dipandang sebagai modifikasi dari proses belajar biasa
(konvensional-klasikal). Keragaman obyektif yang dimaksud dalam hal ini,
seprerti kapasitas umum/khusus, motivasi, minat, aspirasi, pengetahuan,
keterampilan dasar/prasaratan, sikap kebiasaan, kematangan/kesiapan, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam modifikasi dalam hal ini antara lain pengulangan,
percepatan, pengayatan, dan penggantian/subtitusi.
D.
STRATEGI DAN PENDEKATAN
REMEDIAL
1.
Strategi dan Teknik
Remedial
Sasaran akhir pengajaran remedial adalah sama dengan pengajaran pada
umumnya, yaitu membantu murid dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat
mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan
tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batas criteria keberhasilan yang dapat
diterima (minimum acceptable, performance). Mengingat secara empiric
sasaran strategis itu tidak selamanya dapat dicapai dengan pendekatan system
pengajaran konvensional, maka perlu dicari juga pendekatan strategi lainnya.
Ada beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran remedial antara lain, (1) pemberian tugas/pembelajaran individu
(2) diskusi/tanya jawab (3) kerja kelompok (4) tutor sebaya (5) menggunakan
sumber lain. (Ditjen Dikti, 1984; 83).
a. Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain
dengan pemberian rangkuman baik dilakukan secara individual maupun secara
kelompok, pemberian advance organizer (penyelenggara/membuat kemajuan) dan yang
sejenis.
Belajar dengan rangkuman lebih efektif daripada tanpa rangkuman
(Spurlin, Denserau, and Brooks, 1980), mereka juga menyimpulkan bahwa rangkuman
yang memusatkan pada organizing content lebih efektif daripada rangkuman yang
memusatkan pada isi yang lebih rinci. Eksperimen yang dilakukan Reder dan
Anderson (1980), menyimpulkan bahwa membaca rangkuman teks lebih efektif
daripada membaca teksnya saja. Ditemukan juga bahwa transfer belajar menjadi
lebih baik, apabila rangkuman teks dipelajari lebih dahulu baru kemudian
mempelajari teksnya yang asli. Dengan demikian rangkuman lebih unggul meskipun
ide-ide pokok yang terdapat dalam teksnya yang lebih asli telah diberi garis
bawah.
Ross dan Divesta (1976), mengemukakan bahwa peserta didik yang belajar
dengan membuat rangkuman tentang apa yang telah dibaca, memperlihatkan unjuk
kerja yang lebih baik dalam tes mengingat isi teks dari pada mereka yang
membaca teks yang berulang-ulang tanpa membuat rangkuman. Merrill dan Stolurow
(1966), menyimpulkan bahwa pemberian rangkuman yang ditata secara hirarkhis
sebelum penyajian keselurhan isi, menyebabkan peserta didik belajar konsep
lebih cepat dan transfer yang lebih baik. Hasil penelitian Grotelueschen dan
Sorgren (1968), mendukung temuan Merrill dan Stolurow (1966), disimpulkan bahwa
peserta didik yang sebelum belajar, membaca rangkuman yang berisi
prinsip-prinsip dasar dari semua prinsip yang akan dipelajari memperlihatkan
hasil belajar dan transfer yang lebih baik, jika dibandingkan dengan peserta
didik yang langsung membaca keseluruhan. Di sisi lain advance organizer atau
kerangka isi pada tingkat abstrak, dimaksudkan untuk menyediakan kerangka
konseptual yang dapat dipergunakan oleh peserta didik untuk memperoleh
kejelasan lebih dahulu mengenai apa yang akan dipelajari kemudian. Ausubel
(1963) mengungkapkan bahwa advance organizer dapat dipakai untuk memudahkan
belajar bahan bahan tertulis. Tujuan advance organizer menurut Ausubel adalah
untuk mengaitkan bahan bermakna yang akan dipelajari dengan struktur yang
dimiliki peserta didik. Barnes dan Claswson (1975) mengkaji sejumlah penelitian
tentang advance organizer, dari 32 penelitian yang dikajinya, 12 diantaranya
memperlihatkan bahwa advance organizer secara signifikan memudahkan belajar
peserta didik. Sedangkan 20 diantaranya menunjukkan perbedaan yang amat kecil (tidak
signifikan). Hartley dan Davis (1976) merangkum hasil kajiannya mengenai
variabel advance organizer sebagai berikut: (1) Sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa advance organizer memudahkan belajar, dan sekaligus
meningkatkan retensi. Ada 10 penelitian yang memperlihatkan yang sejenis. (2)
Penelitian lain menunjukkan bahwa pengaruh advance organizer terhadap hasil
belajar dan retensi tidak signifikan, sedangkan 15 penelitian yang termasuk
kelompok ini menyatakan siginifikan pengaruhnya terhadap hasil belajar dan
retensi. (3) Beberapa peserta didik cenderung mendapatkan keuntungan lebih
banyak dari penggunaan advance organizer daripada peserta didik lainnya.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rerata lebih diuntungkan oleh adanya
advance organizer, ada 7 penelitian yang menunjukkan hal ini. (4) Organizer
ekspositorik amat bermanfaat pada anak-anak yang memiliki kemampuan verbal dan
kemampuan analitik yang rendah, ada 2 penelitian yang menunjukkan hal ini. (5)
Terdapat 10 penelitian menemukan advance organizer yang diberikan setelah
pembelajaran kadang-kadang lebih dapat memudahkan belajar peserta didik
daripada organizer yang diberikan sebelum pembelajaran. Namun ada 2 temuan
penelitian yang tidak menunjukkan arah yang pasti mengenai hal ini.
b.
Melakukan aktivitas fisik,
misal demosntrasi, atau praktek dan diskusi
Ada konsep-konseps yang lebih mudah dipahami lewat aktivitas fisik,
missal contoh, memahai bahwa volume fluida tidak berubah kalau berada di dalam
wadah yang berbeda bentuknya. Anda sebaiknya menggunakan berbagai media dan
alat pembelajaran sehingga dapat mengkonkritkan konsep yang dipelajarinya,
selain itu hendaknya Anda banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengunakan media terebut, karena siswa pada umumnya perkembangan berpikir
mereka berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka akan dapat mencerna
dengan baik konsep yang divisualisasikan (diperlihatkan) atau dikonkritkan
(kenyataan).
c.
Kegiatan Kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Yang perlu diperhatikan guru dalam menetapkan kelompok
dalam kegiatan remedial adalah dalam menentukan anggota kelompok. Kegiatan
kelompok dapat efektif dalam membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada
siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada
siswa lainnya.
d.
Tutorial Sebaya
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam
kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor
bisa berasal dari kelas yang sama atau dari kelas yang lebih tinggi. Apabila
menggunakan tutor yang sebaya sangat membantu sekali, karena tingkat pemahaman
dan penyampaian tutor yang sebaya lebih dimengerti oleh siswa yang bermasalah,
selain itu mereka tidak merasa canggung dalam menanyakan setiap permasalahan
karena usia mereka sama sehingga mudah dimengerti olehnya.
e.
Menggunakan Sumber Lain
Selain dengan pembelajaran ulang, kegiatan kelompok, tutorial, guru
juga dapat menggunakan sumber belajar lain yang relevan dalam membantu siswa
yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Misalanya guru meminta
untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas,
misalnya ”bagaimana cara mencangkok ” siswa dapat mendatangi tukang kebun yang
kegiatan sehari-hari memang mencakok. Atau juga siswa diminta membaca sumber
lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai
keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari.
2.
Pendekatan
Pengajaran Remidial
Pada garis besarnya ada 2 macam pendekatan yang dapat
ditempuh (Ross & Stanley), yaitu pendekatan kuratif dan preventif.
Sedangkan Dinkmeyer & Caldwell menambahkan satu lagi yaitu yang bersifat
pengembangan.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diambilkan kesimpulan
bahwa pendekatan pengajaran remedial diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
a. Pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif
Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif
bilamana diberikan setelah selesainya program PBM utama diselenggarakan.
Tindakan tersebut dilakukan setelah melihat kenyataan bahwa adan seseorang atau
sebagian siswa bahkan sebagian besar siswa yang dipandang tidak mampu untuk
menyelesaikan program PBM yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Program tersebut dapat dilihat setiap kali
pertemuan, setiap satuan unit pelajaran, atau satuan waktu (mingguan, bulanan
bahkan triwulan atau semesteran). Dengan ciri-ciri yang telah dikemukakan di
depan, yaitu antara lain prestasi di bawah rata-rata kelas, bahkan siswa yang
mempunyai prestasi tinggi di atas rata-rata juga perlu mendapatkan perhatian
dengan memberikan tambahan pelajaran ekstra. Sebab selain untuk meningkatkan
prestasi secara optimal, juga untuk menyalurkan kepada kesibukan. Karena siswa
ini lebih cepat menyelesaikan tugas dibandingkan dari temannya. Selama menanti
teman-teman lain yang sedang bekerja atau menyelesaikan tugas berikan tambahan,
kalau tidak dia mungkin sekali akan mengganggu teman yang bekerja, atau
berkeliaran. Yang jelas prestasi atau kemampuan yang dimiliki lebih tersebut
akan ditingkatkan secara maksimal. Justru di kelas-kelas anak yang demikian
kurang mendapatkan perhatian guru kelas / bidang studi. Untuk dapat mencapai
sasaran tersebut beberapa tehnik yang dipergunakan dengan pendekatan :
pengulangan (repotition), pengayaan (enrichment), dan pengukuhan (Re
inforcement) serta pencepatan (acceleration). Berikut pelaksanaannya :
Ø
Pengulangan (Repetition)
Pelaksanaannya dapat dilakukan pada tiap akhir jam
pelajaran, tiap akhir unit (satuan) pelajaran tertentu, maupun setiap akhir
pokok bahasan. Sasaran dapat diberikan kepada perorangan (individual maupun
kelompok, tergantung kepada kebutuhan).
Sedangkan waktu penyampaiannya dapat diberikan sesudah
pelajaran selesai maupun di luar jam pelajaran. Misalnya pada sore hari. Sering
kita lihat ada sementara guru yang memberikan pelajaran tambahan/ulangan pada
waktu sore hari pada murid tertentu. Cara lain yang dapat diberikan melalui
“kelas remedial” yaitu khusus bagi ssiwa yang memerlukan bantuan tersendiri
lantaran rendah prestasi. Siswa lainnya melakukan proses belajar secara
biasa.
