TUGAS KELOMPOK 1
Nasyiatul Aisyiyah
Oleh :
1. Agil Riyanti NPM
11210097
2. Ahmad Rismun NPM
11210073
3. Fajri Arif Wibawa NPM 11210082
4. Iwan Sanjaya NPM
11210083
5. Nur Jannah NPM
11210059
6. Vida Puspita Jati NPM11210067
7. Yastuti Andriyani NPM 11210069
Prodi : Pendidikan Ekonomi
Matakuliah : Teori
Organisasi
Dosen : H. Komarudin M. Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2012/2013
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulilahi
robil alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan
terima kasih kepada :
1.
H.
Komarudin M. Pd. selaku dosen
pengampu matakuliah teori organisasi.
2.
Teman-teman
kelompok 1 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.
3.
Kedua
orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami.
4.
Semua
pihak yang telah berkenan memberikan
bantuan-bantuan.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1
1.3 Tujuan ................................................................................................. 1
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
1.5 Metode Pencarian Materi ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Nasyatul
Aisyiyah .............................................................................. 3
2.2 Sejarah Berdirinya Nasyatul Aisyiyah ............................................... 5
2.3 Program, Arah dan Kebijakan Bidang Nasyatul Aisyiyah ................ 16
2.4 Jaringan Struktur Organisasi Nasyatul Aisyiyah ............................... 20
2.5 Isu-isu Strategi Nasyatul Aisyiyah .................................................... 23
2.6 Cita-cita NA 2020 ............................................................................. 23
2.7 Dasar Matan Kepribadian NA .......................................................... 25
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 26
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi remaja puteri yang dipersiapkan
untuk menjadi bibit Aisyiyah yang akan meneruskan & menyempurnakan amal
usaha Aisyiyah. Berdiri pada tahun 1919 dikampung kamuan yogyakarta.
Dikhususkan untuk anak-anak putri yang bernama “siswo proyo wanito (SPW)”. Pada
1931 SPW menjadi bagian aisyiah dan berganti nama menjadi “Nasyiatul Asyiah”.
Organisasi ini di pelopori oleh Pelopor
Somodirdjo. Organisasi ini sebagai gerakan pendukung organisasi
Muhammadiyah. Organisasi ini saat ini sudah berkembang, oleh karena itu kita
perlu mengetahui lebih dalam tentang nasyatul asyiyah.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
- Apa itu nasyatul aisyiyah?
- Bagaimana sejarah berdirinya nasyatul aisyiyah?
- Bagaimana program, arah dan kebijakan bidang program nasyatul aisyiyah?
- Bagaimana jaringan struktur nasyatul aisyiyah?
- Bagaimana strategi nasyatul aisyiyah?
- Bagaimana bagaimana cita-cita nasyatul aisyiyah?
- Bagaimana dasar matan kepribadian NA?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu
nasyatul aisyiyah.
2. Untuk mngetahui sejarah
berdirinya nasyatul aisyiyah.
3. Untuk mengetahui bagaimana program, arah dan kebijakan
bidang program nasyatul aisyiyah.
4. Untuk mengetahui bagaimana
jaringan struktur nasyatul
aisyiyah.
5. Untuk mengetahui strategi nasyatul aisyiyah.
6. Untuk mengetahui bagaimana bagaimana cita-cita
nasyatul aisyiyah.
7. Untuk mengetahui bagaimana dasar matan kepribadian NA.
1.4 Manfaat
1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi
penulis.
2.
Memberikan informasi bagi pembaca.
3.
Dapat memahami atau menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh.
1.5 Metode Pencarian Materi
Penulis dalam mencari materi menggunakan
metode kajian pustaka yaitu mencari dengan cara datang langsung pada narasumber
dan mencari di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nasyatul
Aisyiyah
Nasyiatul
Aisyiah adalah merupakan organisasi otonom yang bergerak di bidang keagamaan,
kemasyarakatan, dan keputrian. NA tetap mengedepankan gerakan dakwah amar
ma'ruf nahi munkar seperti yang diamanatkan oleh oleh Muhammadiyah. Tugas luhur
ini dilakukan baik secara kolektif organisasional maupun secara individu oleh
personil-personil NA. Nasyiatul Aisyiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 28 Dzulhijjah 1349
H. bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1931 M., berkedudukan di Yogyakarta, tempat
kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Semboyan
Nasyiatul Aisyiah yaitu Al Birru Manittaqo yang artinya kebajikan itu
bagi orang yang selalu waspada. Maksud dan tujuan termaktub pada anggaran Dasar
NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang berguna bagi agama,
bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan
Muhammadiyah. Berikut visi dan misi nasyatul aisyiyah :
1.
Visi Nasyiatul Aisyiyah
Nasyiatul Aisyiyah sebagai
gerakan putri Islam merupakan organisasi kader yang dalam melaksanakan dakwah
Islam amar ma’ruf nahi munkar, senantiasa memiliki keterkaitan pada pencerahan
dan pemebrdayaan perempuan menuju perwujudan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
2.
Misi Nasyiatul Aisyiyah
Ø
Melaksanakan dakwah Islam amar
ma’ruf nahi munkar dalam membina putri Islam yang berarti bagi agama, bangsa
dan negara, menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ø
Melaksanakan pencerahan dan
pemberdayaan perempuan menuju masyarakat yang menjunjung tinggi harkat,
martabat dan nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
Ø Menyelenggarakan amal usaha dan meningkatkan peran Nasyiatul Aisyiyah
sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
Lambang NA
Adapun arti dalam lambang NA antara lain :
1. Makna padi adalah semakin berisi semakin menunduk,
bahwa setia anggota NA makin memperoleh ilmu pengetahuna semakin menjadi
manusia yang taat pada hukum-hukum yang berlaku.Padi juga melambangkan
kesuburan dan kemakmuran.
2. Makna 12butir padi adalah setiap anggota NA senantiasa
berbuat kebijakan sepanjang tahun yang berjumlah 12bulan.
3.
Makna
4daun sepasang keatas sepasang kebawah “patah tumbuh, hilang berganti”
4.
Makna
semboyan tulisan arab al birru manittka petikan dari potongan ayat 189 surah
Al-Baqarah, bahwa sebenar-benarnya kebajikan dan keutamaan, predikat termulia
bagi seseorang adalah terletak pada teqwanya kepada Allah SWT.
Tujuan organisasi ini ialah membentuk pribadi putri Islam
yang berarti bagi agama, keluarga dan bangsa menuju terwujudnya masyarakat
utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya
sebagai berikut:
1.
Menanamkan
Al-Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis sesuai dengan jiwa Muhammadiyah
kepada anggota-anggotanya sebagai dasar pendidikan putri dan sebagai pedoman
berjuang.
2.
Mendidik
anggota-anggotanya agar memiliki kepribadian putri Islam.
3.
Mendidik
anggota-anggotanya untuk mengembangkan ketrampilan dan keaktifannya sebagai
seorang putri serta mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Islam.
4.
Mendidik
dan membina kader-kader pimpinan untuk kepentingan agama, organisasi dan
masyarakat.
5.
Mendidik
anggota-anggotanya untuk menjadi mubalighat motivator yang baik.
6.
Meningkatkan
fungsi Nasyiah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal
usaha Muhammadiyah/Aisyiyah.
7.
Membina
ukhuwah Islamiyah.
8.
Usaha-usaha
lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.
2.2 Sejarah
Berdirinya Nasyatul Aisyiyah
Berdirnya Nasyatul Aisyiyah juga tidak bisa dilepaskan
kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memperhatikan
keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun ummat
memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan
dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.
Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide
Somodirdjo, seorang guru Standart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk
memajukan Muhammadiyah, ia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat
terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada
para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya.
Gagasan Somodirdjo ini digulirkan datam bentuk menambah
pelajaran praktek kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan
bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di Standart School
Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan
erkumputan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart
School muhammadiyah. Perkumputan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan
dibentuknya Siswa Praja adatah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak,
dan memperdalam agama.
Pada awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah
Muhammadiyah yang ada, yaitu di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan
Kotagede. Seminggu sekali anggota SP Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting.
Setelah lima bulan berjalan, diadakan pemisahan antara anggota laki-laki dan
perempuan dalam SP. Kegiatan SP Wanita dipusatkan di rumah Haji Irsyad
(sekarang Musholla Aisyiyah Kauman). Kegiatan SP Wanita adatah pengajian,
berpidato, jama'ah subuh, membunyikan kentongan untuk membangunkan umat Islam
Kauman agar menjalankan kewajibannya yaitu shalat shubuh, mengadakan peringatan
hari-hari besar Islam, dan kegiatan keputrian.
Perkembangan SP cukup pesat. Kegiatan- kegiatan yang
dilakukannya mulai segmented dan terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus
Sa'adah diselenggerakan untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Aktivitas
Tajmilut Akhlak diadakan untuk anak-anak berumur 10-15 tahun. Dirasatul Bannat
diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah Maghrib bagi anak-anak kecil.
Jam'iatul Athfal dilaksanakan seminggu dua kali untuk anak- anak yang berumut
7-10 tahun. Sementara itu juga diselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu
butan sekali.
Kegiatan SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif
dalam metakukan emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu.
Kultur patriarkhis saat itu benar-benar mendomestifikasi wanita dalam
kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali melarang anak
perempuannya keluar rumah untuk aktifitas-aktifitas yang emansipatif. Namun
dengan munculnya SP Wanita, kultur patriarkhis dan feodal tersebut bisa
didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SP Wanita
membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan
ketrampilan.
Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi
urusan Aisyiyah. Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita
telah mampu mendirikan Bustanut Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak
taki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan
adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku
nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926,
kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta.
Pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18
memutuskan bahwa semua cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita
dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres
Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama gerakan dalam
Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena
cabang-cabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan (saat
itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan adanya
keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi'atul Aisyiyah
(NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah.
Tahun 1935 NA melaksanakan kegiatan yang semakin agresif
menurut ukuran saat itu. Mereka mengadakan shalat Jum'at bersama-sama, mengadakan
tabligh ke berbagai daerah, dan kursusadministrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan aktifitas yang tidak wajar dilaksanakan oleh wanita pada saat itu.
Pada Konggres Muhammadiyah ke-26 1938 di Yogyakarta
diputuskan bahwa Simbol Padi menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan
nyanyian Simbol Padi sebagai Mars NA. Perkembangan NA semakin pesat pada 1939
dengan diselenggarakannya Taman Aisyiyah yang mengakomodasikan potensi, minat,
dan bakat putri-putri NA untuk dikembangkan. Selain itu, Taman Aisyiyah juga
menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan
dibukukan dengan diberi nama Kumandang Nasyi'ah.
Pada masa sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang
mempengaruhi Indonesia membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat.
Organisasi NA mengalami kemacetan. NA hampir tidak terdengar lagi perannya di
tengah-tengah masyarakat. Baru setelah situasi mengijinkan, tahun 1950,
Muhammadiyah mengadakan Muktamar untuk mendinamisasikan gerak dan langkahnya.
Muktamar tersebut memutuskan bahwa Aisyiyah ditingkatkan menjadi otonom. NA
dijadikan bagian yang diistimewakan dalam Aisyiyah, sehingga terbentuk Pimpinan
Aisyiyah seksi NA di seluruh level pimpinan Aisyiyah. Dengan demikian, hat ini
berarti NA berhak mengadakan konferensi tersendiri.
Pada Muktamar Muhammadiyah di Palembang tahun 1957, dari
Muktamar Aisyiyah disampaikan sebuah prasaran untuk mengaktifkan anggota NA
yang pokok isinya mengharapkan kepada Aisyiyah untuk memberi hak otonom kepada
NA. Prasaran tersebut disampaikan oleh Baroroh. Selanjutnya pada Muktamar
Muhammadiyah di Jakarta pada tahun 1962, NA diberi kesempatan untuk mengadakan
musyawarah tersendiri. Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh NA
dengan menghasilkan rencana kerja yang tersistematis sebagai sebuah organisasi.
Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1963 diputuskan
status otonom untuk NA. Di bawah kepemimpinan Majetis Bimbingan Pemuda, NA
yang saat itu diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan
persiapan-persiapan untuk mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung.
Dengan didahului mengadakan konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan
munasnya pada tahun 1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah
di Bandung. Dalam Munas yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33
daerah dan 166 cabang dengan penuh semangat, akhirnya dengan secara
organisatoris NA berhasil mendapatkan status yang baru sebagai organisasi
otonom Muhammadiyah.
Prinsip Gerakan Nasyiatul Aisyiyah, sering juga
disebut Nasyiah, adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan
gerakan putri Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan
keputrian. Berikut adalah langkah perjalanan sejarah nasyatul aisyiah :
1.
Latar Belakang Sosio-Kultural
NA hadir di kalangan
Muhammadiyah berkat adanya suatu kesadaran religius yang positif tentang masa
depan dan kelangsungan cita-cita Muhammadiyah. Kesadaran ini menjadi wacana
organisasi untuk membangun generasi muda Islam untuk tetap eksis dan memegang
peran penting dalam perjuangan bangsa. Upaya ini amat bermanfaat bagi bangsa
Indonesia yang sedang menapaki tahap kebangkitan bangsa di awal abad XX.
Tuntutan sejarah inilah yang melatarbelakangi kelahiran NA sebagai wadah
pembinaan dan pendidikan generasi muda putri Islam.
Kondisi awal abad XX, bangsa
Indonesia sedang dihadapkan adanya upaya mempersatukan visi anak bangsa.
Kondisi ini telah dibaca para pemuka Muhammadiyah. Siswa Praja Wanita yang
merupakan embrio NA merupakan wadah dan wahana untuk menjalin persatuan di
antara anak bangsa. Nilai-nilai kejuangan dan kebersamaan selalu ditanamkan
kepada para anggota Siswa Praja Wanita sedari dini. Ukhuwah Islamiyah
diimplentasikan dalam kehidupan berbangsa agar jalinan persatuan lebih erat,
disamping kesamaan dalam penderitaan yang juga menjadi tali pemersatu.
Para petinggi Muhammadiyah
juga memprihatinkan atas kondisi moral bangsa Indonesia. Oleh karenanya melalui
Siswa Praja Wanita, Muhammadiyah juga berusaha untuk menanamkan dan
mensosialisasikan gerakan amar ma'ruf dan nahi munkar; memberantas Tahayul,
Bid'ah, dan Churafat (TBC); dan membangun akhlakul karimah di kalangan generasi
muda putri Islam. Kesadaran sosio-kultural dari para pemuka Muhammadiyah ini
didasari oleh fenomena masyarakat Indonesia, terutama di Jawa, yang cenderung
memelihara TBC. Marginalisasi ajaran Islam ini dikarenakan oleh proses
akulturasi Islam dengan budaya setempat yang tidak segera direformasi.
Akibatnya tata kehidupan dan sendi-sendi religius masyarakat tidak menampakkan
ciri kehidupan yang Islami.
Amar ma'ruf nahi munkar dan
ukhuwah Islmiyah telah menjadi senjata yang ampuh untuk membangun emosi
kesatuan anak bangsa dalam rangka mengusir penjajah. Kebangkitan bangsa
Indonesia merupakan modal utama untuk lebih mengefektifkan perjuangan secara
organisasional dan menyeluruh. Demi kepentingan bangsa, segala atribut
kepentingan pribadi dan golongan dikorbankan untuk membangun kebersamaan dan
kejuangan yang bersatu untuk mengusir kemunkaran.
2.
Proses Pendewasaan NA
Keberadaan NA yang dimulai
dari proses perintisan hingga menjadi organisasi otonom Muhammadiyah tidak
terlepas dari peran tokoh NA. Mereka berjuang untuk mengangkat NA sebagai salah
satu organisasi yang membina generasi muda putri Islam. Proses pendewasaan NA
hingga dipercaya untuk mengelola rumah tangganya sendiri mengalami proses tiga
tahap, yaitu : tahap perintisan, tahap pembinaan, dan tahap otonomi.
Masing-masing tahap, NA mempunyai jati diri yang berbeda-beda, sesuai dengan
usia, tingkat kedewasaan, dan tantangan zaman.
a. Tahap Perintisan
Embrio NA bermula dari idealisme
Somodirdjo yang memikirkan kelangsungan dan masa depan Muhammadiyah.
Menurutnya, kelangsung dan masa depan Muhammadiyah sangatlah bergantung pada
upaya pengkaderan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Untuk itu , menurut Riwayat
Singkat Nasyiatul ‘Aisyiyah dan Khittah Perjuangannya, bermula dari pemikiran
ini yang kemudian mendapat bantuan dari R.H. Hadjid, kepala guru agama di
Standart School Muhammadiyah, idealisime Somodirdjo ini kemudian dituangkan ke
dalam wadah/ diorganisasi yang dinamakan Siswa Praja pada tahun 1919. Wadah ini
merupakan organisasi yang menampung remaja putra dan putri Standart School
Muhammadiyah (p.7).
Mengingat urgensitas
perkumpulan ini, maka wadah ini kemudian disebarluaskan ke perbagai cabang dan
ranting Muhammadiyah. Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1919 telah
diadakan pemisahan antara Siswa Praja Putra dan Siswa Praja Putri. Setelah lima
bulan dari pemisahan ini, kemudian Siswa Praja Putri diserahkan kepada Siti
Wasilah sebagai Ketua, dan Umayah sebagai Wakil Ketua, sedang Penulis dan
Bendahari dipegang oleh Siti Juhainah dan Siti Zuhriyah. Dengan menggunakan
fasilitas tempat Haji Irsjad (Mushola 'Aisyiyah Kauman Yogyakarta sekarang)
Siswa Praja Wanita melaksanakan kegiatan-kegiatannya, seperti pengajian, berpidato,
jama'ah sholat, mengadakan peringatan hari besar Islam, kegiatan jaian
keputrian, dan lain-lain.
Pada awalnya, kegiatan yang
dilaksanakan Siswa Praja Wanita mengalami hambatan yang cukup serius. Para
orang tua siswa pada umumnya merasa keberatan untuk melepas putrinya guna
mengikuti tambahan pelajaran dan kegiatan keputrian yang diadakan oleh Siswa
Praja Wanita. Namun berkat kesabaran, ketekunan, dan kerja keras pengurus untuk
memberikan pengarahan kepada para orang tua, maka akhirnya mereka sadar dan mengerti
arti dan manfaat pelajaran tambahan dan kegiatan keputrian. Ini dibuktikan
dengan semakin bertambahnya ketrampilan praktis wanita, wawasan pengetahuann
dan keagamaan para Siswa Praja Wanita.
Atas dasar realitas seperti
itu, anggota Siswa Praja Wanita semakin hari semakin banyak. Bahkan anggotanya
berasal dari berbagai daerah. Kedatangan anggota Siswa Praja Wanita dari
berbagai daerah sangat membantu penyebarluasan (publication effect) dari
keberadaan perkumpulan ini. Setiap anggota Siswa Praja Wanita yang pulang ke
daerahnya, diwajibkan kepada mereka untuk mengamalkan dan menyebarluaskan
kemampuan dan ketrampilan teknisnya kepada remaja putri di kampungnya. Di
samping ini merupakan ibadah, penyebaran ini sangat membantu eksistensi dan
pengembangan Siswa Praja Wanita di masa datang.
Pada tahun 1924 segala macam
urusan dan keorganisasian Siswa Praja Wanita menjadi tanggung jawab 'Aisyiyah.
Untuk mengefektifkan Siswa Praja Wanita, 'Aisyiyah melakukan beberapa
terobosan, misalnya pada tahun 1925 Siswa Praja Wanita dibelikan sebuah rumah
sebagai pusat kegiatan; pada tahun 1926 aktivitas Siswa Praja Wanita dimuat di
Suara 'Aisyiyah. (Ibid., p.9). Terobosan ini merupakan upaya mengangkat
eksistensi SIswa Praja Wanita mendapat sambutan banyak. Hal ini dibuktikan
dengan semakin menyuburnya anggota Siswa Praja Wanita, dan tumbuhnya
cabang-cabang baru di beberapa daerah. Cabang Siswa Praja Wanita pertama adalah
Cabang Surakarta.
Semenjak Siswa Praja Wanita
dipegang oleh Siti Zuhriyah pada tahun 1929 telah diadakan kaderisasi, walaupun
masih bersifat sederhana. Yang perlu diperhatikan adalah idealisme Siti
Zuhriyah untuk memikirkan kelangsungan hidup organisasinya dengan melalui
pendidikan generasi muda. Ini memiliki makna yang dalam, bahwa secara
organisatoris nasib dan masa depan Siswa Praja Wanita sangat bergantung pada
keberhasilan kaderisasi. Hal ini juga bermanfaat untuk pemberdayaan Siswa Praja
Wanita untuk lebih meningkatkan peran sertanya di masyarakat.
b. Tahap Pembinaan
Sehubungan telah semakin
melebarnya sayap Siswa Praja Wanita, maka pada konggresnya ke-18 telah
disepakati bahwa setiap cabang 'Aisyiyah harus mendirikan Siswa Praja Wanita.
Hal ini merupakan upaya untuk meligitimasi posisi dan peran Siswa Praja Wanita
di dalam wadah 'Aisyiyah. Sesuai hasil konggres Muhammadiyah ke-20 pada tahun
1929 di Yogyakarta diputuskan bahwa semua gerakan di dalam tubuh Muhammadiyah
harus memakai istilah dalam bahasan Arab, maka Siswa Praja Wanita mengubah diri
menjadi NA. Nama baru yang disandang NA tidaklah mengubah visi dan misi
gerakannya, karena yang berubah hanyalah baju, sedang wadah dan isinya tetap
sama.
NA baru semakin hari semakin
menampakkan kegiatannya. Pada masa era kepemimpinan Siti Buchainah, telah
dilakukan kegiatan-kegiatan : shalat Jum,at secara jamaah, peningkatan dakwah
melalui kampung-kampung, dakwah luar kota, kursus administrasi (Ibid). Setiap
dakwah ke kampung-kampung dan ke luar kota, NA senantiasa membawa induk
organisasinya, yaitu Muhammadiyah. Hal ini bertujuan : 1. untuk mengenalkan
Muhammadiyah kepada masyarakat luas; 2. untuk mengenalkan posisi Nasyiatul
'Aisyiyah dalam organisasi Muhammadiyah yang turut bertanggung jawab mengemban
misi Muhammadiyah di bidang keputrian generasi muda.
Konggres Muhammadiyah ke-26 di
Yogyakarta pada tahun 1938 telah diambil keputusan tentang simbol padi sebagai
simbol NA. Pada tahun ini, Bp. Achyar Anies mengarang lagu simbol padi dan
kemudian dijadikan mars NA.
Ketika masa pendudukan Jepang
sampai masa revolusi kemerdekaan, organisasi Muhammadiyah dan ortomnya mengalami
stagnasi. Baru pada tahun 1950, suhu politik Indonesia sudah agak menurun,
Muhammadiyah mampu mengadakan muktamar di Yogyakarta. Muktamar ini bertujuan
untuk mempercepat laju dan langkah Muhammadiyah. Pada muktamar ini ada beberapa
perubahan yang fondamental, yaitu 'Aisyiyah diangkat menjadi organisasi otonom
Muhammadiyah. Kemudian NA dijadikan bagian yang diistimewakan oleh Pimpinan
Pusat 'Aisyiyah, sehingga NA diberi wewenang untuk mengelola dan memenej
organisasinya di seluruh nusantara (Ibid., p.10). Bahkan keisitimewaan NA
sampai pada diberi wewenang oleh 'Aisyiyah untuk mengadakan konferensi sendiri.
Sejak itu penampilan NA lebih
meyakinkan. Bagian NA di PP. 'Aisyiyah sering mengadakan peninjauan-peninjauan
ke daerah-daerah dalam rangka konsolidasi dan pembinaan NA Daerah. Pada tahun
1953, putri NA banyak yang diundang menghadiri Muktamar 'Aisyiyah di Purwokerto
untuk mendampingi 'Aisyiyah.
c. Tahap Otonomi
Proses otonomi NA dimulai pada
Muktamar 'Aisyiyah di Palembang tahun 1956,dimana NA dimunculkan suatu
pemikiran bahwa NA sebaiknya diberi hak otonom untuk mengelola, memenej, dan membentuk jati dirinya. Prasaran dari
Dra. Baroroh Baried ini belum mendapat respon yang serius. Kemudian pada
Muktamar 'Aisyiyah pada tahun 1959 di Yogyakarta, Bagian NA yang dipegang oleh
Zuhra Daris belum juga diberi hak otonom (Ibid). Ketika itu NA hanya diberi
keleluasaan oleh PP. 'Aisyiyah untuk mengembangkan kegiatannya.
Kesempatan ini dimanfaatkan
oleh NA mengembangkan diri guna menuju kedewasaannya. Iktikad ini disambut baik
oleh PP.'Aisyiyah dengan dibuktikan oleh diberinya kesempatan bermusyawaran
tersendiri. Pada Muktamar 'Aisyiyah di Jakarta tahun 1962 merupakan sinyalemen
bahwa NA harus dituntut untuk mulai memikirkan kebutuhan dan pengembangan
dirinya. Untuk itu pada kesempatan ini Bagian NA di bawah kepemimpinan Siti
Karimah membuat rencana kerja baru yang meliputi : kaderisasi, popularisasi NA,
pembinaan, dll. Semangat Jakarta ini betul-betul menjadi motivasi bagi NA untuk
membenahi diri dan membina rumah tangganya. Dan semangat Jakarta ini
betul-betul telah menjadi Nasyiatul 'Aisyiyah dewasa.
Pada sidang tanwir 1963 telah
disepakat bahwa NA diberi status otonom. Siti Karimah dan kawan-kawan mulai
mengadakan persiapan-periapan untuk mengadakan musyawarah pertamanya di
Bandung. Persiapan ini mendapat bimbingan dari majlis bimbingan pemuda. Sebelum
muktamar, terlebih dahulu diadakan konferensi NA di Solo. Konferensi ini
bertujuan untuk menyamakan visi dan misi NA; mempersiapkan program-program
kerja, penyusunan AD, berbagai hal yang berkaitan dengan keorganisasin, dll
(Ibid).
Berbekal hasil konferensi
Solo, NA berhasil menggelar Muktamar NA yang perdana di Bandung tahun 1965,
bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah. Dari muktamar ini ternyata menjadi
suatu hal yang surprise bagi NA, karena muktamar ini dihadiri oleh 66 daerah
dan 166 cabang. Kehadiran sejumlah muktamirin NA ini menjadikan Muhammadiyah
bangga, sehingga pada Muktamar Muhammadiyah ke .... ini secara resmi NA
mendapat status otonom dari Muhammadiyah. Secara organisatoris, NA telah
terlepas dari 'Aisyiyah dan mendapat pengawasan langsung dari Muhammadiyah.
2.3 Program
Nasyatul Aisyiyah, Arah dan Kebijaksanaan Bidang
Program
Program jangka panjang NA
bertujuan untuk "... membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi
agama, bangsa, dan negara menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridhoi Allah SWT" (Keputusan Musyawarah Nasional PP. Nasyiatul
'Aisyiyah II, 1995, p. 13). Menurut Musyawarah Nasional PP. NA II pada bulan
April 1995 telah diambil keputusan mengenai prioritas periode untuk program
jangka panjang NA. Prioritas
program NA adalah :
1. Prioritas periode 1 : Kaderisasi
(1985 - 1990) a
2. Prioritas periode 2 : Kemubalighatan
(1990 - 1995) b
3. Prioritas periode 3 : Kemasyarakatan
(1995 – 2000) c
4. Prioritas periode 4 : Kebangsaan
(2000 - 2005) d
5. Prioritas periode 5 :
Internasionalisasi (2005 - 2010) e
Pelaksanaan idealnya adalah sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan periode I (1985 - 1990)
: a
2. Pelaksanaan periode II (1990 - 1995)
: a,b
3. Pelaksanaan periode III (1995 -
2000) : a,b,c
4. Pelaksanaan periode IV (2000 - 2005)
: a,b,c,d
5. Pelaksanaan periode V (2005 - 2010)
: a,b,c,d,e
Program pelaksanaan yang
tercatat di atas dapat diartikan bahwa jika terdapat kekurangan dalam periode
yang satu, maka akan mewarnai pada periode selanjuutnya. Pelaksanaan program
jangka panjang ini bersifat akumulatif (menumpuk), namun frekunsinya akan
semakin berkurang. Dan yang menjadi stressing program adalah prioritas program
pada masing-masing periode.
Adapun yang dimaksud program
jangka pendek NA yaitu program NA yang dilaksanakan untuk satu periode dengan
memprioritaskan program-program yang dicanangkan dalam program jangka panjang.
Suatu program NA merupakan kelanjutan dan rangkaian program periode sebelumnya,
dan program ini yang menjadi dasar bagi pembuatan program selanjutnya setelah
diadakan evaulasi dan revisi. Secara garis besar program NA meliputi :
1. Bidang Konsolidasi Organisasi
2. Bidang Kaderisasi
3. Bidang Dakwah
4. Bidang Kemasyarakatan
5. Bidang Pengkajian
6. Kepribadian NA
Kebijakan NA (2008-2012) diarahkan pada:
"Pemantapan dan pengembangan sistem organisasi yang efektif dan
peningkatan capacity building kader Nasyiah dalam menggerakkan aksi-aksi
pendampingan terhadap permasalahan perempuan dan anak." Sebagai tolak ukur
bahwa arah periode ini tepat sasaran, maka disusunlah beberapa indikator
capaian tahapan sebagai berikut:
1. Terbentuknya kader Nasyiatul Aisyiyah yang memiliki
ketrampilan utama (core skill) dan kemampuan (capability) sebagai agen
perubahan dalam berdakwah dan bermasyarakat.
2. Terwujudnya sistem organisasi yang efektif dan
sustainable dari aspek manajemen dan administrasi, kepemimpinan, pendanaan,
komunikasi, serta pengelolaan program dan evaluasinya.
3. Menguatnya peran advokasi non-litigasi Nasyiah metalui
gerakan aksi pemberdayaanperempuan dan anak.
Kebijakan ini diterjemahkan dalam bidang-bidang garap
program Nasyiah. Bidang program merupakan bidang garapan/gerak program- program
Nasyiatul Aisyiyah yang mengacu pada AD/ART pasal 2, bahwa Nasyiatul Aisyiyah
adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah, merupakan gerakan putri Islam,
yang bergerak di bidang keperempuanan, kemasyarakatan, dan keagamaan. Karenanya
bidang garap NA adalah bidang keorganisasian, bidang keislaman, bidang
kaderisasi, dan bidang kemasyarakatan.
Tujuan dan strategi tiap-tiap bidang tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Bidang
keorganisasian
a. Tujuan:
Ø
Terciptanya
efektifitas sistem organisasi, media komunikasi dan informasi dalam rangka
menguatan eksistensi dan jaringan Nasyiah secara internal maupun eksternal.
Ø
Meningkatnya
kinerja pimpinan serta aktifitas anggota Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan
perempuan dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.
b. Strategi sistem organisasi, media komunikasi dan
informasi yang efektif :
Ø
Meningkatkan
efektivitas koordinasi dan komunikasi di setiap tingkat pimpinan dalam
melaksanakan program organisasi.
Ø
Mengoptimalkan
media informasi agar dapat menjadi sarana publikasi dan komunikasi baik untuk
kepentingan internal maupun eksternal.
Ø
Mengembangkan
jalinan kerjasama dan fundrising Nasyiatul Aisyiyah dengan lembaga lain di
dalam dan luar negeri.
Ø
Meningkatkan
efektifitas pelaksanaan mekanisme dan kebijakan organisasi
Ø
Menguatkan
jaringan struktur intern NasyiatulAisyiyah.
c. Strategi kinerja pimpinan:
Ø
Meneguhkan
komitmen pimpinan dalam berdakwah Islam metalui Nasyiatul Aisyiyah
Ø
Meningkatkan
ketrampilan pimpinan dalam mengelola program sehingga terwujud kelompok kerja
yang kokoh, profesional berlandaskan nilai-nilai Islam,
Ø
Memperluas
akses bagi anggota NA untuk meningkatkan pengetahuannya metatui program kerja
sama dengan pihak lain.
2.
Bidang
Kaderisasi
a. Tujuan : Terwujudnya kader Nasyiah yang dapat menghimpun,
mengembangkan, dan mendayagunakan potensi untuk aktif dalam menggerakkan
masyarakat berdasar nilai-nilai Islam.
b. Strategi:
Ø
Menjadikan
Sistem Perkaderan Nasyiatul Aisyiyah sebagai pedoman pendidikan kader dalam
mentranformasikan nilai-nilai ideologis gerakan.
Ø
Mengintensifkan
pembinaan potensi kader bagi keberlanjutan gerak organisasi.
Ø
Meningkatkan
peran kepeloporan dan kepemimpinan kader di dalam membantu memecahkan
permasalahan masyarakat.
3.
Bidang
Keislaman
a. Tujuan : Ditransformasikan dan dilaksanakannya
nilai-nilai Islam dalam pemikiran, sikap, dan perilaku di dalam kehidupan
pribadi, masyarakat berbangsa, dan bernegara.
b. Strategi:
Ø
Memantapkan
ideologi Muhammadiyah para anggota Nasyiatul Aisyiyah agarmempunyai kematangan
beragama dalam berfikir, berorganisasi dan berperilaku.
Ø
Mengintegrasikan
nilai-nilai Islam dalam mensikapi berbagai persoalan yang dihadapi ummat,
khususnya masalah keluarga, perempuan dan anak-anak
Ø
Meningkatkan
kemampuan berdakwah anggota NA dalam rangka syiar Islam.
4.
Bidang
Kemasyarakatan
a. Tujuan:
Ø
Peningkatan
gerak Nasyiah dalam mela kukan pendampingan terhadap persoalan perempuan
dan anak, utamanya dalam aspek ekonomi, sosial, dan
pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ø
Pengembangan
kepedulian NasyiatulAisyiyah dalam politik, budaya, kesehatan, dan lingkungan.
b. Strategi pendampingan ekonomi,
sosial, dan pendidikan:
Ø
Meningkatkan
ketrampilan para anggota Nasyiah dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah
ekonomi, sosial, dan pendidikan, yang dihadapi perempuan.
Ø
Meningkatkan
efektifitas peran NasyiatulAisyiyah dalam pengambilan kebijakanpublik yang
sensitif jender.
Ø
Memberdayakan
potensi ekonomi masyarakat lokal.
Ø
Meningkatkan
sensitivitas jender di lingkungan NasyiatulAisyiyah.
Ø
Membangun
NA sebagai gerakan belajar bagi perempuan, anak, dan keluarga khususnya
pada sektor pendidikan non formal.
c. Strategi pengembangan
kepedulian terhadap masalah politik, kesehatan dan lingkungan:
Ø
Mengembangkan
peran anggota Nasyiah dalam upaya-upaya resolusi konflik yang ditimbulkan oleh
proses demokratisasi, integrasi sosial, budaya dan agama di tingkatannya
masing-masing.
Ø
Meningkatkan
kepedulian anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap isu kesehatan reproduksi dalam
keluarga.
Ø
Membangun
kesadaran anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap kelestarian lingkungan hidup.
2.4 Jaringan Struktural
Nasyatul Aisyiyah
Susunan organisasi NA dibuat secara berjenjang dari
tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan
tingkat Ranting. Pimpinan Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang
lingkup nasional. PimpinanWilayah adalah kesatuan daerah-daerah dalam tingkat
propinsi atau daerah tingkat I. Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang-cabang
dalam tingkat kabupaten/kota. Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan
ranting-ranting dalam satu kecamatan. Pimpinan Ranting adalah kesatuan
anggota-anggota dalam satu sekolah, desa/ kelurahan atau tempat lainnya. Saat
ini, Nasyiatul Aisyiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Struktur Organisasi NA
|
|
1.
|
2.
|
|
|
|
3.
|
Untuk struktur organisasi Nasyiatul 'Aisyiyah, menurut Anggaran Dasar
Nasyiatul 'Aisyiyah pasal 14 dinyatakan bahwa Pimpinan Pusat/ Pimpinan Wilyah/
Pimpinan Daerah NA membentuk Departemen sebagai badan pembantu pimpinan (ayat
1). Dan Pimpinan Cabang/ Pimpinan Ranting membentuk Seksi-seksi sebagai
pembantu untuk melaksanakan dan memelihara usaha-usaha organisasi (ayat 2).
Rincian struktur ini lebih diperjelas pada pasal 16 ayat 1 Anggaran Rumah
Tangga Nasyiatul 'Aisyiyah, yaitu dalam NA :
1.
Bidang Konsolidasi Organisasi
2.
Bidang Kaderisasi
3.
Bidang Dakwah/keislaman
4.
Bidang Kemasyarakatan
5.
Bidang Pengkajian
6.
Kepribadian NA
Untuk daerah
Kota Metro, yaitu :
2.5 Isu-isu
Strategis Nasyatul Aisyiyah
1.
Sistem
dan pengelolaan organisasi yang efektif dan responsif terhadap situasi
lingkungan keluarga, masyarakat, negara dan internasional.
2.
Jaringan struktur Nasyiatul Aisyiyah
sampai tingkat cabang dan ranting yang kuat.
3.
Ideologi jender dan responsif jender
perspektif Nasyiatul Aisyiyah
4.
Kuantitas dan kualitas kader Nasyiah
yang memiliki komitmen dan serta kemampuan berorganisasi.
5.
Pengembangan fundrising demi
kemandirianorganisasi.
6.
Pendampingan anak dan perempuan putus
sekolah, perempuan miskin baik secara ekonomi, ketrampilan maupun spiritual,
dengan berbasis lokalitas.
7.
Keterlibatan Nasyiatul Aisyiyah datam
upaya resolusi konflik berbasis SARA.
8.
Media bagi syiar Nasyiatul Aisyiyah
9.
Penyiapan
kader Nasyiah untuk peran pengambilan kebijakan publik.
2.6 Cita-cita
Nasyiatul Aisyiyah 2020
Nasyiatul Aisyiyah periode 2004-2008 mencanangkan
cita-cita NA 2020. Pada tahun 2020 diharapkan NasyiatulAisyiyah mampu
mewujudkan:
1. Kualifikasi kader bangsa dan kader umat yang berpikir
terbuka, memiliki etos kerja yang tinggi, istigomah, dan komitmen yang tinggi
terhadap perjuangan dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.
2. Organisasi NA menjadi organisasi yang profesional,
berkembang secara kuantitas sesuai dengan pengembangan dan pemekaran wilayah
Indonesia serta memiliki pengaruh terhadap dunia nasional maupun internasional.
3. Berbagai sumber pembelajaran untuk keluarga (family
learning centre), antara lain berupa lembaga yang memberikan perlindungan dan
pendampingan terhadap permasalahan anakdan perempuan.
NA sebagai gerakan putri Islam
dalam mencapai tujuannya melalui dengan beberapa periodisasi. Masing-masing
periode memiliki prioritas dan spesialisasi program yang berbentuk program
jangka pendek. Sedang untuk program jangka panjang NA berjangka waktu 25 tahun,
dan telah dipahami bahwa masing-masing periode waktu mempunyai prioritas program
yang berkaitan dan saling tergantung (interdependensi program).
2.7 Dasar Matan Kepribadian NA
Sebagai ruh organisasi
dan sikap-perilaku anggota NA, Matan Kepribadian NA disusun dan dirumuskan atas
dasar prinsip :
1. Muqaddimah Anggaran Dasar NA, yang
memuat prinsip-prinsip dasar usaha dan perjuangan NA.
2. Anggara Dasar Bab I Pasal 1 tentang
nama, identitas dan kedudukan yang mencerminkan hakekat dan missi NA, sebagai
organisasi otonom dan kader dalam Persyarikatan Muhammadiyah/ 'Aisyiyah, serta
sebagai kader umat dan bangsa.
3. Anggaran Dasar Bab II Pasal 3 tentang
maksud dan tujuan NA.
4. Anggaran Dasar Bab II Pasal 4 tentang
usaha yang harus dilakukan oleh NA untuk mencapai tujuannya.
Dasar usaha dan perjuangan di
atas dapat diartikan bahwa NA memiliki prinsip :
1. Hidup Manusia harus berdasar tauhid,
ibadah, dan taat kepada Allah SWT.
2. Menunaikan segala kewajiban agama, negara,
dan bangsa untuk menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang diridhoi Allah
SWT.
3. Menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
ikhlas dalam beramal shalih, dan memiliki akhlakul karimah. Menegaskan gerakan
dakwah amar ma'ruf nahi munkar, seperti yang dicita-citakan Persyarikatan
Muhammadiyah.
Secara esensi, dasar
perjuangan matan Kepribadian NA merupakan upaya untuk membentuk anggota NA dan
organisasi sebagai pelopor dan penerus perjuangan Persyarikatan. Inilah yang
menjadi hakekat dan missi NA yang memperjuangkan dan membina putri Islam.
Artinya NA berusaha menggerakkan putri-putri Islam untuk memahami dan
mengamalkan ajaran Islam, serta mengajak dan mengarahkan orang lain sesuai
dengan kehendak Al Qur'an dan As Sunnah, yaitu terciptanya masyarakat putri
Islam yang mampu mengimplementasikan akhlakul karimah.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Nasyiatul
Aisyiah adalah merupakan organisasi otonom yang bergerak di bidang keagamaan,
kemasyarakatan, dan keputrian. Semboyan Nasyiatul Aisyiah yaitu Al Birru Manittaqo yang artinya
kebajikan itu bagi orang yang selalu waspada. Maksud dan tujuan termaktub pada
anggaran Dasar NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan
penyempurna gerakan Muhammadiyah.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar