Senin, 27 April 2015

Materi Pengajaran remidial




A.    PENGERTIAN PENGAJARAN REMEDIAL DAN CIRI-CIRINYA
Remedi berasal dari bahasa latin, yang berarti menyembuhkan kembali;dari re- ‘kembali’ dari mederi ‘menyembuhkan’. Ditinjau dari arti kata, “remedial” berarti “sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan”. Dengan demikian pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau menyembuhkan.  
Sebagaimana pengertian pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar murid dapat mencapai hasil belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan berarti murid masih dianggap belum mencapai hasil belajar yang diharapkan sehingga diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu murid agar tercapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
Proses pengajaran remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagn turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuan. Kesulitan belajar yang dihadapi murid mungkin beberapa mata pelajaran atau satu mata pelajaran atau satu kemampuan khusus dari mata pelajaran tertentu. Penyembuhan ini mungkin mencakup sebagian aspek kepribadian atau sebagian kecil saja.
Demikian pula proses penyembuhan, ada yang dalam jangka waktu lama atau dalam waktu singkat. Hal ini tergantung pada sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi murid.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial sebagai bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid. Perbaikan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian murid.
Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakangnya.
2.      Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
3.      Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial, artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajarnya.
4.      Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya: penggunaan tes diagnostic, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
5.      Pengajaran remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain. Misalnya: pembimbing, ahli dan lain sebaginya.
6.      Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi murid yang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme.
7.      Dalam pengajaran remedial, alat evalusi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
1.      Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik. 
2.      Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan. 
3.      Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. 
4.      Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif (mengkoreksi) maupun konfirmatif (mengkonfirmasi). Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik. 
5.      Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing. 
B.     PENTINGNYA PENGAJARAN REMEDIAL
Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar, khususnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan. Beberapa alasan pentingnya pengajaran remedial, dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
1.      Warga belajar
2.      Pendidik dan pengajar (guru)
3.      Proses belajar
4.      Pelayanan bimbingan.
Segi-segi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Warga Belajar (murid)
Warga belajar (murid) ternayata masih banyak yang mendapatkan nilai prestasi belajar kurang. Misalnya: rata-rata yang dicapai masih jauh di bawah ukuran yang diharapkan. Kenyataan menunjukkan pula bahwa setiap murid mempunyai perbedaan individual dalam proses belajarnya. Ada yang berkemampuan tinggi, sedang ada pula yang rendah, sedang-sedang saja, lambat dan cepat. Di samping itu setiap murid mempunyai pengalaman dan latar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Di dalam proses belajar mengajar pada umumnya, guru menggunakan pendekatan yang sama, kadang-kadang melupakan perbedaan individual sehingga keunikan setiap pribadi murid kurang mendapatkan pelayanan. Hal ini dapat mengakibatkan murid mengalami kesulitan belajar. Apabila murid dapt kesempatan belajar sesuai dengan pribadinya diharapkan ia dapat mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Atas dasar hal tersebut pengajaran remedial sangat diperlukan untuk membantu setiap pribadi murid agar mendapat kesempatan memperoleh prestasi belajar yang memadai sesuai dengan kemampuannya.
2.      Pendidik dan Pengajar
Pada dasarnya guru bertanggug jawab atas keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti bahwa guru harus bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pendidikan melalui pencapaian tujuan institusional, tujuan kutikuler dan tujuan instruksional. Kenyataan menunjukkan bahwa murid sebagai individu mempunyai perbedaan-perbedaan.
Perbedaan itu berakibat pula pada keberhasilan murid dalam belajar. Terhadap murid yang belum berhasil, seorang guru bertanggung jawab untuk membantu. Supaya bantuan yang diberikan kepada murid dapat berhasil guna, maka harus melalui suatu proses diagnosis dan diakhiri dengan pengajaran remedial. Berhasil tidaknya seorang guru, dapat dilihat dalam kemampuannya melaksanakan proses belajar mengajar yang sebaik-baiknya, sehingga semua murid dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan tugas, peranan seorang guru bukan hanya sekedar penyampai pengetahuan kepada murid tetapi juga mempunyai peranan sebagai pembimbing yang harus dapat membantu murid memahami dirinya dan mampu mengatasi hambatan-hambatan di dalam dirinya. Dalam kaitan inilah pengajaran remedial merupakan salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan peluang besar bagi setiap murid untuk dapat mencapai prestasi belajar secara optimal dan maksimal.
3.      Proses Belajar
Ditinjau dari segi pengertian proses belajar mengajar, pengajaran remedial diperlukan dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang sebenarnya. Pada dasarnya belajar yang sesungguhnya dapat diartikan sebagai sesuatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
Adanya gejala kesulitan belajar merupakan indikasi belum adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan, oleh karena itu masih diperlukan proses belajar mengajar khusus yang dapat membantu pencapaian keseluruhan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengajaran remedial mempunyai peranan yang penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar secara keseluruhan.
4.      Pelayanan Bimbingan
Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kelengkapan dari keseluruhan proses pendidikan. Melalui pelayanan ini diharapkan setiap murid dapat memahami dirinya, memahami kelebihan dan kelemahannya serta harus mampu mengarahkan dirinya untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang sebaik-baiknya, pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan konseling melalui interaksi belajar mengajar. Dengan demikian pengajaran remedial menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan sebaliknya pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat menunjang pelaksanaan pengajaran remedial.
C.    TUJUAN, FUNGSI  DAN PRINSIP PENGAJARAN REMEDIAL
1.      Tujuan Pengajaran Remedial
Tujuan pengajaran remedial sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan pangajaran pada umumya, yaitu agar murid dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses penyembuhan atau perbaikan, baik segi proses belajar mengajar maupun kepribadian murid.
Tujuan pengajaran remedial secara terinci adalah agar murid dapat:
a.       Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifatnya.
b.      Memperbaiki cara-cara belajar kea rah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
c.       Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
d.      Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
e.       Mengatasi habatan-hambatan belajar yang lebih baik.
f.       Melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan
2.      Fungsi Pengajaran Remedial
Berdasarkan pengertian sebagaimana telah dikemukakan di atas, jelas bahwa pengajaran remedial mempunyai fungsi yang amat penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Adapun beberapa fungsi pengajaran remedial adalah sebagai berikut:
a.      Fungsi korektif
Pengajaran remedial mempunyai fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dianggap masih belum mencapai apa yang diharapakan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Hal-hal yang diperbaiki atau dibetulkan melalui pengajaran remedial anatara lain meliputi perumusan tujuan. Sebagai berikut:
Ø  Penggunaan metode mengajar
Ø  Cara-cara belajar
Ø  Materi dana alat pelajaran
Ø  Evaluasi
Ø  Segi-segi pribadi murid
Dalam perbaikan terhadap hal-hal tersebut di atas, maka prestasi belajar murid beserta factor-faktor yang mempengaruhi dapat diperbaiki.
b.      Fungsi penyesuaian
Yang dimaksud penyesuaian adalah agar dapat membantu murid untuk menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Tuntuan belajar yang diberikan murid telah disesuaikan denan sifat jenis dan latar belakang kesulitannya sehingga murid diharapkan lebih terdorong untuk belajar.
c.       Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman adalah agar pengajaran remedial memungkinkan guru, murid dan pihak lain dapat memeperoleh pemahaman yang lebih memahami dirinya dan segala aspeknya. Begitu pula guru dan pihak-pihak lainnya dapat lebih memahami akan keadaan pribadi murid.
d.      Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan dimaksud agar pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar. Bahan pelajaran yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular, dapat iperoleh melalui pengajaran remedial. Pengayaan lain adalah dalam segi metode dan alat yang dipergunakan dalam pengajara remedial. Dengan demikian, diharapkan hasil yang diperoleh murid dapat lebih banyak, lebih luas dan lebih dalam sehingga hasil belajarnya lebih kaya.

e.       Fungsi terapeutik
Dengan pengajaran remedial secara langsung atau tidak langsung dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian dapat menunjang pencapaian prestasi belajar, demikian pula sebaliknya.
f.       Fungsi akselerasi
Fungsi akselerasi adalah agar pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dalam arti waktu maupun materi. Misalnya murid yang tergolong lambat dalam belajar, dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya melalui pengajaran remedial.
3.      Prinsip Pengajaran Remidial
Pada dasarnya proses, pelaksaan pengajaran remedial serupa dengan proses belajar-mengajar biasa (reuler). Namun perbedaannya terletak  pada dua prinsip berikut :
a.       Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan (improvement) prestasi belajar siswa, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga setidak-tidaknya dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima (minimum acceptable performance) atau meningkatkan kemampuan penyesuaian kembali (readjustment), baik terhadap dirinya maupun lingkunganya.
b.      Strategi pendekatan (termasuk di dalamnya metode, teknik, materi, progam, bentuk/jenis tugas, dan lain-lainnya) lebih ditekankan pada penyesuaian keragaman kondisi obyektif yang dapat dipandang sebagai modifikasi dari proses belajar biasa (konvensional-klasikal). Keragaman obyektif yang dimaksud dalam hal ini, seprerti kapasitas umum/khusus, motivasi, minat, aspirasi, pengetahuan, keterampilan dasar/prasaratan, sikap kebiasaan, kematangan/kesiapan, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam modifikasi dalam hal ini antara lain pengulangan, percepatan, pengayatan, dan penggantian/subtitusi.
D.    STRATEGI DAN PENDEKATAN REMEDIAL
1.      Strategi dan Teknik Remedial
Sasaran akhir pengajaran remedial adalah sama dengan pengajaran pada umumnya, yaitu membantu murid dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batas criteria keberhasilan yang dapat diterima (minimum acceptable, performance). Mengingat secara empiric sasaran strategis itu tidak selamanya dapat dicapai dengan pendekatan system pengajaran konvensional, maka perlu dicari juga pendekatan strategi lainnya.
Ada beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain, (1) pemberian tugas/pembelajaran individu (2) diskusi/tanya jawab (3) kerja kelompok (4) tutor sebaya (5) menggunakan sumber lain. (Ditjen Dikti, 1984; 83).
a.      Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain dengan pemberian rangkuman baik dilakukan secara individual maupun secara kelompok, pemberian advance organizer (penyelenggara/membuat kemajuan) dan yang sejenis.
Belajar dengan rangkuman lebih efektif daripada tanpa rangkuman (Spurlin, Denserau, and Brooks, 1980), mereka juga menyimpulkan bahwa rangkuman yang memusatkan pada organizing content lebih efektif daripada rangkuman yang memusatkan pada isi yang lebih rinci. Eksperimen yang dilakukan Reder dan Anderson (1980), menyimpulkan bahwa membaca rangkuman teks lebih efektif daripada membaca teksnya saja. Ditemukan juga bahwa transfer belajar menjadi lebih baik, apabila rangkuman teks dipelajari lebih dahulu baru kemudian mempelajari teksnya yang asli. Dengan demikian rangkuman lebih unggul meskipun ide-ide pokok yang terdapat dalam teksnya yang lebih asli telah diberi garis bawah.
Ross dan Divesta (1976), mengemukakan bahwa peserta didik yang belajar dengan membuat rangkuman tentang apa yang telah dibaca, memperlihatkan unjuk kerja yang lebih baik dalam tes mengingat isi teks dari pada mereka yang membaca teks yang berulang-ulang tanpa membuat rangkuman. Merrill dan Stolurow (1966), menyimpulkan bahwa pemberian rangkuman yang ditata secara hirarkhis sebelum penyajian keselurhan isi, menyebabkan peserta didik belajar konsep lebih cepat dan transfer yang lebih baik. Hasil penelitian Grotelueschen dan Sorgren (1968), mendukung temuan Merrill dan Stolurow (1966), disimpulkan bahwa peserta didik yang sebelum belajar, membaca rangkuman yang berisi prinsip-prinsip dasar dari semua prinsip yang akan dipelajari memperlihatkan hasil belajar dan transfer yang lebih baik, jika dibandingkan dengan peserta didik yang langsung membaca keseluruhan. Di sisi lain advance organizer atau kerangka isi pada tingkat abstrak, dimaksudkan untuk menyediakan kerangka konseptual yang dapat dipergunakan oleh peserta didik untuk memperoleh kejelasan lebih dahulu mengenai apa yang akan dipelajari kemudian. Ausubel (1963) mengungkapkan bahwa advance organizer dapat dipakai untuk memudahkan belajar bahan bahan tertulis. Tujuan advance organizer menurut Ausubel adalah untuk mengaitkan bahan bermakna yang akan dipelajari dengan struktur yang dimiliki peserta didik. Barnes dan Claswson (1975) mengkaji sejumlah penelitian tentang advance organizer, dari 32 penelitian yang dikajinya, 12 diantaranya memperlihatkan bahwa advance organizer secara signifikan memudahkan belajar peserta didik. Sedangkan 20 diantaranya menunjukkan perbedaan yang amat kecil (tidak signifikan). Hartley dan Davis (1976) merangkum hasil kajiannya mengenai variabel advance organizer sebagai berikut: (1) Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa advance organizer memudahkan belajar, dan sekaligus meningkatkan retensi. Ada 10 penelitian yang memperlihatkan yang sejenis. (2) Penelitian lain menunjukkan bahwa pengaruh advance organizer terhadap hasil belajar dan retensi tidak signifikan, sedangkan 15 penelitian yang termasuk kelompok ini menyatakan siginifikan pengaruhnya terhadap hasil belajar dan retensi. (3) Beberapa peserta didik cenderung mendapatkan keuntungan lebih banyak dari penggunaan advance organizer daripada peserta didik lainnya. Peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rerata lebih diuntungkan oleh adanya advance organizer, ada 7 penelitian yang menunjukkan hal ini. (4) Organizer ekspositorik amat bermanfaat pada anak-anak yang memiliki kemampuan verbal dan kemampuan analitik yang rendah, ada 2 penelitian yang menunjukkan hal ini. (5) Terdapat 10 penelitian menemukan advance organizer yang diberikan setelah pembelajaran kadang-kadang lebih dapat memudahkan belajar peserta didik daripada organizer yang diberikan sebelum pembelajaran. Namun ada 2 temuan penelitian yang tidak menunjukkan arah yang pasti mengenai hal ini.
b.      Melakukan aktivitas fisik, misal demosntrasi, atau praktek dan diskusi
Ada konsep-konseps yang lebih mudah dipahami lewat aktivitas fisik, missal contoh, memahai bahwa volume fluida tidak berubah kalau berada di dalam wadah yang berbeda bentuknya. Anda sebaiknya menggunakan berbagai media dan alat pembelajaran sehingga dapat mengkonkritkan konsep yang dipelajarinya, selain itu hendaknya Anda banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengunakan media terebut, karena siswa pada umumnya perkembangan berpikir mereka berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka akan dapat mencerna dengan baik konsep yang divisualisasikan (diperlihatkan) atau dikonkritkan (kenyataan).


c.       Kegiatan Kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Yang perlu diperhatikan guru dalam menetapkan kelompok dalam kegiatan remedial adalah dalam menentukan anggota kelompok. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada siswa lainnya.
d.      Tutorial Sebaya
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama atau dari kelas yang lebih tinggi. Apabila menggunakan tutor yang sebaya sangat membantu sekali, karena tingkat pemahaman dan penyampaian tutor yang sebaya lebih dimengerti oleh siswa yang bermasalah, selain itu mereka tidak merasa canggung dalam menanyakan setiap permasalahan karena usia mereka sama sehingga mudah dimengerti olehnya.
e.       Menggunakan Sumber Lain
Selain dengan pembelajaran ulang, kegiatan kelompok, tutorial, guru juga dapat menggunakan sumber belajar lain yang relevan dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Misalanya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas, misalnya ”bagaimana cara mencangkok ” siswa dapat mendatangi tukang kebun yang kegiatan sehari-hari memang mencakok. Atau juga siswa diminta membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari.
2.      Pendekatan Pengajaran Remidial
Pada garis besarnya ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh (Ross & Stanley), yaitu pendekatan kuratif dan preventif. Sedangkan Dinkmeyer & Caldwell menambahkan satu lagi yaitu yang bersifat pengembangan.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diambilkan kesimpulan bahwa pendekatan pengajaran remedial diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
a.      Pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif
Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PBM utama diselenggarakan. Tindakan tersebut dilakukan setelah melihat kenyataan bahwa adan seseorang atau sebagian siswa bahkan sebagian besar siswa yang dipandang tidak mampu untuk menyelesaikan program PBM yang bersangkutan secara sempurna sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Program tersebut dapat dilihat setiap kali pertemuan, setiap satuan unit pelajaran, atau satuan waktu (mingguan, bulanan bahkan triwulan atau semesteran). Dengan ciri-ciri yang telah dikemukakan di depan, yaitu antara lain prestasi di bawah rata-rata kelas, bahkan siswa yang mempunyai prestasi tinggi di atas rata-rata juga perlu mendapatkan perhatian dengan memberikan tambahan pelajaran ekstra. Sebab selain untuk meningkatkan prestasi secara optimal, juga untuk menyalurkan kepada kesibukan. Karena siswa ini lebih cepat menyelesaikan tugas dibandingkan dari temannya. Selama menanti teman-teman lain yang sedang bekerja atau menyelesaikan tugas berikan tambahan, kalau tidak dia mungkin sekali akan mengganggu teman yang bekerja, atau berkeliaran. Yang jelas prestasi atau kemampuan yang dimiliki lebih tersebut akan ditingkatkan secara maksimal. Justru di kelas-kelas anak yang demikian kurang mendapatkan perhatian guru kelas / bidang studi. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut beberapa tehnik yang dipergunakan dengan pendekatan : pengulangan (repotition), pengayaan (enrichment), dan pengukuhan (Re inforcement) serta pencepatan (acceleration). Berikut pelaksanaannya :
Ø  Pengulangan (Repetition)
Pelaksanaannya dapat dilakukan pada tiap akhir jam pelajaran, tiap akhir unit (satuan) pelajaran tertentu, maupun setiap akhir pokok bahasan. Sasaran dapat diberikan kepada perorangan (individual maupun kelompok, tergantung kepada kebutuhan).
Sedangkan waktu penyampaiannya dapat diberikan sesudah pelajaran selesai maupun di luar jam pelajaran. Misalnya pada sore hari. Sering kita lihat ada sementara guru yang memberikan pelajaran tambahan/ulangan pada waktu sore hari pada murid tertentu. Cara lain yang dapat diberikan melalui “kelas remedial” yaitu khusus bagi ssiwa yang memerlukan bantuan tersendiri lantaran rendah prestasi. Siswa lainnya melakukan proses belajar secara biasa. 

Ø  Pengayaan dan Pengukuhan (Enrichment dan Reinforcement)
Sasarannya ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan ringan atau bahkan siswa yang mempunyai kemampuan tingi. Materi yang diberikan yaitu yang masih ada kaitannya (ekuivalen). Dengan materi pokok atau dapat juga merupakan tambahan (suplementer) sehingga akan memperoleh cakrawala yang lebih luas dari materi tersebut. Dengan demikian bagi siwa yang berkemampuan lebih mempunyai kesibukan yang bersifat positif. Baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya, sedang kemampuannya dapat ditingkatkan secara optimal.
Pelaksanaannya dapat dengan memberikan tugas-tugas (take home) bakat siswa yang lemah dengan dikerjakan di rumah atau tambahan pada saat temannya yang lain sedang mengikuti pelajaran utama, mereka yang berkemampuan lebih mendapat tugas tambahan. Setelah selesai tugas tersebut sebaiknya diperiksa oleh guru.   
Ø  Percepatan (acceeleration, akselerasi)
Cara lain yang dapat diberikan kepada siswa berbakat tetapi menunjukkan kesulitan emosional dapat dengan memberikan promosi penuh atau maju berkelanjutan (continues progres). Pelaksanaannya dapat diberikan pelajaran untuk tingkat yang lebih tinggi / semester di atasnya. Dahulu pernah kita dengan ada siswa yang naik kelas sebelum waktu setahun, sedangkan siswa lain naiknya setiap akhir tahun. Begitupun pada perguruan Tinggi yang telah menerapkan SKS murni dapat memberi kesempatan pada siswa untuk mengambil kredit lebih banyak sehingga mungkin dapat menyelesaikan program lebih cepat. Sayangnya sistim di sekolah lanjutan hal tersebut masih jarang.
Kalau ketiga cara pendekatan tersebut dapat dipergunakan secara baik oleh guru, maka kesulitan yang dihadapi para siswa secara kuratif dapat diatasi hasil karya tambahan tersebut perlu dibukukan dalam kemajuan akademik siswa sehingga dapat merupakan bahan masukan untuk menentukan prestasi akademiknya. Hal ini akan merupakan tambahan motivasi bagi siswa tersebut.
b.      Pendekatan pengajaran remedial yang bersifat preventif
Pada pendekatan kuratif ditujukan pada siswa yang secara nyata telah mempunyai kesulitan tertentu, sedangkan pada pendekatan preventif ditujukan kepada siswa yang diperkirakan mempunyai kesulitan berdasarkan informasi yang diperoleh. Sehingga langkah ini merupakan antisipasi atau pencegahan agar apa yang mungkin terjadi dapat dicegah. Sehingga pendekatan tersebut disebut juga sebagai pencegahan. Siswa yang digolongkan dalam usaha tersebut adalah mereka yang diperkirakan dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang direncanakan, atau mereka yang diperkirakan akan lebih lambat dari waktu yang telah diprogramkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individual tergantung pada siswanya.
c.       Pendekatan pengajaran remedial yang bersifat pengembangan (developmental)
Seperti yang dikemukakan oleh dinkmeyer dan Caldwell ada satu pendekatan lainnya yaitu pengembangan. (Developmental). Pada dasarnya pendekatan kuratif diberikan sesudah berlangsungnya proses belajar pendekatan preventif dilakukan sebagai tindak lanjut dari perkiraan sebelum terjadinya kesulitan belajar, maka pada pengembangan merupakan tindak lanjut yang dilakukan selama proses belajar berlangsung (during teaching diagnostik). Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat segera mengatasi hambatan atau kesulitan yang mungkin akan dialaminya. Pelaksanaannya dapat diberikan berupa pemberian self instructional audio (mendengarkan pelajaran tentang diri), modul, tutorial (bantuan/bimbingan belajar) dan sebagainya.
E.     TIPE PENGAJARAN REMEDIAL
1.   Tipe Bloom
Menurut Bloom, setiap siswa dan guru haruslah mahir dalam setiap bagian materi kegiatan belajar, namun dengan catatan bahwa pemahiran bagian-bagian itu tidak boleh sama dengan pemahiran secara kesuruhan, Menurutnya pemahiran itu ditentukan oleh penguasaan secara oprasional dalam menangani masalah/materi itu sampai pada taraf 80-90%.
2.   Tipe Keller
Jika seseorang belum mencapai taraf tertentu yang belum ditargetkan seratus persen (100%), maka keseluruhan belajar ini harus diulang seluruhnya. Dalam hal pemilihan dua tipe remedial yang telah disajikan di atas (tipe Bloom dan tipe Keller) tergantung pada pokok bahasan atau tujuan yang ingin dicapai.


F.     PROSEDUR PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL
Pengajaran merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan, dan merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dan usaha diagnosa kesulitan belajar. Adapun prosedure pengajaran remedial tersebut tertera dalam bagan skematis berikut:
Skema Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Menurut Abin Syamsudin, setidaknya dapat dikembangkan 4 alternatif prosedur sesuai dengan kebutuhannya sbb:
a.       Prosedur I       : mencakup langkah 1-2-3-4-5-6
b.      Prosedur II      : mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6
c.       Prosedur III    : mencakup langkah 1-2-3-4-5-6-(7)
d.      Prosedur IV    : mencakup langkah 1-2-(3)-4-5-6-(7)
Untuk lebih jelasnya, setiap langkah dapat disisipkan fungsi, tujuan/ sasaran dan kegiatannya sebagai berikut:
1.      Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Dalam pengajaran remedial, langkah ini merupakan tahapan paling fundamental (dasar/ utama) karena merupakan landasan pangkal tolak langkah-langkah berikutnya. Sasaran pokok langkah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas (definit) mengenai karakteristik kasus berikut permasalahannya untuk memperoleh gambaran yang lebih definit fasilitas alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan, sesuai dengan sasaran pokok tersebut maka kegiatan di dalam langkah ini difokuskan kepada suatu analisis rasional atas hasil diagnosis yang telah dilakukan atau rekomendasi dari pihak lain (guru, petugas BP dan sebagainya). Analisis ini merupakan kegiatan pengecekan kembali terhadap:
a.       Kebenaran dan kelengkapan data/ informasi yang mendukung pernyataan atau penjelasan tentang karakteristik kasus serta permasalahannya.
b.      Relevansi (cocok/sesuai) antara tafsiran dan kesimpulan yang dibuat dengan data pendukungnya serta konsistensinya antara berbagai data satu sama lain.
c.       Ketepatan prakiraan berdasarkan hasil diagnosis yang didukung oleh data yang relevan.
d.      Visibilitas (dapat diamati/dilihat) dari setiap alternatif pengajaran remedial yang direkomendasikan.
2.      Menentukan alternatif pilihan
Langkah ini merupakan lanjutan dari hasil pengkajian yang dilakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok penting yaitu:
a.       Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan, yaitu :
Ø  kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien.
Ø  kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam mengembangkan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien itu, juga dihadapkan pada hambatan potensial psokologis (ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis) dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungan.
Ø  kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan menemukan dan mengembangkan pola-pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien, namun terhambat oleh kondisi ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis, dan faktor instrumental-environmental lainnya.
b.      Alternatif pemecahannya lebih strategis jika:
Ø  Langsung ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial). Misalnya: jika kasusnya termasuk kategori pertama atau.
Ø  Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan konseling/ psikoterapi) sebelum lanjut ke langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial) apabila misalnya kasus termasuk kateegori kedua (pilihan alternatif tindakan) atau ketiga.
Jadi, sasaran pokok kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah membuat suatu keputusan pilihan alternatif mana yang harus ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional yang cermat. Dalam proses pengambilan keputusan ini ada beberapa prinsip- prinsip sebagai berikut:
a.       Efektifitas, dalam artian lebih mampu untuk mencapai tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.
b.      Efisiensi, dalam arti lebih memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin dengan hasil yang diharapkan semaksimal mungkin.
c.       Keserasian, dalam arti keseuaian dengan :
Ø  jenis karakteristik, intensitas, dan latar belakang permasalannya,
Ø  jumlah, jenis, dan sifat kepribadian khusus,
Ø  tingkat penguasaaan teori, kemahiran praktek, dan sifat kepribadian guru yang akan menanganinya,
Ø  kesediaan daya dukung fasilitas teknik yang diperlukan,
Ø  kesediaan daya dukung sarana penunjang / lingkungan yagn diperlukan,
Ø  waktu dan kesempatan yang tersedia pada pihak-pihak yang bersangkutan.
3.      Layanan Bimbingan dan Konseling/ Psikoterapi
Ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial, langkah ini lebih bersifat pilihan bersyarat. Kasus tipe kedua dan ketiga kecil kemungkinan untuk langsung kepada langkah keempat tanpa lebih dahulu menempuh langkah ketiga ini yang merupakan prakondisinya. Sasaran pokok yang hendak dicapai dalam layanan ini adalah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbebas dari hambatan dan ketegangan batin, untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis.
Pada batas-batas tertentu langkah-langkah ini dapat ditangani oleh guru, namun mungkin diperlukan bantuan dan kerjasama dengan pihak- pihak lain yang lebih ahli (petugas BK, wali kelas, psikolog, dokter, dll.). Diantara sekian banyak masalah yang masih dapat ditangani oleh guru pada umumnya antara lain:
a.       Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya minat dan motivasi belajar, cara untuk mengatasinya menurut Woodworth dan Marquis, 1957:331-338, antara lain :
Ø  Ciptakan situasi kompetitif sesama siswa yang sehat,
Ø  Hindari saran dan pernyataan negatif yang dapat mlemahkan motivasi belajar siswa,
Ø  Berikan dorongan pada siswa dengan memberikan informasi yang telah dicapainya dari waktu ke waktu,
Ø  Berikan kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan aspirasinya secara rasional,
Ø  Berikan pujian pada siswa agar dia bersemangat,
Ø  Berikan sanksi atau hukuman atas kelalaian dengan bijak dan adil,
Ø  Tunjukkan manfaat dari pelajaran bagi siswa baik untuk satt ini maupun nanti.
b.      Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran, dan situasi belajar. Cara untuk mengatasinya antara lain :
Ø  Kembangkan keakraban dan kehangatan hubungan antara guru dengan murid dan murid dengan murid
Ø  Ciptakan iklim sosial yang sehat dalam kelas,
Ø  Berikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang memuaskan dan menyenangkan bagi siswa dalam belajar, meskipun dengan prestasi yang minim.
c.       Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah, cara untuk mengatasinya antara lain :
Ø  Tunjukkan akibat dari kebiasaan buruknya terhadap prestasi belajar dan kehidupan sosial
Ø  Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama yang salah.
d.      Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi objectif instrumental input dengan lingkungan, cara untuk mengatasinya antara lain :
Ø  Bimbingan informasi dalam program / bidang studi, bahan / sumber, strategi / metode / teknik belajar rasional,
Ø  Diskusi atau kerja kelompok,
Ø  Proyek kegiatan bersama di kelas, karyawisata, dsb.
Sebagai indikator atas keberhasilan layanan bantuan sementara ini, maka Robinson 1950:96, menyatakan :
Ø  menunjukkan minat untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapinya,
Ø  bersedia untuk bekerja sama dengan pihak lain (guru, BK, dsb.) untuk membantu memecahkan masalahnya,
Ø  mulai bersikap terbuka,
Ø  mulai tampak kemampuan menyadari masalahnya secara realitas,
Ø  mulai tampak kemampuan untuk memilah, menimbang, mengembangkan, dan memilih alternatif pemecahan masalahnya,
Ø  menunjukkan kesediaan dan kesanggupan untuk melakukan alternatif tindakan lebih lanjut yang dipilihnya.
4.      Melaksanakan Pengajaran Remedial
Setelah langkah ketiga ditempuh, maka langkah keempat dianggap tepat yaitu pelaksanaan pengajaran remedial. Seperti yang telah dijelaskan, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini adalah tercapainya prestasi dan kemampuan penyesuain diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan strategi dan teknik pelaksaan pengajaran remedial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
5.      Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali
Setelah pengajaran remedial dilakukan, seharusnya dilihat ada tidaknya perubahan pada diri siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kembali, hasil pengukuran ini diharapkan memberikan informasi terhadap perkembangan siswa, baik kuantitif maupun kulaitatif. Adapun cara yang digunakan sebaiknya sama dengan post-test (pemberian pertanyaan/soal yang dilakukan sebelum memulai pelajaran) atau tes sumatif (pemberian pertanyaan/soal yang dilakukan setelah melakukan program pelajaran, misal: tes akhir semester) dari proses belajar mengajar.
6.      Mengadakan Re-Evaluasi dan Re-Diagnostik
Hasil dari pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan lagi dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar utama. Hasil dari pertimbangan ini akan melahirkan tiga simpulan, yaitu :
a.       Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan penyesuaian diri dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan.
b.      Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan penyesuaian diri, namun belum sepenuhnya mencapai keberhasilan yang diharapkan.
c.       Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti.
Rekomendasi yang seharusnya dikemukakan sebagai tindak lanjut hasil kesimpulan di atas sudah tentu hendaknya menunjukkan tiga kemungkinan pula, yaitu:
a.       Kasus (a) dapat dinyatakan terminal dan diperbolehkan melanjutkan program proses belajar mengajar utama tahap berikutnya
b.      Kasus (b) seyogianya diberikan program khusus yang ditujukan pada pengayaan dan peningkatan prestasinya
c.       Kasus (c) sebaiknya dilakukan rediagnosis, sehingga diketemukan letak kelemahannya pengajaran remedial tersebut.
7.      Remedial Pengayaan dan atau Pengukuhan (Tambahan)
Langkah ini bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan (reinforcement). Berbagai bentuk cara dan instrument dapat digunakan, misalnya : dengan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil tertentu, dsb. Hasilnya harus dilaporkan kembali pada guru untuk dinilai seperlunya sebelum selesai atau diperkenankan melanjutkan ke program proses belajar mengajar selanjutnya.
G.     MACAM-MACAM METODE PENGAJARAN REMEDIAL
Metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Hakekat tujuan adalah merupakan petunjuk bagi guru untuk memilih satu atau serangkaian metode yang efektif. Dengan demikian maka metode mengajar adalah:
a.       merupakan salah satu komponen dari proses belajar mengajar
b.      merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar
c.       merupakan kebutuhan dalam suatu sistem pendidikan.
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan metode mengajar remedial secara efektif adalah:
1.      Tujuan pengajaran
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan bertujuan, yang terikat dan terarah pada tujuan serta dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam memilih metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan metode tersebut.
2.      Bahan pengajaran
Bahan pengajaran merupakan materi yang perlu diberikan atau dipelajari siswa agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Bahan pengajaran dapat berupa pengertian, bidang pengatahuan, bidang sosial, negara, lingkungan hidup, dan sebagainya sesuai dengan jenis sekolah dan kematangan perkembangan pribadi serta potensi dan bakat anak.
3.      Guru/pendidik
Tugas guru paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan medium atau perantara aktif antara murid dan ilmu pengetahuan. Sedangkan sebagai pendidik guru merupakan medium aktif antara murid dan filsafat negara dan kehidupan masyarakat dalam segala seginya dan dalam mengembangkan kepribadian siswa serta mendekatkan mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari pengaruh-pengaruh yang buruk.
Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat, maka guru perlu mempertimbangkan kemampuannya dalam hal penguasaan terhadap berbagai metode mengajar.
4.      Anak didik
Anak didik dalam proses belajar mengaja dapat sebagai obyek dan subyek dalam proses pengajaran. Dikatakan sebagai obyek karena siswa adalah menjadi sasaran dalam proses mengajar oleh guru, sedangkan sebagai subyek karena siswa dalam belajar adalah pelaku dalam proses belajar membelajarkan diri agar terjadi perubahan pada dirinya baik menyangkut ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam memilih metode mengajar hendaknya guru mempertimbangkan faktor anak didik, yaitu tingkat pengetahuan, kemampuan dan kematangan anak didik.
5.      Situasi mengajar
Maksudnya situasi atau sekitar di mana siswa sedang melaksanakan kegiatan belajar, juga menuntut metode yang berlainan sesuai dengan yang diperlukan.
Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut. Beberapa metode yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran remedial yaitu:

1.      Metode Pemberian Tugas
Merupakan metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara kelompok maupun secara individual, kemudian diminta pertanggung jawaban atas tugas-tugas tersebut. Adapun penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi.
Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam memberikan tugas kepada murid, yaitu:
a.       jika tugas yang diberikan bermaksud untuk mengenal kasus dan mendiagnosis kesulitan belajar, hendaknya ditetapkan secara jelas cara-cara mengerjakan tugas dan patokan penilaian tugas, sehingga dapat dengan mudah mengenal kasus dan menetapkan jenis serta sifat kesulitan belajar.
b.      jika metode pemberian tugas digunakan sebagai bentuk bantuan, maka perlu diperhatikan langkah-langkah:
Ø  menetapkan jenis tugas yang akan diberikan sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
Ø  menetapkan sifat tugas yang akan diberikan untuk individual atau kelompok.
Ø  membuat petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaan tugas.
Ø  selama tugas dikerjakan perlu diadakan pengamatan secara cermat.
Ø  membuat patokan-patokan penilaian.
Ø  mengadakan penilaian secara cermat setelah tugas diselesaikan.
Keuntungan metode pemberian tugas:
a.       murid lebih memahami dirinya, baik kemampuan maupun kemampuan dirinya.
b.      murid dapat memperluas dan memperdalam materi yang dipelajari.
c.       murid dapat memperbaiki cara-cara belajar yang telah dilakukan.
d.      terdapat kemajuan belajar pada murid baik secara individual maupun kelompok.
2.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu proses pendekatan dari murid dalam memecahkan berbagai masalah secara analitis ditinjau dari berbagai titik pandangan. Tujuannya adalah memecahkan masalah, suatu pertemuan pendapat atau suatu kompromi yang disepakati bersama sebagai gambaran dari gagasan terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama.
Dalam pengajaran remedial, metode diskusi dapat digunakan sebagai salah satu metode dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar. Peranan guru dalam diskusi adalah merangsang dan mengarahkan jalannya diskusi.
Langkah-langkah pelaksaan metode diskusi
a.       tetapkan dengan pasti bahwa metode diskusi dapat digunakan sebagai salah satu metode pengajaran remedial
b.      menetapkan materi yang didiskusikan serta langkah-langkah yang akan ditempuh
c.       menetapkan tujuan yang akan dicapai melalui diskusi tersebut
d.      tetapkan siapa yang akan dibantu dengan diskusi tersebut, apakah seorang murid atau sekelompok murid dengan kesulitan belajar tertentu
e.       membentuk kelompok diskusi dan menjelaskan kepada peserta diskusi tentang langkah-langkah dan hasil yang akan dicapai dalam diskusi
f.       tetapkan alat-alat atau sarana yang diperlukan
g.      berikan arahan dan dorongan selama diskusi berlangsung
h.      membuat pedoman observasi untuk menilai jalannya diskusi
i.        melakukan penilaian pada akhir diskusi untuk memperoleh gambaran keberhasilan diskusi
j.        menetapkan kegiatan sebagai tindak lanjut.
Keuntungan metode diskusi
a.       masing-masing murid dapat mengenal dirinya dan kesulitan yang dihadapi serta berusaha menemukan pemecahannya
b.      mempererat hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari para anggota kelas
c.       meningkatkan interaksi dalam kelompok dan dapat menumbuhkan sikap saling mempercayai
d.      menumbuhkan rasa tanggung jawab
e.       dengan diskusi murid dapat mengenal dan percaya pada diri sendiri secara lebih mendalam dan mengarahkannya secara lebih baik.
3.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan bentuk interaksi langsung secara lisan antara guru dengan murid. Dalam pengajaran remedial metode tanya jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan murid yang mengalami kesulitan belajar. Dalam hubungan ini guru dapat mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar dan mengenal jenis atau sifat kesulitan belajar yang dihadapi melalui tanya jawab .Berdasarkan jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi murid, maka tujuan pengajaran remedial adalah:
a.       untuk membantu murid mengenal dirinya secara lebih mendalam
b.      membantu murid mengenali kelebihan dan kekurangannya
c.       membantu murid memperbaiki cara belajarnya
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan metode tanya jawab
a.       menetapkan metode tanya jawab sebagai metode yang tepat
b.      menguasai teknik-teknik bertanya sebagai cara bertanya yang bersifat penyembuhan
c.       menciptakan suasana terbuka, menyenangkan dan hubungan yang penuh pengertian dan pemahaman
d.      menetapkan tujuan sebagai patokan keberhasilan
e.       melakukan penilaian selama dan akhir tanya jawab
f.       membuat penilaian selama tindak lanjut tanya jawab
Keuntungan meetode tanya jawab dalam pengajaran remedial
a.       dapat meningkatkan pengertian antara guru dan murid
b.      memungkinkan hubungan yang lebih dekat antara guru dengan murid
c.       dapat meningkatkan motivasi belajar murid
d.      dapat menumbuhkan rasa harga diri kepada murid
e.       dapat meningkatkan pemahaman diri pada murid
4.      Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah penyajian dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Dalam kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antar anggota kelompok dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada diri murid yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Langkah-langkah dalam kegiatan kelompok
a.       Tetapkan sekelompok murid yang mengalami kesulitan belajar, dalam hal apa kesulitan itu terjadi dan apa latar belakangnya.
b.      Tetapkan karakteristik hubungan sosial murid yang mengalami kesulitan belajar. Misal: dengan siapa ia sering bergaul, dll
c.       Tetapkan jenis kegiatan kelompok yang akan dilakukan.
d.      Membentuk kelompok dengan memperhatikan besarnya kelompok, ciri-ciri anggota kelompok dan pemimpin kelompok.
e.       Penjelasan tentang tata kerja kegiatan kelompok.
f.       Pelaksanaan kegiatan kelompok.
g.      Evaluasi kegiatan kelompok.
h.      Tindak lanjut kegiatan.
Keuntungan metode kerja kelompok
a.       Dapat dicapai adanya pemahaman diri dan saling pengertian diantara anggota kelompok
b.      Adanya pengaruh anggota kelompok yang dianggap cakap dan berpengalaman
c.       Kehidupan kelompok dapat meningkatkan minta belajar
d.      Kehidupan dan kerja kelompok dapat memupuk rasa tanggung jawab.
5.      Metode Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah seorang murid atau beberapa murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar.
Murid yang dipilih sebagai tutor adalah murid yang tergolong dalam prestasi belajarnya baik dan mempunyai hubungan sosial baik dengan teman-temannya, terutama dengan murid yang mengalami kesulitan belajar.
Keuntungan metode tutor sebaya
a.       Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri
b.      Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab antara murid yang dibantu dengan tutor yang dibantu.
c.       Bagi tutor, kegiatan remedial merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.
6.      Metode Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang murid secara individual. Dengan pengajaran individual ini guru mempunyai banyak waktu untuk memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid agar belajar giat dan membantu secara langsung murid menghadapi kesulitan-kesulitannya.
Untuk melaksanakan pengajaran individual dalam pengajaran remedial, maka guru dituntut memiliki kemampuan sebagai pembimbing (misal: ulet, sabar, bertanggung jawab, menerima, memahami, disenangi, dsb), mampu menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga dalam proses pengajaran terjadi interaksi yang bersifat membantu.

Diakses pada hari Rabu, 13 November 2013 pukul 20.00 WIB

SOAL
Soal pilihan ganda
1.      Dalam pengajaran remedial, metode ini dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan murid yang mengalami kesulitan belajar, metode apakah ini?
a.       question and answer method
b.      quesion and anwser method
c.       quesion and answers metode
d.      question and answer methode
2.   Langkah ini bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remedial itu lebih sempurna, langkah apakah ini?
a.       Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali
b.      Melaksanakan Pengajaran Remedial
c.       Remedial Pengayaan dan atau Pengukuhan (Tambahan)
d.      Mengadakan Re-Evaluasi dan Re-Diagnostik
3.   Berikut merupakan ciri-ciri pengajaran remedial, kecuali?
a.       Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
b.      Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial, artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajarnya.
c.       Pengajaran remedial dilaksanakan sebelum diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakangnya.
d.      Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya: penggunaan tes diagnostic, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
4.      Berikut ini beberapa metode yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran remedial, kecuali?
a.       Metode Pemberian Tugas, Metode Diskusi
b.      Metode Tanya Jawab, discussion method
c.       Metode Tutor Sebaya, Metode Pengajaran Individual
d.      quesion and answer methode, Metode Pemberian Tugas
5.   Di bawah ini merupakan alasan pentingnya pengajaran remedial, dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu?
a.       b, c, d, benar
b.      Warga belajar, Proses belajar, Pelayanan bimbingan, Pendidik dan pengajar (guru)
c.       Pengajar, Warga belajar, Pelayanan bimbingan
d.      Proses belajar
6.   Berikut ini adalah tujuan pengajaran remedial secara terinci adalah?
a.       Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifatnya.
b.      Memperbaiki fungsi-fungsi belajar kearah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
c.       Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
d.      a, c, e, benar
e.       Mengatasi habatan-hambatan belajar yang lebih baik.
7.   Berikut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan metode mengajar remedial secara efektif adalah?
a.       Guru/pendidik, Situasi mengajar, Tujuan pengajaran
b.      Bahan pengajaran, Situasi mengajar, Anak didik
c.       Anak didik, Tujuan pengajaran, Situasi mengajar
d.      a, b, c, benar
8.   Berikut merupakan prinsip pengajaran remedial adalah?
a.       Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan (improvement) prestasi belajar siswa, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
b.      a, c, benar
c.       Strategi pendekatan (termasuk di dalamnya metode, teknik, materi, progam, bentuk/jenis tugas, dan lain-lainnya)
d.      Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain dengan pemberian rangkuman

9.   Fungsi pengajaran remedial adalah sebagai berikut ini adalah, kecuali?
a.       Fungsi penyesuaian
b.      Fungsi pemahaman
c.       Fungsi koreditas
d.      Fungsi terapeutik
10.  Yang dimaksud dengan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif adalah?
a.       Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan sebelum selesainya program PBM utama diselenggarakan.
b.      Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PBB utama diselenggarakan.
c.       Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PBM kedua diselenggarakan.
d.      Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PKB utama diselenggarakan.
Soal esay
1.   Pada pendekatan ini ditujukan kepada siswa yang diperkirakan mempunyai kesulitan berdasarkan informasi yang diperoleh. Sehingga langkah ini merupakan antisipasi atau pencegahan agar apa yang mungkin terjadi dapat dicegah. Pendekatan pengajaran remedial apakah ini?
2.   Jika seseorang belum mencapai taraf tertentu yang belum ditargetkan seratus persen (100%), maka keseluruhan belajar ini harus diulang seluruhnya. Tipe pengajaran remedial apakah ini?
3.   Hasil dari pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan lagi dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar utama. Hal tersebut merupakan terdapat pada prosedur pelaksanaan pengajaran remedial pada langkah?
4.   Sebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan metode mengajar remedial?
5.   Sebutkan prinsip-prinsip dalam proses pengambilan keputusan dalam prosedur pelaksanaan pengajaran remedial, dalam langkah menentukan alternatif pilihan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar