Senin, 27 April 2015

Makalah Nasyiatul Aisyiyah



TUGAS KELOMPOK 1
Nasyiatul Aisyiyah

Oleh :
                              1.   Agil Riyanti                            NPM 11210097
                              2.   Ahmad Rismun                     NPM 11210073
                              3.   Fajri Arif Wibawa                NPM 11210082
                              4.   Iwan Sanjaya                         NPM 11210083
                              5.   Nur Jannah                           NPM 11210059
                              6.   Vida Puspita Jati                   NPM11210067
                              7.   Yastuti Andriyani                 NPM 11210069

                                    Prodi                     :     Pendidikan Ekonomi
                                    Matakuliah          :     Teori Organisasi
                                    Dosen                    :     H. Komarudin M. Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
            Alhamdulilahi robil alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami kelompok 1  dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1.      H. Komarudin M. Pd. selaku dosen pengampu matakuliah teori organisasi.
2.      Teman-teman kelompok 1 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.
3.      Kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami.
4.      Semua pihak yang  telah berkenan memberikan bantuan-bantuan.
            Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................  i
Kata Pengantar ...............................................................................................  ii
Daftar Isi ........................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................  1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................  1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................  1
1.4 Manfaat ..............................................................................................  2
1.5 Metode Pencarian Materi ...................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................  3
2.1 Nasyatul Aisyiyah ..............................................................................  3
2.2 Sejarah Berdirinya Nasyatul Aisyiyah ...............................................  5
2.3 Program, Arah dan Kebijakan Bidang Nasyatul Aisyiyah ................  16
2.4 Jaringan Struktur Organisasi Nasyatul Aisyiyah ...............................  20
2.5 Isu-isu Strategi Nasyatul Aisyiyah ....................................................  23
2.6 Cita-cita NA 2020 .............................................................................  23
2.7 Dasar Matan Kepribadian NA ..........................................................  25
BAB III KESIMPULAN .............................................................................  26
3.1 Kesimpulan ........................................................................................  26
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi remaja puteri yang dipersiapkan untuk menjadi bibit Aisyiyah yang akan meneruskan & menyempurnakan amal usaha Aisyiyah. Berdiri pada tahun 1919 dikampung kamuan yogyakarta. Dikhususkan untuk anak-anak putri yang bernama “siswo proyo wanito (SPW)”. Pada 1931 SPW menjadi bagian aisyiah dan berganti nama menjadi “Nasyiatul Asyiah”. Organisasi ini di pelopori oleh Pelopor  Somodirdjo. Organisasi ini sebagai gerakan pendukung organisasi Muhammadiyah. Organisasi ini saat ini sudah berkembang, oleh karena itu kita perlu mengetahui lebih dalam tentang nasyatul asyiyah.
1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
  1. Apa itu nasyatul aisyiyah?
  2. Bagaimana sejarah berdirinya nasyatul aisyiyah?
  3. Bagaimana program, arah dan kebijakan bidang program nasyatul aisyiyah?
  4. Bagaimana jaringan struktur nasyatul aisyiyah?
  5. Bagaimana strategi nasyatul aisyiyah?
  6. Bagaimana bagaimana cita-cita nasyatul aisyiyah?
  7. Bagaimana dasar matan kepribadian NA?
1.3       Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu nasyatul aisyiyah.
2.      Untuk mngetahui sejarah berdirinya nasyatul aisyiyah.
3.      Untuk mengetahui bagaimana program, arah dan kebijakan bidang program nasyatul aisyiyah.
4.      Untuk mengetahui bagaimana jaringan struktur nasyatul aisyiyah.
5.      Untuk mengetahui strategi nasyatul aisyiyah.
6.      Untuk mengetahui bagaimana bagaimana cita-cita nasyatul aisyiyah.
7.      Untuk mengetahui bagaimana dasar matan kepribadian NA.
1.4       Manfaat
1.      Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
2.      Memberikan informasi bagi pembaca.
3.      Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

1.5       Metode Pencarian Materi
Penulis dalam mencari materi menggunakan metode kajian pustaka yaitu mencari dengan cara datang langsung pada narasumber dan mencari di internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Nasyatul Aisyiyah
Nasyiatul Aisyiah adalah merupakan organisasi otonom yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan keputrian. NA tetap mengedepankan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar seperti yang diamanatkan oleh oleh Muhammadiyah. Tugas luhur ini dilakukan baik secara kolektif organisasional maupun secara individu oleh personil-personil NA. Nasyiatul Aisyiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 28 Dzulhijjah 1349 H. bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1931 M., berkedudukan di Yogyakarta, tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Semboyan Nasyiatul Aisyiah yaitu Al Birru Manittaqo yang artinya kebajikan itu bagi orang yang selalu waspada. Maksud dan tujuan termaktub pada anggaran Dasar NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang berguna bagi agama, bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah. Berikut visi dan misi nasyatul aisyiyah :
1.      Visi Nasyiatul Aisyiyah
Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan putri Islam merupakan organisasi kader yang dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar, senantiasa memiliki keterkaitan pada pencerahan dan pemebrdayaan perempuan menuju perwujudan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2.      Misi Nasyiatul Aisyiyah
Ø  Melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dalam membina putri Islam yang berarti bagi agama, bangsa dan negara, menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ø  Melaksanakan pencerahan dan pemberdayaan perempuan menuju masyarakat yang menjunjung tinggi harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
Ø  Menyelenggarakan amal usaha dan meningkatkan peran Nasyiatul Aisyiyah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
Lambang NA
Adapun arti dalam lambang NA antara lain :
1.      Makna padi adalah semakin berisi semakin menunduk, bahwa setia anggota NA makin memperoleh ilmu pengetahuna semakin menjadi manusia yang taat pada hukum-hukum yang berlaku.Padi juga melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
2.      Makna 12butir padi adalah setiap anggota NA senantiasa berbuat kebijakan sepanjang tahun yang berjumlah 12bulan.
3.      Makna 4daun sepasang keatas sepasang kebawah “patah tumbuh, hilang berganti”
4.      Makna semboyan tulisan arab al birru manittka petikan dari potongan ayat 189 surah Al-Baqarah, bahwa sebenar-benarnya kebajikan dan keutamaan, predikat termulia bagi seseorang adalah terletak pada teqwanya kepada Allah SWT.

Tujuan organisasi ini ialah membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, keluarga dan bangsa menuju terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1.      Menanamkan Al-Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis sesuai dengan jiwa Muhammadiyah kepada anggota-anggotanya sebagai dasar pendidikan putri dan sebagai pedoman berjuang.
2.      Mendidik anggota-anggotanya agar memiliki kepribadian putri Islam.
3.      Mendidik anggota-anggotanya untuk mengembangkan ketrampilan dan keaktifannya sebagai seorang putri serta mengamalkannya sesuai  dengan tuntunan Islam.
4.      Mendidik dan membina kader-kader pimpinan untuk kepentingan agama, organisasi dan masyarakat.
5.      Mendidik anggota-anggotanya untuk menjadi mubalighat motivator yang baik.
6.      Meningkatkan fungsi Nasyiah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha    Muhammadiyah/Aisyiyah.
7.      Membina ukhuwah Islamiyah.
8.      Usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan  organisasi.
2.2       Sejarah Berdirinya Nasyatul Aisyiyah
Berdirnya Nasyatul Aisyiyah juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memperhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun ummat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.
Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guru Standart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya.
Gagasan Somodirdjo ini digulirkan datam bentuk menambah pelajaran praktek kepada para  muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan  erkumputan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart School muhammadiyah. Perkumputan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa Praja adatah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan memperdalam agama.
Pada awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota SP Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan berjalan, diadakan pemisahan antara anggota laki-laki dan perempuan dalam SP. Kegiatan SP Wanita dipusatkan di rumah Haji Irsyad (sekarang Musholla Aisyiyah Kauman). Kegiatan SP Wanita adatah pengajian, berpidato, jama'ah subuh, membunyikan kentongan untuk membangunkan umat Islam Kauman agar menjalankan kewajibannya yaitu shalat shubuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, dan kegiatan keputrian.
Perkembangan SP cukup pesat. Kegiatan- kegiatan yang dilakukannya mulai segmented dan terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah diselenggerakan untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilut Akhlak diadakan untuk anak-anak berumur 10-15 tahun. Dirasatul Bannat diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah Maghrib bagi anak-anak kecil. Jam'iatul Athfal dilaksanakan seminggu dua kali untuk anak- anak yang berumut 7-10 tahun. Sementara itu juga diselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu butan sekali.
Kegiatan SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif dalam metakukan emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarkhis saat itu benar-benar mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktifitas-aktifitas yang emansipatif. Namun dengan munculnya SP Wanita, kultur patriarkhis dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SP Wanita membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan.
Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah. Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita telah mampu mendirikan Bustanut Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak taki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926, kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta.
Pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semua cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab  atau bahasa Indonesia, karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah banyak yang  didirikan (saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah.
Tahun 1935 NA melaksanakan kegiatan yang semakin agresif menurut ukuran saat itu. Mereka mengadakan shalat Jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh ke berbagai daerah, dan kursusadministrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan aktifitas yang tidak wajar dilaksanakan oleh wanita pada saat itu.
Pada Konggres Muhammadiyah ke-26 1938 di Yogyakarta diputuskan bahwa Simbol Padi menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan nyanyian Simbol Padi sebagai Mars NA. Perkembangan NA semakin pesat pada 1939 dengan diselenggarakannya Taman Aisyiyah yang mengakomodasikan potensi, minat, dan bakat putri-putri NA untuk dikembangkan. Selain itu, Taman Aisyiyah juga menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama Kumandang Nasyi'ah.
Pada masa sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang mempengaruhi Indonesia membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat. Organisasi NA mengalami kemacetan. NA hampir tidak terdengar lagi perannya di tengah-tengah masyarakat. Baru setelah situasi mengijinkan, tahun 1950, Muhammadiyah mengadakan Muktamar untuk mendinamisasikan gerak dan langkahnya. Muktamar tersebut memutuskan bahwa Aisyiyah ditingkatkan menjadi otonom. NA dijadikan bagian yang diistimewakan dalam Aisyiyah, sehingga terbentuk Pimpinan Aisyiyah seksi NA di seluruh level pimpinan Aisyiyah. Dengan demikian, hat ini berarti NA berhak mengadakan konferensi tersendiri.
Pada Muktamar Muhammadiyah di Palembang tahun 1957, dari Muktamar Aisyiyah disampaikan sebuah prasaran untuk mengaktifkan anggota NA yang pokok isinya mengharapkan kepada Aisyiyah untuk memberi hak otonom kepada NA. Prasaran tersebut disampaikan oleh Baroroh. Selanjutnya pada Muktamar Muhammadiyah di Jakarta pada tahun 1962, NA diberi kesempatan untuk mengadakan musyawarah tersendiri. Kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh NA dengan menghasilkan rencana kerja yang tersistematis sebagai sebuah organisasi.
Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1963 diputuskan status otonom untuk NA. Di bawah kepemimpinan Majetis Bimbingan Pemuda, NA yang  saat itu diketuai oleh Siti Karimah mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung. Dengan didahului mengadakan konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan munasnya pada tahun 1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bandung. Dalam Munas yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33 daerah dan 166 cabang dengan penuh semangat, akhirnya dengan secara organisatoris NA berhasil mendapatkan status yang baru sebagai organisasi otonom Muhammadiyah.
Prinsip Gerakan  Nasyiatul Aisyiyah, sering juga disebut Nasyiah, adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian. Berikut adalah langkah perjalanan sejarah nasyatul aisyiah :
1.      Latar Belakang Sosio-Kultural
NA hadir di kalangan Muhammadiyah berkat adanya suatu kesadaran religius yang positif tentang masa depan dan kelangsungan cita-cita Muhammadiyah. Kesadaran ini menjadi wacana organisasi untuk membangun generasi muda Islam untuk tetap eksis dan memegang peran penting dalam perjuangan bangsa. Upaya ini amat bermanfaat bagi bangsa Indonesia yang sedang menapaki tahap kebangkitan bangsa di awal abad XX. Tuntutan sejarah inilah yang melatarbelakangi kelahiran NA sebagai wadah pembinaan dan pendidikan generasi muda putri Islam.
Kondisi awal abad XX, bangsa Indonesia sedang dihadapkan adanya upaya mempersatukan visi anak bangsa. Kondisi ini telah dibaca para pemuka Muhammadiyah. Siswa Praja Wanita yang merupakan embrio NA merupakan wadah dan wahana untuk menjalin persatuan di antara anak bangsa. Nilai-nilai kejuangan dan kebersamaan selalu ditanamkan kepada para anggota Siswa Praja Wanita sedari dini. Ukhuwah Islamiyah diimplentasikan dalam kehidupan berbangsa agar jalinan persatuan lebih erat, disamping kesamaan dalam penderitaan yang juga menjadi tali pemersatu.
Para petinggi Muhammadiyah juga memprihatinkan atas kondisi moral bangsa Indonesia. Oleh karenanya melalui Siswa Praja Wanita, Muhammadiyah juga berusaha untuk menanamkan dan mensosialisasikan gerakan amar ma'ruf dan nahi munkar; memberantas Tahayul, Bid'ah, dan Churafat (TBC); dan membangun akhlakul karimah di kalangan generasi muda putri Islam. Kesadaran sosio-kultural dari para pemuka Muhammadiyah ini didasari oleh fenomena masyarakat Indonesia, terutama di Jawa, yang cenderung memelihara TBC. Marginalisasi ajaran Islam ini dikarenakan oleh proses akulturasi Islam dengan budaya setempat yang tidak segera direformasi. Akibatnya tata kehidupan dan sendi-sendi religius masyarakat tidak menampakkan ciri kehidupan yang Islami.
Amar ma'ruf nahi munkar dan ukhuwah Islmiyah telah menjadi senjata yang ampuh untuk membangun emosi kesatuan anak bangsa dalam rangka mengusir penjajah. Kebangkitan bangsa Indonesia merupakan modal utama untuk lebih mengefektifkan perjuangan secara organisasional dan menyeluruh. Demi kepentingan bangsa, segala atribut kepentingan pribadi dan golongan dikorbankan untuk membangun kebersamaan dan kejuangan yang bersatu untuk mengusir kemunkaran.
2.      Proses Pendewasaan NA
Keberadaan NA yang dimulai dari proses perintisan hingga menjadi organisasi otonom Muhammadiyah tidak terlepas dari peran tokoh NA. Mereka berjuang untuk mengangkat NA sebagai salah satu organisasi yang membina generasi muda putri Islam. Proses pendewasaan NA hingga dipercaya untuk mengelola rumah tangganya sendiri mengalami proses tiga tahap, yaitu : tahap perintisan, tahap pembinaan, dan tahap otonomi. Masing-masing tahap, NA mempunyai jati diri yang berbeda-beda, sesuai dengan usia, tingkat kedewasaan, dan tantangan zaman.

a.      Tahap Perintisan
Embrio NA bermula dari idealisme Somodirdjo yang memikirkan kelangsungan dan masa depan Muhammadiyah. Menurutnya, kelangsung dan masa depan Muhammadiyah sangatlah bergantung pada upaya pengkaderan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Untuk itu , menurut Riwayat Singkat Nasyiatul ‘Aisyiyah dan Khittah Perjuangannya, bermula dari pemikiran ini yang kemudian mendapat bantuan dari R.H. Hadjid, kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, idealisime Somodirdjo ini kemudian dituangkan ke dalam wadah/ diorganisasi yang dinamakan Siswa Praja pada tahun 1919. Wadah ini merupakan organisasi yang menampung remaja putra dan putri Standart School Muhammadiyah (p.7).
Mengingat urgensitas perkumpulan ini, maka wadah ini kemudian disebarluaskan ke perbagai cabang dan ranting Muhammadiyah. Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1919 telah diadakan pemisahan antara Siswa Praja Putra dan Siswa Praja Putri. Setelah lima bulan dari pemisahan ini, kemudian Siswa Praja Putri diserahkan kepada Siti Wasilah sebagai Ketua, dan Umayah sebagai Wakil Ketua, sedang Penulis dan Bendahari dipegang oleh Siti Juhainah dan Siti Zuhriyah. Dengan menggunakan fasilitas tempat Haji Irsjad (Mushola 'Aisyiyah Kauman Yogyakarta sekarang) Siswa Praja Wanita melaksanakan kegiatan-kegiatannya, seperti pengajian, berpidato, jama'ah sholat, mengadakan peringatan hari besar Islam, kegiatan jaian keputrian, dan lain-lain.
Pada awalnya, kegiatan yang dilaksanakan Siswa Praja Wanita mengalami hambatan yang cukup serius. Para orang tua siswa pada umumnya merasa keberatan untuk melepas putrinya guna mengikuti tambahan pelajaran dan kegiatan keputrian yang diadakan oleh Siswa Praja Wanita. Namun berkat kesabaran, ketekunan, dan kerja keras pengurus untuk memberikan pengarahan kepada para orang tua, maka akhirnya mereka sadar dan mengerti arti dan manfaat pelajaran tambahan dan kegiatan keputrian. Ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya ketrampilan praktis wanita, wawasan pengetahuann dan keagamaan para Siswa Praja Wanita.
Atas dasar realitas seperti itu, anggota Siswa Praja Wanita semakin hari semakin banyak. Bahkan anggotanya berasal dari berbagai daerah. Kedatangan anggota Siswa Praja Wanita dari berbagai daerah sangat membantu penyebarluasan (publication effect) dari keberadaan perkumpulan ini. Setiap anggota Siswa Praja Wanita yang pulang ke daerahnya, diwajibkan kepada mereka untuk mengamalkan dan menyebarluaskan kemampuan dan ketrampilan teknisnya kepada remaja putri di kampungnya. Di samping ini merupakan ibadah, penyebaran ini sangat membantu eksistensi dan pengembangan Siswa Praja Wanita di masa datang.
Pada tahun 1924 segala macam urusan dan keorganisasian Siswa Praja Wanita menjadi tanggung jawab 'Aisyiyah. Untuk mengefektifkan Siswa Praja Wanita, 'Aisyiyah melakukan beberapa terobosan, misalnya pada tahun 1925 Siswa Praja Wanita dibelikan sebuah rumah sebagai pusat kegiatan; pada tahun 1926 aktivitas Siswa Praja Wanita dimuat di Suara 'Aisyiyah. (Ibid., p.9). Terobosan ini merupakan upaya mengangkat eksistensi SIswa Praja Wanita mendapat sambutan banyak. Hal ini dibuktikan dengan semakin menyuburnya anggota Siswa Praja Wanita, dan tumbuhnya cabang-cabang baru di beberapa daerah. Cabang Siswa Praja Wanita pertama adalah Cabang Surakarta.
Semenjak Siswa Praja Wanita dipegang oleh Siti Zuhriyah pada tahun 1929 telah diadakan kaderisasi, walaupun masih bersifat sederhana. Yang perlu diperhatikan adalah idealisme Siti Zuhriyah untuk memikirkan kelangsungan hidup organisasinya dengan melalui pendidikan generasi muda. Ini memiliki makna yang dalam, bahwa secara organisatoris nasib dan masa depan Siswa Praja Wanita sangat bergantung pada keberhasilan kaderisasi. Hal ini juga bermanfaat untuk pemberdayaan Siswa Praja Wanita untuk lebih meningkatkan peran sertanya di masyarakat.
b.      Tahap Pembinaan
Sehubungan telah semakin melebarnya sayap Siswa Praja Wanita, maka pada konggresnya ke-18 telah disepakati bahwa setiap cabang 'Aisyiyah harus mendirikan Siswa Praja Wanita. Hal ini merupakan upaya untuk meligitimasi posisi dan peran Siswa Praja Wanita di dalam wadah 'Aisyiyah. Sesuai hasil konggres Muhammadiyah ke-20 pada tahun 1929 di Yogyakarta diputuskan bahwa semua gerakan di dalam tubuh Muhammadiyah harus memakai istilah dalam bahasan Arab, maka Siswa Praja Wanita mengubah diri menjadi NA. Nama baru yang disandang NA tidaklah mengubah visi dan misi gerakannya, karena yang berubah hanyalah baju, sedang wadah dan isinya tetap sama.
NA baru semakin hari semakin menampakkan kegiatannya. Pada masa era kepemimpinan Siti Buchainah, telah dilakukan kegiatan-kegiatan : shalat Jum,at secara jamaah, peningkatan dakwah melalui kampung-kampung, dakwah luar kota, kursus administrasi (Ibid). Setiap dakwah ke kampung-kampung dan ke luar kota, NA senantiasa membawa induk organisasinya, yaitu Muhammadiyah. Hal ini bertujuan : 1. untuk mengenalkan Muhammadiyah kepada masyarakat luas; 2. untuk mengenalkan posisi Nasyiatul 'Aisyiyah dalam organisasi Muhammadiyah yang turut bertanggung jawab mengemban misi Muhammadiyah di bidang keputrian generasi muda.
Konggres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta pada tahun 1938 telah diambil keputusan tentang simbol padi sebagai simbol NA. Pada tahun ini, Bp. Achyar Anies mengarang lagu simbol padi dan kemudian dijadikan mars NA.
Ketika masa pendudukan Jepang sampai masa revolusi kemerdekaan, organisasi Muhammadiyah dan ortomnya mengalami stagnasi. Baru pada tahun 1950, suhu politik Indonesia sudah agak menurun, Muhammadiyah mampu mengadakan muktamar di Yogyakarta. Muktamar ini bertujuan untuk mempercepat laju dan langkah Muhammadiyah. Pada muktamar ini ada beberapa perubahan yang fondamental, yaitu 'Aisyiyah diangkat menjadi organisasi otonom Muhammadiyah. Kemudian NA dijadikan bagian yang diistimewakan oleh Pimpinan Pusat 'Aisyiyah, sehingga NA diberi wewenang untuk mengelola dan memenej organisasinya di seluruh nusantara (Ibid., p.10). Bahkan keisitimewaan NA sampai pada diberi wewenang oleh 'Aisyiyah untuk mengadakan konferensi sendiri.
Sejak itu penampilan NA lebih meyakinkan. Bagian NA di PP. 'Aisyiyah sering mengadakan peninjauan-peninjauan ke daerah-daerah dalam rangka konsolidasi dan pembinaan NA Daerah. Pada tahun 1953, putri NA banyak yang diundang menghadiri Muktamar 'Aisyiyah di Purwokerto untuk mendampingi 'Aisyiyah.
c.       Tahap Otonomi
Proses otonomi NA dimulai pada Muktamar 'Aisyiyah di Palembang tahun 1956,dimana NA dimunculkan suatu pemikiran bahwa NA sebaiknya diberi hak otonom untuk mengelola, memenej, dan membentuk jati dirinya. Prasaran dari Dra. Baroroh Baried ini belum mendapat respon yang serius. Kemudian pada Muktamar 'Aisyiyah pada tahun 1959 di Yogyakarta, Bagian NA yang dipegang oleh Zuhra Daris belum juga diberi hak otonom (Ibid). Ketika itu NA hanya diberi keleluasaan oleh PP. 'Aisyiyah untuk mengembangkan kegiatannya.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh NA mengembangkan diri guna menuju kedewasaannya. Iktikad ini disambut baik oleh PP.'Aisyiyah dengan dibuktikan oleh diberinya kesempatan bermusyawaran tersendiri. Pada Muktamar 'Aisyiyah di Jakarta tahun 1962 merupakan sinyalemen bahwa NA harus dituntut untuk mulai memikirkan kebutuhan dan pengembangan dirinya. Untuk itu pada kesempatan ini Bagian NA di bawah kepemimpinan Siti Karimah membuat rencana kerja baru yang meliputi : kaderisasi, popularisasi NA, pembinaan, dll. Semangat Jakarta ini betul-betul menjadi motivasi bagi NA untuk membenahi diri dan membina rumah tangganya. Dan semangat Jakarta ini betul-betul telah menjadi Nasyiatul 'Aisyiyah dewasa.
Pada sidang tanwir 1963 telah disepakat bahwa NA diberi status otonom. Siti Karimah dan kawan-kawan mulai mengadakan persiapan-periapan untuk mengadakan musyawarah pertamanya di Bandung. Persiapan ini mendapat bimbingan dari majlis bimbingan pemuda. Sebelum muktamar, terlebih dahulu diadakan konferensi NA di Solo. Konferensi ini bertujuan untuk menyamakan visi dan misi NA; mempersiapkan program-program kerja, penyusunan AD, berbagai hal yang berkaitan dengan keorganisasin, dll (Ibid).
Berbekal hasil konferensi Solo, NA berhasil menggelar Muktamar NA yang perdana di Bandung tahun 1965, bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah. Dari muktamar ini ternyata menjadi suatu hal yang surprise bagi NA, karena muktamar ini dihadiri oleh 66 daerah dan 166 cabang. Kehadiran sejumlah muktamirin NA ini menjadikan Muhammadiyah bangga, sehingga pada Muktamar Muhammadiyah ke .... ini secara resmi NA mendapat status otonom dari Muhammadiyah. Secara organisatoris, NA telah terlepas dari 'Aisyiyah dan mendapat pengawasan langsung dari Muhammadiyah.



2.3       Program Nasyatul Aisyiyah, Arah dan Kebijaksanaan Bidang
Program
Program jangka panjang NA bertujuan untuk "... membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, bangsa, dan negara menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT" (Keputusan Musyawarah Nasional PP. Nasyiatul 'Aisyiyah II, 1995, p. 13). Menurut Musyawarah Nasional PP. NA II pada bulan April 1995 telah diambil keputusan mengenai prioritas periode untuk program jangka panjang NA. Prioritas program NA adalah :
1.      Prioritas periode 1 : Kaderisasi (1985 - 1990)            a
2.      Prioritas periode 2 : Kemubalighatan (1990 - 1995)   b
3.      Prioritas periode 3 : Kemasyarakatan (1995 – 2000)  c
4.      Prioritas periode 4 : Kebangsaan (2000 - 2005)          d
5.      Prioritas periode 5 : Internasionalisasi (2005 - 2010)  e
Pelaksanaan idealnya adalah sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan periode I (1985 - 1990) : a
2.      Pelaksanaan periode II (1990 - 1995) : a,b
3.      Pelaksanaan periode III (1995 - 2000) : a,b,c
4.      Pelaksanaan periode IV (2000 - 2005) : a,b,c,d
5.      Pelaksanaan periode V (2005 - 2010) : a,b,c,d,e
Program pelaksanaan yang tercatat di atas dapat diartikan bahwa jika terdapat kekurangan dalam periode yang satu, maka akan mewarnai pada periode selanjuutnya. Pelaksanaan program jangka panjang ini bersifat akumulatif (menumpuk), namun frekunsinya akan semakin berkurang. Dan yang menjadi stressing program adalah prioritas program pada masing-masing periode.
Adapun yang dimaksud program jangka pendek NA yaitu program NA yang dilaksanakan untuk satu periode dengan memprioritaskan program-program yang dicanangkan dalam program jangka panjang. Suatu program NA merupakan kelanjutan dan rangkaian program periode sebelumnya, dan program ini yang menjadi dasar bagi pembuatan program selanjutnya setelah diadakan evaulasi dan revisi. Secara garis besar program NA meliputi :
1.      Bidang Konsolidasi Organisasi
2.      Bidang Kaderisasi
3.      Bidang Dakwah
4.      Bidang Kemasyarakatan
5.      Bidang Pengkajian
6.      Kepribadian NA
Kebijakan NA (2008-2012) diarahkan pada: "Pemantapan dan pengembangan sistem organisasi yang efektif dan peningkatan capacity building kader Nasyiah dalam menggerakkan aksi-aksi pendampingan terhadap permasalahan perempuan dan anak." Sebagai tolak ukur bahwa arah periode ini tepat sasaran, maka disusunlah beberapa indikator capaian tahapan sebagai berikut:
1.      Terbentuknya kader Nasyiatul Aisyiyah yang memiliki ketrampilan utama (core skill) dan kemampuan (capability) sebagai agen perubahan dalam berdakwah dan bermasyarakat.
2.      Terwujudnya sistem organisasi yang efektif dan sustainable dari aspek manajemen dan administrasi, kepemimpinan, pendanaan, komunikasi, serta pengelolaan program dan evaluasinya.
3.      Menguatnya peran advokasi non-litigasi Nasyiah metalui gerakan aksi pemberdayaanperempuan dan anak.
Kebijakan ini diterjemahkan dalam bidang-bidang garap program Nasyiah. Bidang program merupakan bidang garapan/gerak program- program Nasyiatul Aisyiyah yang mengacu pada AD/ART pasal 2, bahwa Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah, merupakan gerakan putri Islam, yang bergerak di bidang keperempuanan, kemasyarakatan, dan keagamaan. Karenanya bidang garap NA adalah bidang keorganisasian, bidang keislaman, bidang kaderisasi, dan bidang kemasyarakatan.
Tujuan dan strategi tiap-tiap bidang tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Bidang keorganisasian
a.       Tujuan:
Ø  Terciptanya efektifitas sistem organisasi, media komunikasi dan informasi dalam rangka menguatan eksistensi dan jaringan Nasyiah secara internal maupun eksternal.
Ø  Meningkatnya kinerja pimpinan serta aktifitas anggota Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan perempuan dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.  
b.      Strategi sistem organisasi, media komunikasi dan informasi yang efektif :
Ø  Meningkatkan efektivitas koordinasi dan komunikasi di setiap tingkat pimpinan dalam melaksanakan program organisasi.
Ø  Mengoptimalkan media informasi agar dapat menjadi sarana publikasi dan komunikasi baik untuk kepentingan internal maupun eksternal.
Ø  Mengembangkan jalinan kerjasama dan fundrising Nasyiatul Aisyiyah dengan lembaga lain di dalam dan luar negeri.
Ø  Meningkatkan efektifitas pelaksanaan mekanisme dan kebijakan organisasi
Ø  Menguatkan jaringan struktur intern  NasyiatulAisyiyah.
c.       Strategi kinerja pimpinan:
Ø  Meneguhkan komitmen pimpinan dalam  berdakwah Islam metalui Nasyiatul Aisyiyah
Ø  Meningkatkan ketrampilan pimpinan dalam mengelola program sehingga terwujud kelompok kerja yang kokoh, profesional berlandaskan nilai-nilai Islam,
Ø  Memperluas akses bagi anggota NA untuk meningkatkan pengetahuannya metatui program kerja sama dengan pihak lain.
2.      Bidang Kaderisasi
a.       Tujuan : Terwujudnya kader Nasyiah yang dapat menghimpun, mengembangkan, dan mendayagunakan potensi untuk aktif dalam menggerakkan masyarakat berdasar nilai-nilai Islam.
b.      Strategi:
Ø  Menjadikan Sistem Perkaderan Nasyiatul Aisyiyah sebagai pedoman pendidikan kader dalam mentranformasikan nilai-nilai ideologis gerakan.
Ø  Mengintensifkan pembinaan potensi kader bagi keberlanjutan gerak organisasi.
Ø  Meningkatkan peran kepeloporan dan kepemimpinan kader di dalam membantu memecahkan permasalahan masyarakat.
3.      Bidang Keislaman
a.       Tujuan : Ditransformasikan dan dilaksanakannya nilai-nilai Islam dalam pemikiran, sikap, dan perilaku di dalam kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa, dan bernegara.
b.      Strategi:
Ø  Memantapkan ideologi Muhammadiyah para anggota Nasyiatul Aisyiyah agarmempunyai kematangan beragama dalam  berfikir, berorganisasi dan berperilaku.
Ø  Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam mensikapi berbagai persoalan yang dihadapi ummat, khususnya masalah keluarga, perempuan dan anak-anak
Ø  Meningkatkan kemampuan berdakwah anggota NA dalam rangka syiar Islam.
4.      Bidang Kemasyarakatan
a.       Tujuan:
Ø  Peningkatan gerak Nasyiah dalam mela kukan pendampingan terhadap persoalan  perempuan dan anak, utamanya dalam   aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ø  Pengembangan kepedulian NasyiatulAisyiyah dalam politik, budaya, kesehatan, dan lingkungan.
b.      Strategi pendampingan ekonomi, sosial, dan pendidikan:
Ø  Meningkatkan ketrampilan para anggota Nasyiah dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan pendidikan, yang dihadapi perempuan.
Ø  Meningkatkan efektifitas peran NasyiatulAisyiyah dalam pengambilan kebijakanpublik yang sensitif jender.
Ø  Memberdayakan potensi ekonomi masyarakat lokal.
Ø  Meningkatkan sensitivitas jender di lingkungan NasyiatulAisyiyah.
Ø  Membangun NA sebagai gerakan belajar  bagi perempuan, anak, dan keluarga khususnya pada sektor pendidikan non formal.
c.       Strategi pengembangan kepedulian terhadap masalah politik, kesehatan dan lingkungan:
Ø  Mengembangkan peran anggota Nasyiah dalam upaya-upaya resolusi konflik yang ditimbulkan oleh proses demokratisasi, integrasi sosial, budaya dan agama di tingkatannya masing-masing.
Ø  Meningkatkan kepedulian anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap isu kesehatan reproduksi dalam keluarga.
Ø  Membangun kesadaran anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap kelestarian lingkungan hidup.
2.4       Jaringan Struktural Nasyatul Aisyiyah
Susunan organisasi NA dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat Ranting. Pimpinan Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional. PimpinanWilayah adalah kesatuan daerah-daerah dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I. Pimpinan Daerah adalah kesatuan cabang-cabang dalam tingkat kabupaten/kota. Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan ranting-ranting dalam satu kecamatan. Pimpinan Ranting adalah kesatuan anggota-anggota dalam satu sekolah, desa/ kelurahan atau tempat lainnya. Saat ini, Nasyiatul Aisyiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Struktur Organisasi NA
Tingkan Pimpinan Pusat
 
Sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang pembinaan generasi muda wanita Islam, NA mempunyai struktur organisasi yang sama dengan Muhammadiyah, yaitu mulai dari ranting yang bertempat di kalurahan/ desa, cabang pada tingkat kecamatan, daerah yang bertempat di kabupaten/ kota madya, wilayah untuk tingkat propinsi, dan tingkat pusat (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nasyiatul 'Aisyiyah, 1996, p.7). Struktur susunan ini telah mengacu pada susunan dan struktur Persyarikatan Muhammadiyah, seperti yang tertuang pada Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 15 ayat 2 (Keputusan Muktamar ke-41 dan Tanwir Tahun 1987, 1990, p. 12), dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah Pasal 18 ayat 6. Berikut struktur organisasinya :





 





Tingkat Ranting
 
                                                                              
1.     
Tingkan Pimpinan Pusat
 
Tingkat Pimpinan Pusat
 



2.     
Pimpinan Wilayah Provinsi Lampung
 
Kabupataen
Mesuji
 
Kota Bandar
Lampung
 
Kota
Metro
 
Pimpinan Wilayah


 



3.     
Pimpinan Daerah Kota Metro
 
Pimpinan Daerah dan Tingkat Ranting
 






Untuk struktur organisasi Nasyiatul 'Aisyiyah, menurut Anggaran Dasar Nasyiatul 'Aisyiyah pasal 14 dinyatakan bahwa Pimpinan Pusat/ Pimpinan Wilyah/ Pimpinan Daerah NA membentuk Departemen sebagai badan pembantu pimpinan (ayat 1). Dan Pimpinan Cabang/ Pimpinan Ranting membentuk Seksi-seksi sebagai pembantu untuk melaksanakan dan memelihara usaha-usaha organisasi (ayat 2). Rincian struktur ini lebih diperjelas pada pasal 16 ayat 1 Anggaran Rumah Tangga Nasyiatul 'Aisyiyah, yaitu dalam NA  :
1.      Bidang Konsolidasi Organisasi
2.      Bidang Kaderisasi
3.      Bidang Dakwah/keislaman
4.      Bidang Kemasyarakatan
5.      Bidang Pengkajian
6.      Kepribadian NA
Untuk daerah Kota Metro, yaitu :








 












2.5       Isu-isu Strategis Nasyatul Aisyiyah
1.      Sistem dan pengelolaan organisasi yang efektif dan responsif terhadap situasi lingkungan keluarga, masyarakat, negara dan internasional.
2.      Jaringan struktur Nasyiatul Aisyiyah sampai tingkat cabang dan ranting yang kuat.
3.      Ideologi jender dan responsif jender perspektif Nasyiatul Aisyiyah
4.      Kuantitas dan kualitas kader Nasyiah yang memiliki komitmen dan serta kemampuan  berorganisasi.
5.      Pengembangan fundrising demi kemandirianorganisasi.
6.      Pendampingan anak dan perempuan putus sekolah, perempuan miskin baik secara ekonomi, ketrampilan maupun spiritual, dengan berbasis lokalitas.
7.      Keterlibatan Nasyiatul Aisyiyah datam upaya  resolusi konflik berbasis SARA.
8.      Media bagi syiar Nasyiatul Aisyiyah
9.      Penyiapan kader Nasyiah untuk peran  pengambilan kebijakan publik.
2.6       Cita-cita Nasyiatul Aisyiyah 2020
Nasyiatul Aisyiyah periode 2004-2008 mencanangkan cita-cita NA 2020. Pada tahun 2020 diharapkan NasyiatulAisyiyah mampu mewujudkan:
1.      Kualifikasi kader bangsa dan kader umat yang berpikir terbuka, memiliki etos kerja yang tinggi, istigomah, dan komitmen yang tinggi terhadap perjuangan dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.
2.      Organisasi NA menjadi organisasi yang profesional, berkembang secara kuantitas sesuai dengan pengembangan dan pemekaran wilayah Indonesia serta memiliki pengaruh terhadap dunia nasional maupun internasional.
3.      Berbagai sumber pembelajaran untuk keluarga (family learning centre), antara lain berupa lembaga yang memberikan perlindungan dan pendampingan terhadap permasalahan anakdan perempuan.
NA sebagai gerakan putri Islam dalam mencapai tujuannya melalui dengan beberapa periodisasi. Masing-masing periode memiliki prioritas dan spesialisasi program yang berbentuk program jangka pendek. Sedang untuk program jangka panjang NA berjangka waktu 25 tahun, dan telah dipahami bahwa masing-masing periode waktu mempunyai prioritas program yang berkaitan dan saling tergantung (interdependensi program).


2.7       Dasar Matan Kepribadian NA
Sebagai ruh organisasi dan sikap-perilaku anggota NA, Matan Kepribadian NA disusun dan dirumuskan atas dasar prinsip :
1.      Muqaddimah Anggaran Dasar NA, yang memuat prinsip-prinsip dasar usaha dan perjuangan NA.
2.      Anggara Dasar Bab I Pasal 1 tentang nama, identitas dan kedudukan yang mencerminkan hakekat dan missi NA, sebagai organisasi otonom dan kader dalam Persyarikatan Muhammadiyah/ 'Aisyiyah, serta sebagai kader umat dan bangsa.
3.      Anggaran Dasar Bab II Pasal 3 tentang maksud dan tujuan NA.
4.      Anggaran Dasar Bab II Pasal 4 tentang usaha yang harus dilakukan oleh NA untuk mencapai tujuannya.
Dasar usaha dan perjuangan di atas dapat diartikan bahwa NA memiliki prinsip :
1.      Hidup Manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah SWT.
2.      Menunaikan segala kewajiban agama, negara, dan bangsa untuk menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang diridhoi Allah SWT.
3.      Menjunjung tinggi nilai-nilai agama, ikhlas dalam beramal shalih, dan memiliki akhlakul karimah. Menegaskan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar, seperti yang dicita-citakan Persyarikatan Muhammadiyah.
Secara esensi, dasar perjuangan matan Kepribadian NA merupakan upaya untuk membentuk anggota NA dan organisasi sebagai pelopor dan penerus perjuangan Persyarikatan. Inilah yang menjadi hakekat dan missi NA yang memperjuangkan dan membina putri Islam. Artinya NA berusaha menggerakkan putri-putri Islam untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam, serta mengajak dan mengarahkan orang lain sesuai dengan kehendak Al Qur'an dan As Sunnah, yaitu terciptanya masyarakat putri Islam yang mampu mengimplementasikan akhlakul karimah.

BAB III
KESIMPULAN

3.1       Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Nasyiatul Aisyiah adalah merupakan organisasi otonom yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan keputrian. Semboyan Nasyiatul Aisyiah yaitu Al Birru Manittaqo yang artinya kebajikan itu bagi orang yang selalu waspada. Maksud dan tujuan termaktub pada anggaran Dasar NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang berguna bagi agama, bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah.


DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar