TUGAS
INDIVIDU
”Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”
Makalah Untuk Tugas Individu Matakuliah Manajemen SDM
Dosen Pengampu Abdul Syarifuddin,
M.M., M.Pd
Oleh
:
Nama : Fajri Arif Wibawa
NPM : 11210082
Prodi : Pendidikan
Ekonomi
Semester : 7 (tujuh)
Kelas : B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2014
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulilahi
robil alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan kesempatan ini, saya` tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Abdul
Syarifuddin, M.M., M.Pd selaku dosen pengampu matakuliah Manajemen SDM.
2.
Kedua
orang tua saya yang selalu memberikan semangat kepada kami.
3.
Semua
pihak yang telah berkenan memberikan
bantuan-bantuan.
Saya
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 2
1.5 Metode Pencarian Materi .................................................................................. 2
BAB II PERMASALAHAN .......................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
3.1 Solusi Dari Permasalahan .................................................................................. 4
3.2 Pengertian Kepuasan Kerja ............................................................................... 7
3.3 Hubungan
Kepuasan Kerja dengan Manajemen SDM ..................................... 9
3.4 Teori
Kepuasan Kerja ........................................................................................ 9
3.5 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepuasan Kerja ........................................ 11
3.6 Korelasi/Hubungan Kepuasan
Kerja ................................................................ 14
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 16
4.2 Saran ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianutnya. Semakin
banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem nilai
yang dianut individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat. Demikian
pula sebaliknya, semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang tidak sesuai
dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin rendah tingkat
kepuasan yang didapat. Secara empirik dapat dikatakan bahwa ada hubungan
positif antara kepuasan kerja dengan produktivitas. Kepuasan kerja yang tinggi
dapat membuat karyawan bekerja dengan lebih baik yang pada akhirnya akan
meningkatkan. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas lebih dalam
mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan?
2. Apa pengertian kepuasan kerja?
3. Bagaimana hubungan kepuasan kerja dengan manajemen SDM?
4. Apa teori kepuasan kerja?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja?
6. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja?
7. Bagaimana korelasi/hubungan kepuasan kerja?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
2. Untuk
mengetahui apa pengertian
kepuasan kerja.
3. Untuk
mengetahui bagaimana
hubungan kepuasan kerja dengan manajemen SDM.
4. Untuk
mengetahui apa teori
kepuasan kerja.
5. Untuk
mengetahui apa
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.
6. Untuk
mengetahui bagaimana
pengaruh kepuasan kerja.
7. Untuk
mengetahui bagaimana korelasi/hubungan kepuasan kerja.
1.4 Manfaat
1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi
penulis.
2.
Memberikan informasi bagi pembaca.
3.
Dapat memahami atau menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh.
1.5 Metode Pencarian Materi
Penulis dalam mencari materi menggunakan metode
kajian pustaka yaitu mencari di buku dan internet.
BAB
II
PERMASALAHAN
Sumber daya manusia
mempunyai peran yang sangat menentukan bagi pencapaian tujuan perusahaan.
Seluruh sumber daya perusahaan dikendalikan oleh SDM perusahaan. Oleh karena
itu setiap perusahaan sepatutnya memperhatikan pengelolaan SDMnya dengan baik
agar diperoleh kepuasan karyawan dalam bekerja seperti yang diinginkan
perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Dalam bekerja SDM kadang merasa tidak
puas dengan pekerjaannya, itu akan mengakibatkan pengaruh ke dalam
pekerjaannya. Pengaruh tersebut diungkapkan dengan sikap bekerja yang negatif,
sehingga dapat mengganggu jalannya usaha.
Memang tidak mudah
memuaskan karyawan karena kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pengertian kepuasan itu sendiri, dimana
kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaannya. Hal ini nampak pada
sikap karyawan terhadap pekerjaannya, sikap positif bila puas atau sikap
negatif bila tidak puas.
Ketidakpuasan karyawan
dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Misalnya, berhenti bekerja, karyawan
mengeluh, tidak patuh, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kerjanya.
Sementara kepuasan kerja merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap karyawan di tempat kerjanya. Adanya karyawan yang puas membuat moral
kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Untuk itu
sudah menjadi keharusan bagi perusahaan untuk menciptakan kepuasan kerja para
karyawannya.
BAB III
PEMBAHASAN
SOLUSI
DARI PERMASALAHAN DI LAPANGAN
3.1 Solusi Dari Permasalahan
Dari permasalah yang terdapat pada BAB II dapat dilihat bahwa kebanyakan
karyawan yang tidak puas dalam pekerjaannya akan mempengaruhi/melakukan
beberapa hal sebagai berikut:
1)
Terhadap Produktivitas
Orang berpendapat bahwa produktivitas
dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja mungkin
merupakan akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas yang tinggi
menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang
mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan
performa kerja yang unggul. Dengan kata lain bahwa performansi kerja
menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat
mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan yang diharapkan.
2)
Ketidakhadiran (Absenteisme)
Menurut Porter dan Steers,
ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan ketidakpuasan
kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran.
Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan
kemampuan untuk hadir.
Sementara itu menurut Wibowo (2007:312)
“antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif”.
Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja dengan bebas
tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja yang sangat puas.
3)
Keluarnya Pekerja (Turnover)
Sedangkan berhenti atau keluar dari
pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar, maka besar kemungkinannya
berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan
kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan
meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik
perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka dan
lainnya.
4)
Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja
Menurut Robbins (2003) ada empat
cara tenaga kerja mengungkapkan ketidak puasan yaitu:
a)
Keluar (Exit) yaitu meninggalkan
pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.
b)
Menyuarakan (Voice) yaitu
memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan atasan untuk
memperbaiki kondisi.
c)
Mengabaikan (Neglect) yaitu sikap
dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen atau semakin
sering membuat kesalahan.
d)
Kesetiaan (loyality) yaitu
menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk membela
perusahaan terhadap kritik dari luar.
Memang tidak mudah
memuaskan karyawan karena kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pengertian kepuasan itu sendiri, dimana
kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaannya. Hal ini nampak pada
sikap karyawan terhadap pekerjaannya, sikap positif bila puas atau sikap
negatif bila tidak puas.
Ketidakpuasan karyawan
dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Misalnya, berhenti bekerja, karyawan
mengeluh, tidak patuh, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kerjanya.
Sementara kepuasan kerja merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap karyawan di tempat kerjanya. Adanya karyawan yang puas membuat moral
kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Untuk itu
sudah menjadi keharusan bagi perusahaan untuk menciptakan kepuasan kerja para
karyawannya.
Dari paparan respon
ketidakpuasan karyawan dalam pekerjaannya di atas, maka solusinya yaitu
kepuasan keryawan dalam bekerja harus ditingkatkan atau minimal harus stabil
agar berjalannya usaha tidak tergangggu. Kepuasan kerja bukan hanya mengurangi
stress, tetapi juga dapat membantu meningkatkan kinerja, mengurangai perhatian
karyawan dan ketidakhadiran. Berikut merupakan beberapa cara meningkatkan
kepuasan kerja:
1.
Membuat Pekerjaan Menjadi
Menyenangkan, dimana perusahaan dan organisasi
membentuk budaya organisasi yang fun atau menyenangkan bagi para karyawan
sehingga membuat pekerjaan lebih menyenangkan, tetapi tidak menghilangkan
kebosanan dan mengurangi kesempatan bagi ketidakpuasan.
2.
Memiliki gaji, benefit dan
kesempatan promosi yang adil, terdapat berbagai
cara dimana organisasi secara khusus mencoba memmbuat karyawan mereka puas
3.
Menyesuaikan orang dengan pekerjaan
yang sesuai dengan minat dan kahlian mereka, memberikan
pekerjaan yang sesuai merupakan hal yang paling penting untuk memuaskan
karyawan, tetapi sering diabaikan. Tentu saja, ini diasumsikan bahwa organisasi
mengetahui minay dan keahlian seseorang. Perusahan dengan manajemen SDM yang
baik memberikan perhatian dalam menemukan minat dan eahlian dari orang yang
akan dipekerjakan dan karyawan yang sudah ada, agar sesuai dengan pekerjaan mereka.
4.
Mendesain Pekerjaan agar menarik
dan menyenangkan, selain menemukan orang yang tepat dalam
suatu pekerjaan dan juga menyarankan desain pekerjaan yang sesuai dengan
orangnya. Desain kerja untu membantu memotivasi dan menyenangkan karyawan,
contohnya adalah dengan memberikan tanggung jawab lebih dan embentuk lebh
banyak variasi, arti, identitas, otonomi, dan uman balik.
Menurut
Riggio (2005), peningkatan
kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Melakukan perubahan struktur kerja,
misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu
sebuah sistem perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang
lainnya (yang disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus
dilakukan adalah dengan pemekaran (job enlargement), atau perluasan satu
pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam tugas pekerjaan. Praktik untuk
para pekerja yang menerima tugas-tugas tambahan dan bervariasi dalam usaha
untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih dari sekedar anggota
dari perusahaan.
2)
Melakukan perubahan struktur pembayaran,
perubahan sistem pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based
pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan
pengetahuan dan keterampilannya daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran
kedua dilakukan berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran
dimana pekerja digaji berdasarkan performancenya, pencapaian finansial
pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh individu itu sendiri. Pembayaran
yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan pada
keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok).
3)
Pemberian jadwal kerja yang fleksibel,
dengan memberikan kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari
mereka, yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat, dimana
pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai
tanggung jawab pada anak-anak. Compressed work week (pekerjaan
mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah pekerjaan per harinya dikurangi
sedang jumlah jam pekerjaan per hari ditingkatkan. Para pekerja dapat
memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari Senin hingga Jum’at,
sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua
adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah
jam khusus per minggu (Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas
kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.
4)
Mengadakan program yang mendukung,
perusahaan mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan
kepuasan kerja para karyawan, seperti; health center (puskesmas), profit
sharing (membicarakan pembagiab keuntungan), dan lain-lain.
3.2 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah
sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Karyawan yang
lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan
pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.
Tolak ukur tingkat
kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu karyawan berbeda
kepuasannya. Kepuasan kerja hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja dan
turnover kecil maka secara relatif kepuasan kerja karyawan baik.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Tiffin (1958) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) kepuasan kerja berhubungan erat dengan
sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama
antara pimpinan dengan karyawan. Sedangkan menurut Blum (1956) dalam Moch.
As’ad ( 1995 : 104 ) mengemukakan bahwa kepuasan
kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap
khusus terhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial
individu diluar kerja.
Menurut
Hasibuan (2007) Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan
harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan
kedisiplinan karyawan meningkat. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan,
luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan kerja dalam
pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan
memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana
lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja
dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa
walaupun balas jasa itu penting.
Robbins
and Judge (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive
tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut.
Senada dengan itu, Noe, et.
all (2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan yang
menyenangkan sebagai hasil dari persepsi bahwa pekerjaannya
memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang penting. Selanjutnya Kinicki and Kreitner
(2005) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai respon sikap atau emosi terhadap
berbagai segi pekerjaan seseorang. Definisi ini memberi arti bahwa
kepuasan kerja bukan suatu konsep tunggal. Lebih dari itu seseorang dapat
secara relative dipuaskan dengan satu aspek pekerjaannya dan dibuat tidak
puas dengan satu atau berbagai aspek. Dalam pandangan yang hampir sama,
Nelson and Quick (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu
kondisi emosional yang positif dan menyenangkan sebagai hasil dari penilaian
pekerjan atau pengalaman pekerjaan seseorang.
Dari batasan - batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat
disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan
kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini berarti bahwa
konsepsi kepuasan kerja melihatnya sebagai hasil interaksi manusia terhadap
lingkungan kerjanya. Di samping itu, perasaan seseorang terhadap pekerjaan
tentulah sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan. Pada
dasarnya kepuasan kerja
merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda–beda sesuai dengan sistem nilai–nilai yang berlaku dalam
dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing–masing individu.
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan
sebaliknya.
3.3 Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Manajemen SDM
Jika dilihat dari
pengertian kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan
dan prestasi kerja. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam
pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun
balas jasa itu penting. Oleh karena itu hubungan kepuasan kerja dengan
manajemen SDM yaitu dengan adanya sikap kepuasan kerja/ tidak puas dengan
pekerjaannya maka manajemen SDM bisa mengatur karyawan yang memang tidak puas
dengan pekerjaannya, apa yang melatar belakangi karyawan tersebut tidak puas
dengan pekerjaannya. Hal tersebut bisa disebabkan karena jenis pekerjaannya
tidak disukai atau lainnya. Sehingga dengan adanya kepuasan kerja ini manajemen
SDM bisa mengatur karyawan sebaik mungkin yang bertujuan untuk produktivitas
yang baik dalam pekerjaannya.
3.4 Teori Kepuasan Kerja
Teori tentang kepuasan kerja yang telah cukup terkenal adalah
:
1.
Teori Ketidaksesuaian
Teori
ini pertama sekali dikemukakan oleh porter (1961), yang mendefinisikan bahwa
job satisfaction is the difference between how much of something there should
be and how much there “is now” . Setiap orang menginginkan agar sejumlah
pekerjaan yang telah disumbangkan kepada pemberi kerja akan dihargai sebesar
yang diterima secara kenyataan. Seorang yang terpuaskan bila tidak ada selisih
antara situasi yang diinginkan dengan yang sebenarnya diterima. Dengan kata
lain, jumlah yang disumbangkan ke pekerjaannya bila dikurangi dengan apa yang
diterima secara kenyataan hasilnya adalah nol, dapat dikatakan pekerjaan
tersebut memberikan kepuasan kerja. Semakin besar kekurangan atau selisih dari
pengurangan tersebut, semakin besar ketidakpuasan. Keadaan sebaliknya, jika
terdapat lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang dapat diterima yang
menimbulkan kelebihan atau menguntungkan, maka orang yang bersangkutan akan
sama puasnya bila terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan.
2.
Teori Keadilan
Teori
ini pertama sekali dikemukakan oleh Zaleznik (1958), kemudian dikembangkan oleh
Adams (1963). Teori ini menunjukan kepada seseorang merasa puas atau tidak puas
atas situasi tergantung pada perasaan adil (equity) atau tidak adil (inequity).
Perasaan adil dan tidak adil atas suatu situasi didapat oleh setiap orang
dengan cara mebandingkan dirinya dengan orang lain pada tingkat dan jenis
pekerjaan yang sama, pada tempat maupun ditempat yang berbeda.
Secara
umum diketahui bahwa keadilan menyangkut penilaian seseorang tentang perlakuan
yang diterimanya atas tindakan terhadap suatu pekerjaan. Seorang merasa adil
apabila perlakuan yang diterimanya menguntungkan bagi dirinya. Sebaliknya
ketidakadilan apabila perlakuan yang diterima dirasakan merugikan dirinya.
Perasaan tidak adil yang dialami seseorang tersebut berpengaruh terhadap
prestasi kerjanya karena ketidakpuasan yang diperoleh.
Wexley
dan Yukl (2003) mengatakan bahwa komponen utama dari teori ini adalah input,
outcomes, comparison person dan equity-inequity. Menurut teori ini, seorang
menilai adil bila rasio inputnya dengan hasil dibandingkan dengan rasio input
dengan hasil dari seseorang atau sejumlah orang lain bandingan. Orang bandingan
mungkuin saja dari orang-orang sendiri dengan pekerjaan sebelumnya. Jika rasio
hasil : input seorsng pekerja adalah sama atau sebanding dengan rasio orang
bandingannya, maka suatu keadaan adil dianggap para pekerja. Sebaliknya jika para
pekerja menganggap perbandingan tersebut tidak adil, maka keadaan ketidakadilan
dianggap ada. Persoalannya bagaimana kalau rasio hasil : input yang dicapai
melebihi dari rasio hasil : input yang diperoleh orang bandingannya? Bagaimana
pula jika terjadi sebaliknya? Kembali pada pernyataan sebelumnya, keadilan
diperoleh bila, rasio hasil : input seorang pekerja adalah sama atau sebanding
dengan rasio orang bandingannya.
3.
Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi
pada tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu seperti diharapkan.
Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci
menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang
dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin
rendah kepuasan orang.
3.5 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut
Hasibuan (2007) kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1)
Balas jasa yang adil dan layak.
2)
Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.
3)
Berat ringannya pekerjaan.
4)
Suasana dan lingkungan pekerjaan.
5)
Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
6)
Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.
7)
Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Kepuasan
kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan dalam kepemimpinan.
Kepemimpinan partisipasi memberikan kepuasan kerja bagi karyawan, karena
karyawan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya untuk menentukan kebijaksanan
perusahaan. Kepemimpinan otoriter mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan.
Kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan
perusahaan.
Menurut
Robbins dan Judge (2009) ada 21 faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja
yaitu otonomi dan kebebasan, karir benefit, kesempatan untuk maju, kesempatan
pengembangan karir, kompensasi/gaji, komunikasi antara karyawan dan manajemen,
kontribusi pekerjaan terhadap sasaran organisasi, perasaan aman di
lingkungan kerja, kefleksibelan untuk menyeimbangkan kehidupan dan
persoalan kerja, keamanan pekerjaan, training spesifik pekerjaan,
pengakuan manajemen terhadap kinerja karyawan, keberartian pekerjaan,
jejaring, kesempatan untuk menggunakan kemampuan atau keahlian, komitmen
organisasi untuk pengembangan, budaya perusahaan secara keseluruhan,
hubungan sesama karyawan, hubungan dengan atasan langsung, pekerjaan itu
sendiri, keberagaman pekerjaan (8).
Luthans (2005)
menyatakan bahwa ada sejumlah faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hal-hal utama dengan mengingat
dimensi-dimensi paling penting yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi,
pengawasan, kelompok kerja dan kondisi kerja (9). Selanjutnya Nelson and Quick
(2006) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi 5
dimensi spesifik dari pekerjaan yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri,
kesempatan promosi, supervisi dan rekan kerja (10).
Byars and Rue (2005)
(11), menyatakan bahwa sistem reward organisasi sering
mempunyai dampak signifikan pada tingkat kepuasan kerja karyawan.
Disamping dampak langsung, cara reward extrinsik diberikan dapat
mempengaruhi reward intrinsik
(dan kepuasan) dari penerima. Sebagai contoh jika tiap orang
menerima peningkatan gaji 5 persen adalah sulit untuk mendapatkan
penyelesaian reward. Namun demikian jika kenaikan gaji dikaitkan langsung
dengan kinerja, seorang karyawan yang menerima peningkatan gaji
yang besar akan lebih mungkin mengalami perasaan penyelesaian dan kepuasan. Ada
lima komponen utama kepuasan kerja yaitu:
1) Sikap terhadap kelompok kerja
2) Kondisi umum pekerjaan
3) Sikap terhadap perusahaan
4) Keuntungan secara ekonomi
5) Sikap terhadap manajemen
Komponen lain mencakup kondisi
pikiran karyawan tentang pekerjaan itu sendiri dan kehidupan secara umum.
Sikap seorang karyawan terhadap pekerjaan mungkin positif atau negative.
Kesehatan, usia, tingkat aspirasi, status sosial, kegiatan sosial
dan politik dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Menurut Kreitner dan
Kinicki (2005) (12) terdapat
lima faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan yaitu:
1)
Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan). Model ini mengajukan bahwa
kepuasan ditentukan tingkatan karakteristik pekerjaan yang
memungkinkan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
2)
Discrepancies (perbedaan). Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan
suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara
apa yang diharapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan. Apabila harapan
lebih besar daripada apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya diperkirakan individu akan puas
apabila mereka menerima manfaat diatas harapan.
3)
Value attainment (pencapaian nilai). Gagasan value attainment adalah bahwa kepuasan merupakan
hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang
penting.
4)
Equity (keadilan). Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan
fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan
merupakan hasil dari persepsi orang bahwa perbandingan antara hasil kerja dan
inputnya relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan perbandingan antara
keluaran dan masukkan pekerjaan lainnya.
5)
Dispositional/genetic components (komponen genetik). Beberapa
rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan kerja, sedangkan
lainnya kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa
kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik.
Model menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti penting untuk
menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik lingkungan pekerjaan.
Selain itu, berikut juga
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja:
- Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
- Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
- Gaji, Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
- Perusahaan dan manajemen, Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan.
- Supervisi, bagi karyawan supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over (menyerah).
- Faktor intrinsik dari pekerjaan, Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
- Kondisi kerja, Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir.
- Aspek sosial dalam pekerjaan, Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.
- Komunikasi, Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
- Fasilitas
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Berdasarkan indikator yang
menimbulkan kepuasan kerja tersebut di atas akan dapat dipahami sikap individu
terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada
dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan persepsi pada masing-masing individu.
Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu
tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya. Oleh karenanya
sumber kepuasan seorang karyawan secara subyektif menentukan bagaimana
pekerjaan yang dilakukan memuaskan. Meskipun untuk batasan kepuasan kerja ini
belum ada keseragaman tetapi yang jelas dapat dikatakan bahwa tidak ada
prinsip-prinsip ketetapan kepuasan kerja yang mengikat dari padanya.
3.6
Korelasi/Hubungan Kepuasan Kerja
Hubungan antara
kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif.
Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah dampai kuat. Menurut Kreitner
dan Kinicki (2001;226) Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa atasan dapat
mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan
kerja. Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut :
1)
Motivasi
Antara motivasi dan
kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan
dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi,
atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi
kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi
pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
2)
Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan
kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya.
Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran
atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk
meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3)
Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana
individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap
tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang
siknifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan
tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
4)
Ketidakhadiran (Absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan
terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan
meningkat, ketidakhadiran akan turun.
5)
Perasaan stres
Antara perasaan stres dengan kepuasan
kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja
akan mengurangi dampak negatif stres.
6)
Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah antara
kepuasan dan prestasi kerja. Dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan
kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi
kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga
pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang membahas tentang kepuasan kerja,
maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Kepuasan kerja adalah
sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan
oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Karyawan yang lebih suka
menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya
daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. Tolak ukur tingkat
kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu karyawan berbeda
kepuasannya. Kepuasan kerja hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja dan
turnover kecil maka secara relatif kepuasan kerja karyawan baik.
4.2 Saran
Berdasarkan kajian yang membahas tentang kepuasan kerja,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
Memang tidak mudah
memuaskan karyawan karena kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan pengertian kepuasan itu sendiri, dimana
kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaannya. Hal ini nampak pada
sikap karyawan terhadap pekerjaannya, sikap positif bila puas atau sikap
negatif bila tidak puas.
Oleh karena itu, atasan
atau manajer di setiap bidang harus mampu membuat suasana kerja sebaik mungkin.
Selain itu, manajemen SDM harus benar-benar jeli melihat karyawan yang tidak
puas dalam bekerja. Sehingga atasan atau manajer atau manajemen SDM harus mampu
meningkatkan kepuasan dalam bekerja dengan cara sebagai berikut:
- Membuat Pekerjaan Menjadi Menyenangkan, dimana perusahaan dan organisasi membentuk budaya organisasi yang fun atau menyenangkan bagi para karyawan sehingga membuat pekerjaan lebih menyenangkan, tetapi tidak menghilangkan kebosanan dan mengurangi kesempatan bagi ketidakpuasan.
- Memiliki gaji, benefit dan kesempatan promosi yang adil, terdapat berbagai cara dimana organisasi secara khusus mencoba memmbuat karyawan mereka puas
- Menyesuaikan orang dengan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kahlian mereka, memberikan pekerjaan yang sesuai merupakan hal yang paling penting untuk memuaskan karyawan, tetapi sering diabaikan. Tentu saja, ini diasumsikan bahwa organisasi mengetahui minay dan keahlian seseorang. Perusahan dengan manajemen SDM yang baik memberikan perhatian dalam menemukan minat dan eahlian dari orang yang akan dipekerjakan dan karyawan yang sudah ada, agar sesuai dengan pekerjaan mereka.
- Mendesain Pekerjaan agar menarik dan menyenangkan, selain menemukan orang yang tepat dalam suatu pekerjaan dan juga menyarankan desain pekerjaan yang sesuai dengan orangnya. Desain kerja untu membantu memotivasi dan menyenangkan karyawan, contohnya adalah dengan memberikan tanggung jawab lebih dan embentuk lebh banyak variasi, arti, identitas, otonomi, dan uman balik.
Menurut
Riggio (2005), peningkatan
kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Melakukan perubahan struktur kerja, misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus dilakukan adalah dengan pemekaran (job enlargement), atau perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam tugas pekerjaan. Praktik untuk para pekerja yang menerima tugas-tugas tambahan dan bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih dari sekedar anggota dari perusahaan.
- Melakukan perubahan struktur pembayaran, perubahan sistem pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran kedua dilakukan berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan performancenya, pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh individu itu sendiri. Pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok).
- Pemberian jadwal kerja yang fleksibel, dengan memberikan kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari mereka, yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat, dimana pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab pada anak-anak. Compressed work week (pekerjaan mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah pekerjaan per harinya dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan per hari ditingkatkan. Para pekerja dapat memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari Senin hingga Jum’at, sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah jam khusus per minggu (Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.
- Mengadakan program yang mendukung, perusahaan mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja para karyawan, seperti; health center (puskesmas), profit sharing (membicarakan pembagiab keuntungan), dan lain-lain.
Dengan
usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan atau
minimal menstabilkan kepuasan kerja karyawan, sehingga masalah yang terkait
dengan ketidak puasan karyawan dalam bekerja dapat di atasi.
DAFTAR
PUSTAKA
================================================
BalasHapusLive Chat Agen Ayam
ID303
178.128.118.38
Situs Poker Online Uang Asli
Situs Judi Online Uang Asli
Link Alternatif Fifapoker
================================================
Mari segera bergabung bersama S128Cash, Situs Betting Online Terbaik dan Terpercaya 2020.
BalasHapusKami hadir untuk Anda semua para Bettor dengan menyediakan semua permainan Populer, seperti :
- Sportsbook
- Live Casino
- Sabung Ayam Online
- IDN Poker
- Slot Games Online
- Tembak Ikan Online
- Klik4D
Hanya dengan bermodal Rp 25.000,- saja. Anda sudah bisa menikmati semua permainan yang tersedia.
Bukan itu saja, S128Cash juga menyediakan deposit via OVO, GOPAY, DANA dan PULSA !! Sangat membantu bukan?
PROMO BONUS S128Cash :
- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!
Segera daftarkan diri Anda dan jika ada yang kurangi dimengerti, bisa langsung hubungi kami melalui :
- Livechat : Live Chat Judi Online
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.biz
Judi Bola
Situs Judi Bola Resmi dan Terpercaya