Ø
Pengayaan dan Pengukuhan (Enrichment dan Reinforcement)
Sasarannya ditujukan kepada siswa yang mempunyai
kelemahan ringan atau bahkan siswa yang mempunyai kemampuan tingi. Materi yang
diberikan yaitu yang masih ada kaitannya (ekuivalen). Dengan materi pokok atau
dapat juga merupakan tambahan (suplementer) sehingga akan memperoleh cakrawala
yang lebih luas dari materi tersebut. Dengan demikian bagi siwa yang berkemampuan
lebih mempunyai kesibukan yang bersifat positif. Baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya, sedang kemampuannya dapat ditingkatkan secara optimal.
Pelaksanaannya dapat dengan memberikan tugas-tugas
(take home) bakat siswa yang lemah dengan dikerjakan di rumah atau tambahan
pada saat temannya yang lain sedang mengikuti pelajaran utama, mereka yang
berkemampuan lebih mendapat tugas tambahan. Setelah selesai tugas tersebut
sebaiknya diperiksa oleh guru.
Ø
Percepatan (acceeleration, akselerasi)
Cara lain yang dapat diberikan kepada siswa berbakat
tetapi menunjukkan kesulitan emosional dapat dengan memberikan promosi penuh
atau maju berkelanjutan (continues progres). Pelaksanaannya dapat diberikan
pelajaran untuk tingkat yang lebih tinggi / semester di atasnya. Dahulu pernah
kita dengan ada siswa yang naik kelas sebelum waktu setahun, sedangkan siswa
lain naiknya setiap akhir tahun. Begitupun pada perguruan Tinggi yang telah
menerapkan SKS murni dapat memberi kesempatan pada siswa untuk mengambil kredit
lebih banyak sehingga mungkin dapat menyelesaikan program lebih cepat.
Sayangnya sistim di sekolah lanjutan hal tersebut masih jarang.
Kalau
ketiga cara pendekatan tersebut dapat dipergunakan secara baik oleh guru, maka
kesulitan yang dihadapi para siswa secara kuratif dapat diatasi hasil karya
tambahan tersebut perlu dibukukan dalam kemajuan akademik siswa sehingga dapat
merupakan bahan masukan untuk menentukan prestasi akademiknya. Hal ini akan
merupakan tambahan motivasi bagi siswa tersebut.
b. Pendekatan pengajaran remedial yang bersifat preventif
Pada
pendekatan kuratif ditujukan pada siswa yang secara nyata telah mempunyai
kesulitan tertentu, sedangkan pada pendekatan preventif ditujukan kepada siswa
yang diperkirakan mempunyai kesulitan berdasarkan informasi yang diperoleh.
Sehingga langkah ini merupakan antisipasi atau pencegahan agar apa yang mungkin
terjadi dapat dicegah. Sehingga pendekatan tersebut disebut juga sebagai
pencegahan. Siswa yang digolongkan dalam usaha tersebut adalah mereka yang diperkirakan
dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang direncanakan,
atau mereka yang diperkirakan akan lebih lambat dari waktu yang telah
diprogramkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara kelompok maupun secara
individual tergantung pada siswanya.
c. Pendekatan pengajaran remedial yang bersifat pengembangan
(developmental)
Seperti yang dikemukakan oleh dinkmeyer dan Caldwell
ada satu pendekatan lainnya yaitu pengembangan. (Developmental). Pada dasarnya
pendekatan kuratif diberikan sesudah berlangsungnya proses belajar pendekatan
preventif dilakukan sebagai tindak lanjut dari perkiraan sebelum terjadinya
kesulitan belajar, maka pada pengembangan merupakan tindak lanjut yang
dilakukan selama proses belajar berlangsung (during teaching diagnostik).
Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat segera mengatasi hambatan atau
kesulitan yang mungkin akan dialaminya. Pelaksanaannya dapat diberikan berupa
pemberian self instructional audio (mendengarkan pelajaran tentang diri),
modul, tutorial (bantuan/bimbingan belajar) dan sebagainya.
E. TIPE PENGAJARAN REMEDIAL
1. Tipe
Bloom
Menurut Bloom, setiap siswa dan
guru haruslah mahir dalam setiap bagian materi kegiatan belajar, namun dengan
catatan bahwa pemahiran bagian-bagian itu tidak boleh sama dengan pemahiran
secara kesuruhan, Menurutnya pemahiran itu ditentukan oleh penguasaan secara
oprasional dalam menangani masalah/materi itu sampai pada taraf 80-90%.
2. Tipe
Keller
Jika seseorang belum mencapai taraf
tertentu yang belum ditargetkan seratus persen (100%), maka keseluruhan belajar
ini harus diulang seluruhnya. Dalam hal pemilihan dua tipe remedial yang telah
disajikan di atas (tipe Bloom dan tipe Keller) tergantung pada pokok bahasan
atau tujuan yang ingin dicapai.
F.
PROSEDUR PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL
Pengajaran merupakan salah satu tahapan
kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan, dan merupakan
rangkaian kegiatan lanjutan logis dan usaha diagnosa
kesulitan belajar. Adapun prosedure pengajaran remedial tersebut tertera dalam
bagan skematis berikut:
Skema Prosedur Pelaksanaan Pengajaran
Remedial
Menurut Abin Syamsudin, setidaknya dapat dikembangkan 4 alternatif
prosedur sesuai dengan kebutuhannya sbb:
a.
Prosedur I : mencakup langkah 1-2-3-4-5-6
b.
Prosedur II : mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6
c.
Prosedur III : mencakup langkah 1-2-3-4-5-6-(7)
d.
Prosedur IV : mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7)
Untuk lebih jelasnya, setiap langkah dapat
disisipkan fungsi, tujuan/ sasaran dan kegiatannya sebagai berikut:
1.
Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Dalam pengajaran remedial, langkah ini
merupakan tahapan paling fundamental (dasar/ utama) karena merupakan landasan
pangkal tolak langkah-langkah berikutnya. Sasaran pokok langkah ini adalah
untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas (definit) mengenai karakteristik
kasus berikut permasalahannya untuk memperoleh gambaran yang lebih definit
fasilitas alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan, sesuai dengan
sasaran pokok tersebut maka kegiatan di dalam langkah ini difokuskan kepada
suatu analisis rasional atas hasil diagnosis yang telah dilakukan atau rekomendasi
dari pihak lain (guru, petugas BP dan sebagainya). Analisis ini merupakan
kegiatan pengecekan kembali terhadap:
a.
Kebenaran dan kelengkapan data/
informasi yang mendukung pernyataan atau penjelasan tentang karakteristik kasus
serta permasalahannya.
b.
Relevansi (cocok/sesuai) antara
tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data pendukungnya serta
konsistensinya antara berbagai data satu sama lain.
c.
Ketepatan prakiraan berdasarkan
hasil diagnosis yang didukung oleh data yang relevan.
d.
Visibilitas (dapat diamati/dilihat) dari setiap alternatif pengajaran remedial yang
direkomendasikan.
2.
Menentukan alternatif pilihan
Langkah ini merupakan lanjutan dari hasil pengkajian yang dilakukan
pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok penting
yaitu:
a.
Karakteristik khusus yang akan
ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga
kemungkinan, yaitu :
Ø kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan
dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang
sesuai, efektif, dan efisien.
Ø kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan
dalam mengembangkan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi / metode /
teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien itu, juga dihadapkan pada
hambatan potensial psokologis (ego-emosional, potensial-fungsional,
sosial-psikologis) dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungan.
Ø kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan telah memiliki kecenderungan
ke arah kemampuan menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi / metode /
teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien, namun terhambat oleh kondisi
ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis, dan faktor
instrumental-environmental lainnya.
b.
Alternatif pemecahannya lebih
strategis jika:
Ø Langsung ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial).
Misalnya: jika kasusnya termasuk kategori pertama atau.
Ø Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan konseling/ psikoterapi)
sebelum lanjut ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial) apabila
misalnya kasus termasuk kateegori kedua (pilihan alternatif tindakan) atau
ketiga.
Jadi, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah
membuat suatu keputusan pilihan alternatif mana yang harus ditempuh berdasarkan
pertimbangan rasional yang cermat. Dalam proses pengambilan keputusan ini ada
beberapa prinsip- prinsip sebagai berikut:
a. Efektifitas, dalam
artian lebih mampu untuk mencapai tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.
b. Efisiensi, dalam arti
lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin dengan
hasil yang diharapkan semaksimal mungkin.
c. Keserasian, dalam arti keseuaian dengan :
Ø jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang permasalannya,
Ø jumlah, jenis, dan sifat kepribadian khusus,
Ø tingkat penguasaaan teori, kemahiran praktek, dan sifat kepribadian
guru yang akan menanganinya,
Ø kesediaan daya dukung fasilitas teknik yang diperlukan,
Ø kesediaan daya dukung sarana penunjang / lingkungan yagn diperlukan,
Ø waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Layanan Bimbingan dan Konseling/
Psikoterapi
Ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial,
langkah ini lebih bersifat pilihan bersyarat. Kasus tipe kedua dan ketiga kecil
kemungkinan untuk langsung kepada langkah keempat tanpa lebih dahulu menempuh
langkah ketiga ini yang merupakan prakondisinya. Sasaran pokok yang hendak
dicapai dalam layanan ini adalah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti
ia terbebas dari hambatan dan ketegangan batin, untuk kemudian siap sedia
kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
Pada batas-batas tertentu langkah-langkah ini dapat ditangani oleh
guru, namun mungkin diperlukan bantuan dan kerjasama dengan pihak- pihak lain
yang lebih ahli (petugas BK, wali kelas, psikolog, dokter, dll.). Diantara
sekian banyak masalah yang masih dapat ditangani oleh guru pada umumnya antara
lain:
a. Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya minat dan
motivasi belajar, cara untuk mengatasinya menurut Woodworth dan Marquis,
1957:331-338, antara lain :
Ø Ciptakan situasi kompetitif sesama siswa
yang sehat,
Ø Hindari saran dan pernyataan negatif yang
dapat mlemahkan motivasi belajar siswa,
Ø Berikan dorongan pada siswa dengan
memberikan informasi yang telah dicapainya dari waktu ke waktu,
Ø Berikan kesempatan pada siswa untuk
mendiskusikan aspirasinya secara rasional,
Ø Berikan pujian pada siswa agar dia
bersemangat,
Ø Berikan sanksi atau hukuman atas kelalaian
dengan bijak dan adil,
Ø Tunjukkan manfaat dari pelajaran bagi
siswa baik untuk satt ini maupun nanti.
b.
Kasus
kesulitan belajar dengan latar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran,
dan situasi belajar. Cara untuk mengatasinya antara lain :
Ø
Kembangkan
keakraban dan kehangatan hubungan antara guru dengan murid dan murid dengan
murid
Ø
Ciptakan
iklim sosial yang sehat dalam kelas,
Ø
Berikan
kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang memuaskan dan menyenangkan bagi
siswa dalam belajar, meskipun dengan prestasi yang minim.
c. Kasus kesulitan belajar dengan latar
belakang kebiasaan belajar yang salah, cara untuk mengatasinya antara lain :
Ø
Tunjukkan
akibat dari kebiasaan buruknya terhadap prestasi belajar dan kehidupan sosial
Ø
Berikan
kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola kebiasaan baru dan meninggalkan
kebiasaan lama yang salah.
d. Kasus kesulitan belajar dengan latar
belakang ketidakserasian antara kondisi objectif instrumental input dengan
lingkungan, cara untuk mengatasinya antara lain :
Ø
Bimbingan
informasi dalam program / bidang studi, bahan / sumber, strategi / metode /
teknik belajar rasional,
Ø
Diskusi atau kerja kelompok,
Ø
Proyek
kegiatan bersama di kelas, karyawisata, dsb.
Sebagai indikator atas keberhasilan layanan bantuan sementara ini, maka
Robinson 1950:96, menyatakan :
Ø menunjukkan minat untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapinya,
Ø bersedia untuk bekerja sama dengan pihak lain (guru, BK, dsb.) untuk
membantu memecahkan masalahnya,
Ø mulai bersikap terbuka,
Ø mulai tampak kemampuan menyadari masalahnya secara realitas,
Ø mulai tampak kemampuan untuk memilah, menimbang, mengembangkan, dan
memilih alternatif pemecahan masalahnya,
Ø menunjukkan kesediaan dan kesanggupan untuk melakukan alternatif
tindakan lebih lanjut yang dipilihnya.
4. Melaksanakan Pengajaran Remedial
Setelah langkah ketiga ditempuh, maka
langkah keempat dianggap tepat yaitu pelaksanaan pengajaran remedial. Seperti yang telah dijelaskan, sasaran pokok dari setiap pengajaran
remedial ini adalah tercapainya prestasi dan kemampuan penyesuain diri sesuai
dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan strategi dan teknik
pelaksaan pengajaran remedial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi
peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan
dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran
remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan
belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran
remedial.
5. Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali
Setelah pengajaran remedial dilakukan, seharusnya dilihat ada tidaknya
perubahan pada diri siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kembali,
hasil pengukuran ini diharapkan memberikan informasi terhadap perkembangan
siswa, baik kuantitif maupun kulaitatif. Adapun cara yang digunakan sebaiknya
sama dengan post-test (pemberian pertanyaan/soal yang dilakukan sebelum
memulai pelajaran) atau tes sumatif (pemberian pertanyaan/soal yang
dilakukan setelah melakukan program pelajaran, misal: tes akhir semester) dari proses belajar mengajar.
6. Mengadakan Re-Evaluasi dan Re-Diagnostik
Hasil dari pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan lagi
dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar utama. Hasil
dari pertimbangan ini akan melahirkan tiga simpulan, yaitu :
a.
Kasus menunjukkan peningkatan
prestasi dan penyesuaian diri dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan.
b.
Kasus menunjukkan peningkatan
prestasi dan penyesuaian diri, namun belum sepenuhnya mencapai keberhasilan
yang diharapkan.
c.
Kasus belum menunjukkan perubahan
yang berarti.
Rekomendasi yang seharusnya dikemukakan sebagai tindak lanjut hasil
kesimpulan di atas sudah tentu hendaknya menunjukkan tiga kemungkinan pula,
yaitu:
a.
Kasus (a) dapat dinyatakan terminal
dan diperbolehkan melanjutkan program proses belajar mengajar utama tahap
berikutnya
b.
Kasus (b) seyogianya diberikan
program khusus yang ditujukan pada pengayaan dan peningkatan prestasinya
c.
Kasus (c) sebaiknya dilakukan
rediagnosis, sehingga diketemukan letak kelemahannya pengajaran remedial
tersebut.
7. Remedial Pengayaan dan atau Pengukuhan (Tambahan)
Langkah ini bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar
hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment)
dan pengukuhan (reinforcement). Berbagai bentuk cara dan instrument
dapat digunakan, misalnya : dengan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu,
pengajaran proyek kecil tertentu, dsb. Hasilnya harus dilaporkan kembali pada
guru untuk dinilai seperlunya sebelum selesai atau diperkenankan melanjutkan ke
program proses belajar mengajar selanjutnya.
G.
MACAM-MACAM METODE PENGAJARAN REMEDIAL
Metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu cara yang harus dilalui
untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Hakekat
tujuan adalah merupakan petunjuk bagi guru untuk memilih satu atau serangkaian
metode yang efektif. Dengan
demikian maka metode mengajar adalah:
a.
merupakan
salah satu komponen dari proses belajar mengajar
b.
merupakan alat mencapai tujuan,
yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar
c. merupakan kebutuhan dalam suatu sistem
pendidikan.
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan dan penggunaan metode mengajar remedial secara efektif adalah:
1.
Tujuan pengajaran
Kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan bertujuan, yang terikat dan terarah pada tujuan serta dilaksanakan
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam memilih metode hendaknya disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai dengan metode tersebut.
2.
Bahan pengajaran
Bahan pengajaran merupakan materi yang
perlu diberikan atau dipelajari siswa agar tujuan yang telah ditetapkan dapat
dicapai. Bahan pengajaran dapat berupa pengertian, bidang pengatahuan, bidang
sosial, negara, lingkungan hidup, dan sebagainya sesuai dengan jenis sekolah
dan kematangan perkembangan pribadi serta potensi dan bakat anak.
3.
Guru/pendidik
Tugas guru paling utama adalah mengajar
dan mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan medium atau perantara aktif
antara murid dan ilmu pengetahuan. Sedangkan sebagai pendidik guru merupakan
medium aktif antara murid dan filsafat negara dan kehidupan masyarakat dalam
segala seginya dan dalam mengembangkan kepribadian siswa serta mendekatkan
mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari
pengaruh-pengaruh yang buruk.
Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus mampu memilih dan menggunakan
metode yang tepat, maka guru perlu mempertimbangkan kemampuannya dalam hal
penguasaan terhadap berbagai metode mengajar.
4.
Anak didik
Anak didik dalam proses belajar mengaja
dapat sebagai obyek dan subyek dalam proses pengajaran. Dikatakan sebagai obyek
karena siswa adalah menjadi sasaran dalam proses mengajar oleh guru, sedangkan
sebagai subyek karena siswa dalam belajar adalah pelaku dalam proses belajar
membelajarkan diri agar terjadi perubahan pada dirinya baik menyangkut ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam memilih metode mengajar hendaknya
guru mempertimbangkan faktor anak didik, yaitu tingkat pengetahuan, kemampuan
dan kematangan anak didik.
5.
Situasi mengajar
Maksudnya situasi atau sekitar di mana
siswa sedang melaksanakan kegiatan belajar, juga menuntut metode yang berlainan
sesuai dengan yang diperlukan.
Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam
keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah
identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut. Beberapa metode yang
dapat dilaksanakan dalam pengajaran remedial yaitu:
1. Metode Pemberian Tugas
Merupakan metode yang dilakukan guru
dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara kelompok maupun
secara individual, kemudian diminta pertanggung jawaban atas tugas-tugas
tersebut. Adapun penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan disesuaikan
dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi.
Hal-hal yang harus
diperhatikan guru dalam memberikan tugas kepada murid, yaitu:
a.
jika tugas yang diberikan
bermaksud untuk mengenal kasus dan mendiagnosis kesulitan belajar, hendaknya
ditetapkan secara jelas cara-cara mengerjakan tugas dan patokan penilaian
tugas, sehingga dapat dengan mudah mengenal kasus dan menetapkan jenis serta
sifat kesulitan belajar.
b.
jika metode pemberian tugas
digunakan sebagai bentuk bantuan, maka perlu diperhatikan langkah-langkah:
Ø
menetapkan
jenis tugas yang akan diberikan sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
Ø
menetapkan
sifat tugas yang akan diberikan untuk individual atau kelompok.
Ø
membuat
petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaan tugas.
Ø
selama
tugas dikerjakan perlu diadakan pengamatan secara cermat.
Ø
membuat
patokan-patokan penilaian.
Ø
mengadakan
penilaian secara cermat setelah tugas diselesaikan.
Keuntungan metode pemberian tugas:
a.
murid lebih memahami dirinya, baik
kemampuan maupun kemampuan dirinya.
b. murid dapat memperluas dan memperdalam
materi yang dipelajari.
c. murid dapat memperbaiki cara-cara belajar
yang telah dilakukan.
d. terdapat kemajuan belajar pada murid
baik secara individual maupun kelompok.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu proses
pendekatan dari murid dalam memecahkan berbagai masalah secara analitis
ditinjau dari berbagai titik pandangan. Tujuannya adalah memecahkan masalah,
suatu pertemuan pendapat atau suatu kompromi yang disepakati bersama sebagai
gambaran dari gagasan terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama.
Dalam pengajaran remedial, metode diskusi dapat digunakan sebagai salah
satu metode dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk
memperbaiki kesulitan belajar. Peranan guru dalam diskusi adalah merangsang dan mengarahkan jalannya
diskusi.
Langkah-langkah pelaksaan metode diskusi
a. tetapkan dengan pasti bahwa metode diskusi
dapat digunakan sebagai salah satu metode pengajaran remedial
b. menetapkan materi yang didiskusikan serta
langkah-langkah yang akan ditempuh
c. menetapkan tujuan yang akan dicapai
melalui diskusi tersebut
d. tetapkan siapa yang akan dibantu dengan
diskusi tersebut, apakah seorang murid atau sekelompok murid dengan kesulitan
belajar tertentu
e. membentuk kelompok diskusi dan menjelaskan
kepada peserta diskusi tentang langkah-langkah dan hasil yang akan dicapai
dalam diskusi
f. tetapkan alat-alat atau sarana yang
diperlukan
g. berikan arahan dan dorongan selama diskusi
berlangsung
h. membuat pedoman observasi untuk menilai
jalannya diskusi
i.
melakukan
penilaian pada akhir diskusi untuk memperoleh gambaran keberhasilan diskusi
j.
menetapkan
kegiatan sebagai tindak lanjut.
Keuntungan metode diskusi
a.
masing-masing murid dapat mengenal
dirinya dan kesulitan yang dihadapi serta berusaha menemukan pemecahannya
b. mempererat hubungan antara kegiatan kelas
dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari para anggota kelas
c. meningkatkan interaksi dalam kelompok dan
dapat menumbuhkan sikap saling mempercayai
d. menumbuhkan rasa tanggung jawab
e. dengan diskusi murid dapat mengenal dan
percaya pada diri sendiri secara lebih mendalam dan mengarahkannya secara lebih
baik.
3. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan bentuk
interaksi langsung secara lisan antara guru dengan murid. Dalam pengajaran
remedial metode tanya jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru
dengan murid yang mengalami kesulitan belajar. Dalam hubungan ini guru dapat
mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar dan mengenal jenis atau sifat
kesulitan belajar yang dihadapi melalui tanya jawab .Berdasarkan jenis dan
sifat kesulitan yang dihadapi murid, maka tujuan pengajaran remedial adalah:
a. untuk membantu murid mengenal
dirinya secara lebih mendalam
b. membantu murid mengenali kelebihan
dan kekurangannya
c. membantu murid memperbaiki cara belajarnya
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan metode tanya
jawab
a. menetapkan metode tanya jawab sebagai
metode yang tepat
b. menguasai teknik-teknik bertanya sebagai
cara bertanya yang bersifat penyembuhan
c. menciptakan suasana terbuka, menyenangkan
dan hubungan yang penuh pengertian dan pemahaman
d. menetapkan tujuan sebagai patokan
keberhasilan
e. melakukan penilaian selama dan akhir tanya
jawab
f. membuat penilaian selama tindak lanjut
tanya jawab
Keuntungan meetode tanya jawab dalam pengajaran remedial
a. dapat meningkatkan pengertian antara guru
dan murid
b. memungkinkan hubungan yang lebih dekat
antara guru dengan murid
c. dapat meningkatkan motivasi belajar murid
d. dapat menumbuhkan rasa harga diri kepada
murid
e. dapat meningkatkan pemahaman diri pada
murid
4. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah penyajian
dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada
kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.
Dalam kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antar anggota kelompok
dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada diri murid yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
Langkah-langkah dalam
kegiatan kelompok
a.
Tetapkan sekelompok murid yang
mengalami kesulitan belajar, dalam hal apa kesulitan itu terjadi dan apa latar
belakangnya.
b. Tetapkan karakteristik hubungan sosial
murid yang mengalami kesulitan belajar. Misal: dengan siapa ia sering bergaul,
dll
c. Tetapkan jenis kegiatan kelompok yang akan
dilakukan.
d. Membentuk kelompok dengan memperhatikan
besarnya kelompok, ciri-ciri anggota kelompok dan pemimpin kelompok.
e. Penjelasan tentang tata kerja kegiatan
kelompok.
f. Pelaksanaan kegiatan kelompok.
g. Evaluasi kegiatan kelompok.
h. Tindak lanjut kegiatan.
Keuntungan metode kerja kelompok
a.
Dapat
dicapai adanya pemahaman diri dan saling pengertian diantara anggota kelompok
b.
Adanya
pengaruh anggota kelompok yang dianggap cakap dan berpengalaman
c.
Kehidupan
kelompok dapat meningkatkan minta belajar
d.
Kehidupan
dan kerja kelompok dapat memupuk rasa tanggung jawab.
5. Metode Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah seorang murid atau
beberapa murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu murid tertentu yang
mengalami kesulitan belajar.
Murid yang dipilih sebagai tutor adalah murid yang tergolong dalam
prestasi belajarnya baik dan mempunyai hubungan sosial baik dengan
teman-temannya, terutama dengan murid yang mengalami kesulitan belajar.
Keuntungan metode tutor sebaya
a. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan
kepercayaan diri
b. Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab
antara murid yang dibantu dengan tutor yang dibantu.
c. Bagi tutor, kegiatan remedial merupakan
kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi
belajar.
6. Metode Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah suatu bentuk
proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk
interaksi antara guru dengan seorang murid secara individual. Dengan pengajaran
individual ini guru mempunyai banyak waktu untuk memonitor kemajuan belajar
murid, mendorong murid agar belajar giat dan membantu secara langsung murid
menghadapi kesulitan-kesulitannya.
Untuk melaksanakan pengajaran individual dalam pengajaran remedial,
maka guru dituntut memiliki kemampuan sebagai pembimbing (misal: ulet, sabar,
bertanggung jawab, menerima, memahami, disenangi, dsb), mampu menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga dalam proses pengajaran terjadi interaksi yang
bersifat membantu.
Diakses pada hari Rabu, 13 November 2013
pukul 20.00 WIB
SOAL
Soal pilihan
ganda
1. Dalam pengajaran remedial, metode ini dapat
dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan murid yang mengalami kesulitan
belajar, metode apakah ini?
a. question and answer method
b. quesion and anwser method
c. quesion and answers metode
d. question and answer methode
2. Langkah
ini bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remedial
itu lebih sempurna, langkah apakah ini?
a. Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali
b. Melaksanakan Pengajaran Remedial
c. Remedial Pengayaan dan atau Pengukuhan
(Tambahan)
d. Mengadakan Re-Evaluasi dan Re-Diagnostik
3. Berikut
merupakan ciri-ciri pengajaran remedial, kecuali?
a. Dalam pengajaran remedial tujuan
instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
b. Metode yang digunakan pada pengajaran
remedial bersifat diferensial, artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan
latar belakang kesulitan belajarnya.
c. Pengajaran remedial dilaksanakan sebelum
diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai
dengan sifat, jenis dan latar belakangnya.
d. Alat-alat yang dipergunakan dalam
pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih
memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya:
penggunaan tes diagnostic, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
4. Berikut ini beberapa metode yang dapat
dilaksanakan dalam pengajaran remedial, kecuali?
a. Metode Pemberian Tugas, Metode Diskusi
b. Metode Tanya Jawab, discussion method
c. Metode Tutor Sebaya, Metode Pengajaran
Individual
d. quesion and answer methode, Metode Pemberian
Tugas
5. Di
bawah ini merupakan alasan pentingnya pengajaran remedial, dapat dilihat dari
berbagai segi, yaitu?
a. b, c, d, benar
b. Warga belajar, Proses belajar, Pelayanan
bimbingan, Pendidik dan pengajar (guru)
c. Pengajar, Warga belajar, Pelayanan bimbingan
d. Proses belajar
6. Berikut
ini adalah tujuan pengajaran remedial secara terinci adalah?
a. Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut
prestasi belajar meliputi segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifatnya.
b. Memperbaiki fungsi-fungsi belajar kearah yang
lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
c. Memilih materi dan fasilitas belajar
secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
d. a, c, e, benar
e. Mengatasi habatan-hambatan belajar yang
lebih baik.
7. Berikut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan dan
penggunaan metode mengajar remedial secara efektif adalah?
a. Guru/pendidik, Situasi mengajar, Tujuan
pengajaran
b. Bahan pengajaran, Situasi mengajar, Anak
didik
c. Anak didik, Tujuan pengajaran, Situasi
mengajar
d. a, b, c, benar
8. Berikut
merupakan prinsip pengajaran remedial adalah?
a. Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada
peningkatan (improvement) prestasi belajar siswa, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
b. a, c, benar
c. Strategi pendekatan (termasuk di dalamnya
metode, teknik, materi, progam, bentuk/jenis tugas, dan lain-lainnya)
d. Dalam pemberian tugas dapat dilakukan
dengan berbagai jenis antara lain dengan pemberian rangkuman
9. Fungsi
pengajaran remedial adalah sebagai berikut ini adalah, kecuali?
a. Fungsi penyesuaian
b. Fungsi pemahaman
c. Fungsi koreditas
d. Fungsi terapeutik
10.
Yang
dimaksud dengan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif adalah?
a. Tindakan pengajaran dikatakan bersifat
kuratif bilamana diberikan sebelum selesainya program PBM utama
diselenggarakan.
b. Tindakan pengajaran dikatakan bersifat
kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PBB utama
diselenggarakan.
c. Tindakan pengajaran dikatakan bersifat
kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PBM kedua
diselenggarakan.
d. Tindakan pengajaran dikatakan bersifat
kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PKB utama
diselenggarakan.
Soal
esay
1. Pada pendekatan ini ditujukan kepada siswa yang diperkirakan
mempunyai kesulitan berdasarkan informasi yang diperoleh. Sehingga langkah ini
merupakan antisipasi atau pencegahan agar apa yang mungkin terjadi dapat
dicegah. Pendekatan pengajaran remedial apakah ini?
2. Jika seseorang belum mencapai taraf tertentu yang belum
ditargetkan seratus persen (100%), maka keseluruhan belajar ini harus diulang
seluruhnya. Tipe pengajaran remedial apakah ini?
3. Hasil dari pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan
lagi dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar utama.
Hal tersebut merupakan terdapat pada prosedur pelaksanaan pengajaran remedial
pada langkah?
4. Sebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
dan penggunaan metode mengajar remedial?
5. Sebutkan prinsip-prinsip dalam proses pengambilan keputusan dalam
prosedur pelaksanaan pengajaran remedial, dalam langkah menentukan alternatif
pilihan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar