Senin, 27 April 2015

Makalah ”Peranan Uang Dalam Perekonomian”



TUGAS KELOMPOK 1
Peranan Uang Dalam Perekonomian

Makalah Untuk Tugas Presentasi Matakuliah Moneter
Dosen Pengampu Dra. Ningrum, M.TA


Oleh :
                                      1.  Fajri Arif Wibawa          NPM 11210082
                                      2.  Nursodiq                          NPM 11210098
                                      3.  Dedi Hariyanto               NPM 11210077
                                      4. Masrur Rosadi                 NPM 11210089
                                      5. Mujib Nurmayanto         NPM 11210090
                                  Prodi                  :      Pendidikan Ekonomi
                                  Semester            :      6 (enam)
                                  Kelas                  :      B
                                 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2014
KATA PENGANTAR
Bismillah 05
Assalamualaikum Wr. Wb.
            Alhamdulilahi robil alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1.      Dra. Ningrum, M.TA selaku dosen pengampu matakuliah Moneter.
2.      Teman-teman kelompok 1 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.
3.      Kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami.
4.      Semua pihak yang  telah berkenan memberikan bantuan-bantuan.
            Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................................  i
Kata Pengantar .................................................................................................................  ii
Daftar Isi ..........................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................  1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................  1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................  3
1.4 Manfaat .............................................................................................................  3
1.5 Metode Pencarian Materi ..................................................................................  3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................  4
2.1 Aliran Uang dan Aliran Barang ........................................................................  4
2.2 Hubungan Uang dan Suku Bunga ....................................................................  4
2.3 Pengaruh Uang Terhadap Kegiatan Ekonomi Sektor Riil .................................  5
2.4 Pengaruh Uang Terhadap Harga Barang dan Jasa ............................................  5
2.5 Pengendalian Jumlah Uang Beredar .................................................................  7
BAB III KESIMPULAN ...............................................................................................  10
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami negri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya.
Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah. Tujuan pembangunan bukan lagi semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Uang sebagai alat tukar di era modern ini memiliki fungsi dan peranan penting terhadap kegiatan perekonomian.Begitu juga dengan lembaga keuangan sebagai wadah dan perantara kegiatan keuangan.
Terlebih dahulu tentang perkataan nilai itu sendiri. Sesungguhnya pengertian atau arti kata daripada nilai adalah bermacam-macam, ada nilai dalam arti obyektif, dalam arti subyektif dan dalam arti nilai tukar. Telah dikemukakan pula bahwa uang itu adalah sejenis benda. Apakah dengan ini berarti bahwa bilamana kita mengatakan nilai sesuatu benda samalah isi yang terkandung dalam pikiran kita bila kita mengatakan nilai uang? Sudah tentu sesuai dengan banyaknya arti nilai tersebut di atas, tidaklah selalu demikian halnya. Jadi apa yang terkandung dalam pikiran kita bilamana kita mengatakan nilai uang. Pula harus diperhatikan, bahwa dalam hidup kita sehari-hari, sesuai dengan fungsi uang sebagai alat pengukur nilai, uanglah yang dipergunakan orang untuk menentukan berapa nilai sesuatu barang. Akan tetapi karena arti nilai pada yang disebut terakhir ini adalah nilai tukar, maka sudahlah jelas ada persamaan yang terkandung dalam pikiran kita bilamana kita mengatakan nilai uang dan mengatakan nilai sesuatu benda. Jadi samalah apa yang terkandung dalam pikiran kita bilamana kita mengatakan nilai tukar sebutir telur, dengan nilai tukar sesuatu kesatuan uang. Jadi dengan uraian di atas, jelaslah bahwa bilamana kita mengatakan nilai uang, maka nilai tukar uanglah yang dimaksudkan.
Karena uang adalah sejenis benda, maka apa yang dimaksudkan dengan nilai tukar sesuatu benda samalah halnya dengan nilai tukar sesuatu kesatuan uang. Nilai tukar sesuatu benda adalah banyaknya barang-barang atau jasa-jasa yang umumnya diberikan oleh orang lain kepada kita sebagai pengganti satu kesatuan barang yang kita berikan kepadanya. Dengan demikian dapatlah kita beri definisi nilai uang sebagai berikut: Nilai uang adalah jumlah barang-barang atau jasa-jasa yang diberikan oleh orang lain kepada kita sebagai pengganti satu kesatuan uang yang kita berikan kepadanya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui lebih dalam bagaimana peranan uang dalam perekonomian.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
1.     Bagaimana aliran uang dan aliran barang?
2.     Bagaimana hubungan uang dan suku bunga?
3.     Bagaimana pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi sektor riil?
4.     Bagaimana pengaruh uang terhadap harga barang dan jasa?
5.     Bagaimana pengendalian jumlah uang yang beredar?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana aliran uang dan aliran barang.
2.      Untuk mengetahui bagaimana hubungan uang dan suku bunga.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi sektor riil.
4.      Untuk mengetahui bagaimana investasi pengaruh uang terhadap harga barang dan jasa.
5.      Untuk mengetahui bagaimana pengendalian jumlah uang yang beredar.
1.4  Manfaat
1.      Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
2.      Memberikan informasi bagi pembaca.
3.      Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

1.5 Metode Pencarian Materi
Penulis dalam mencari materi menggunakan metode kajian pustaka yaitu mencari di buku dan internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Aliran Uang dan Aliran Barang
Untuk melihat perkembangan perekonomian dapat diketahui melalui indikator-indikator sektor riil, yang mencangkup barang dan jasa, serta indikator-indikator sektor moneter. Sektor riil adalah sektor penghasil barang seperti: pertanian, pertambangan, dan industri ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan wisatawan internasional. Kemudian sektor moneter adalah sektor yang berkaitan tentang uang. Sektor riil dan sektor  moneter saling berkaitan satu sama lain. Secara teoritis, sektor riil merupakan cermin dari sektor moneter dan sebaliknya. Dalam sebuah transaksi jual beli, misalnya, akan selalu terdapat penjual yang memiliki barang dan pembeli yang memiliki uang. Apabila transaksi jual beli terjadi, maka kedua belah pihak melakukan pemenuhan atas kebutuhan masing-masing dengan nilai transaksi jual beli barang dan jasa yang sama dengan nilai uang yang diserahterimakan.
Dalam setiap kegiatan ekonomi selalu terdapat dua macam aliran, yaitu aliran barang dan aliran uang. Kegiatan produksi membutuhkan input berupa bahan baku dan tenaga kerja. Sehingga dalam proses produksi akan terjadi aliran barang dan jasa berupa bahan baku dan tenaga kerja dari masyarakat. Pada saat yang sama juga terjadi aliran uang dari perusahaan untuk pembayaran bahan baku yang dibeli tersebut. Aliran uang itu bagi perusahaan akan menjadi pos biaya, sedangkan bagi masyarakat merupakan pos pendapatan. Ketika perusahaan menjual produksinya ke masyarakat yang terjadi adalah aliran uang keluar dari masyarakat dan sebaliknya aliran uang masuk dan merupakan pendapatan bagi perusahaan. Alur serupa juga terjadi pada kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi lainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sistem perekonomian , aliran uang akan sama atau sebanding dengan aliran barang dan jasa.
2.2  Hubungan Uang dan Suku Bunga
Untuk membiayai kegiatan ekonominya, masyarakat membutuhkan uang baik uang kartal, uang giral, maupun kuasi. Ideal nya jumlah uang yang tersedia, seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan atau diminta masyarakat sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan.
Apabila jumlah uang yang disediakan melebihi uang yang diminta, maka akan terjadi kelebihan penyedianan uang yang dapat mengakibatkan penurunan harga uang atau suku bunga. Sebaliknya bila jumlah uang yang diminta melebihi jumlah-jumlah uang yang disediakan maka akan mengakibatkan kenaikan harga uang atau suku bunga. Suku bunga yang dimaksud adalah suku bunga yang mencerminkan kesesuaian antara suku bunga simpanan (sisi penawaran uang) dan suku bunga pinjaman (sisi permintaan uang).
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa perubahan suku bunga akan terjadi karena adanya perubahan jumlah uang yang beredar sebagai akibat dari interaksi antara sisi permintaan dan sisi penawaran.
2.3  Pengaruh Uang Terhadap Kegiatan Ekonomi Sektor Riil
Sektor riil adalah sektor penghasil barang seperti: pertanian, pertambangan, dan industri ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan wisatawan internasional. Pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi sektor rill dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Pengaruh tak langsung bisa kita pahami lewat penjelasan hubungan  uang dengan perkembangan suku bunga yang telah dijelaskan diatas. Penurunan suku bunga akan menurunkan biaya pendanaan kegiatan investasi, dan selanjutnya akan mendorong kegiatan investasi dan kegiatan ekonomi. Contoh secara langsungnya yaitu apabila uang yang beredar dimasyarakat sedikit otomatis kegiatan ekonomi masyarakat akan terhambat.
Untuk menggambarkan keterkaitan antara uang dan sektor rill dapat dilihat dari pertumbuhan tahunan uang dan pertumbuhan tahunan Produk Domestil Bruto (PDB) yakni indikator perkembangan kegiatan ekonomi suatu masyarakat dalam memproduksi barang dan jasa.
2.4 Pengaruh Uang Terhadap Harga Barang dan Jasa
Keterkaiatan uang dan suku bunga dan keterkaitan antara uang dan kegiatan ekonomi sektor riil sebenarnya menggambarkan peranan uang dalam mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Perkembangan ekonomi tercemin pada perkembangan permintaan agregat (aggregate demand atau Permintaan agregat adalah keseluruhan permintaan terhadap barang & jasa oleh pengguna dalam ekonomi) masyarakan akan semua barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah mekanisme perekonomian.
Kegiatan produksi tentu harus didukung oleh kapasitas ekonomi yaitu kondisi yang mencerminkan ketersedian sumber daya yang mencukupi seperti bahan baku,tenaga kerja,dan teknologi. Dalam ilmu ekonomi makro kondisi ini dikenal dengan penawaran agregat (Penawaran Agregat atau aggregate supply adalah jumlah barang dan jasa akhir perekonomian, yang diminta pada berbagai tingkat harga yang berbeda). Berbeda dengan permintaan agregat yang dapat dirubah dalam jangka pendek,penawaran agregat relatif sulit untuk berubah dalam waktu jangka pendek. Hal ini disebabkan karena perubahan penawaran agregat lebih terkait pada struktur dan perkembangan perekonomian.
Permintaan agregat, idealnya harus sama denganpenawaran agregat. Apabila permintaan agregat tidak sama dengan penawaran agregat, maka diperlukan penyesuaian kegiatan ekonomi agar terjadi kesesuaian (keseimbangan) penyesuaian itu berakibat pada perubahan harga barang dan jasa. Permintaan agregat yang melebihi penawaran agregat akan mendorong kenaikan harga barang dan jasa.
Apabila disimpulkan, perubahan jumlah uang yang beredar akan mempengaruhi perkembangan harga. Kecenderungan kenaikan harga secara terus-menerus (inflasi), terjadi apabila penambahan jumlah uang bererdar melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Formulasi sederhananya “jumlah uang beredar bertambah, harga barang-barang naik”.
Inflasi disebut juga fenomena moneter karena sangat dipengaruhi perkembangan uang beredar. Namun dalam teori strukturalis dinyatakan bahwa inflasi dalam jangka panjang disebabkan oleh adanya kekakuan struktur perekonomian di negara berkembang.
Inflasi di indonesia pada paruh waktu pertama dekade 1960-an, adalah contoh inflasi sebagai fenomena moneter . pada saat itu inflasi yang mencapai 600% disebabkan oleh pencetakan uang yang berlebihan. Akibatnya kenaikan harga melonjak sangat tajam.
Lalu pada tahun 1998 terjadi kelangkaan dana di perbankan akibat penarikan dan secara besar-besaran oleh masyarakat. Bersamaan dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS, melemah pula kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Untuk mengatasi hal itu, bank Indonesia menyuntikan dana kepasar dalam jumlah besar dalam beberapa waktu. Akibatnya terjadi inflasi beberapa waktu kemudian. Setelah pertumbuhan uang beredar mereda inflasi kembali melemah. Inflasi seperti ini juga contoh fenomena moneter.
Namun lonjakan harga sesaat setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak, tarif dasar listrik, atau tarif angkutan, juga kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan upah minimum Regional merupakan contoh inflasi sebagai fenomena Structural.
2.5 Pengendalian Jumlah Uang Beredar
Pengendalian jumlah uang beredar pada hakikatnya merupakan salah satu bagian dari kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan otoritas (wewenang) moneter. Sesuai dengan tujuan kebijakan moneter, pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya dimaksudkan untuk menjaga kestabilan nilai uang dan mendorong kegiatan ekonomi. Selain itu, pengendalian jumlah uang beredar mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kerangka kebijakan ekonomi makro karena adanya keterkaitan antara uang dan variabel-variabel ekonomi lainnya (tingkat bunga, kesempatan kerja, tingkat tabungan dll).
Pengendalian jumlah uang beredar dimaksudkan agar otoritas moneter dapat mempengaruhi nilai uang sedemikian rupa sehingga perkembangannya akan mendorong perkembangan perekonomian yang diinginkan termasuk menekan laju inflasi.
Tentang pengendalian jumlah uang beredar, sesuai dengan UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia mempunyai tugas dan wewenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter antara lain mengendalikan jumlah uang beredar. Untuk mencapai target kuantitas, kebijakan moneter Bank Indonesia, akan sengaja diarahkan untuk mempengaruhi kegiatan perekonomian sehingga tercapai kestabilan harga.
Namun, pengendalian jumlah uang beredar, dalam prakteknya sangat sulit dilakukan kesulitan itu disebabkan oleh beberapa faktor pertama : adanya unsur-unsur kontradiktif pada sasaran kebijakan. Kedua, sulitnya memprediksi dan mengendalikan permintaan uang masyarakat dan ketiga, sulitnya memprediksi prilaku kecepatan perputaran uang. Diperkirakan, kesulitan itu akan lebih berat dimasa mendatang. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa menjajagi dan mengkaji beberapa kemungkinan penerapan kerangka kerja kebijakan moneter lain yang lebih optimal. Tentu, stabilitas nilai rupiah bisa tercapai.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.      Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
2.      Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1.      Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2.      Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3.      Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4.      Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

BAB III
KESIMPULAN
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang membahas tentang peranan uang dalam perekonomian, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Peranan uang dalam perekonomian sangatlah penting untuk perkembangan perekonomian Indonesia, yang dapat dilihat melalui indikator-indikator sektor riil, yang mencangkup barang dan jasa, serta indikator-indikator sektor moneter. Selain itu juga dilihat dari hubungan uang dengan suku bunga, pengaruh uang terhadap harga barang dan jasa dan bagaimana pengendalian jumlah uang yang beredar untuk menjaga kestabilan.

DAFTAR PUSTAKA


1 komentar: