Senin, 27 April 2015

Makalah matakuliah pengantar pendidikan "model-model interaksi edukatif



TUGAS KELOMPOK
MODEL-MODEL INTERAKSI EDUKATIF









Oleh                :    1.  Fajri Arif Wibawa
          2.  Joni Herdiansah
          3.  Jordi Andika Rahardian
          4.  Windi Afria Sari

                             Prodi               :    Pendidikan Ekonomi

                             Matakuliah     :    Pengantar Pendidikan


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
SEPTEMBER 2011
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
            Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1.    Bapak Prof. DR. H. Juhri AM., M.Pd selaku dosen mata kuliah pengantar pendidikan.
2.    Teman-teman kelompok 10 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.
3.    Semua pihak yang  telah berkenan memberikan bantuan-bantuan.
            Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................  i
BIODATA KELOMPOK ...............................................................................................  ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................  vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................  vii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................  1
1.    Latar Belakang ..............................................................................................  1
2.    Rumusan Masalah .......................................................................................  1
3.    Tujuan ............................................................................................................  1
4.    Manfaat ..........................................................................................................  2
5.    Metode Pencarian Materi ............................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................  3
1.    Pengertian Interaksi Edukatif .....................................................................  3
2.    Ciri-ciri Interaksi Edukatif ............................................................................  4
3.    Prinsip-prinsip Interaksi Edukatif ...............................................................  7
4.    Tahap-tahap Interaksi Edukatif................................................................... 9
5.    CBSA dalam Interaksi Edukatif................................................................... 9
6.    Pola Pelaksanaan Keterampilan Proses Interaksi Edukatif .................  11
PENUTUP .....................................................................................................................  14
1.    Kesimpulan ...................................................................................................  14
2.    Tanggapan Kelompok .................................................................................  14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................  15

BAB I
PENDAHULUAN

1.    LATAR BELAKANG
Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar mengajar. Dengan kata lain, apa yang dinamakan interaksi edukatif, secara khusus adalah sebagai interaksi belajar mengajar. Dalam interaksi ini ada proses penyampaian informasi, penyampaian gagasan, dan penciptaan gagasa.
Secara khusus interaksi edukatif sebagai interaksi belajar mengajar yang berintikan pada kegiatan motivasi, dan guru harus memahami tentang diri siswa dan memahami kepropesiannya dibidang kependidikan, untuk itu perlu dikaji konsep belajar mengajar tujuan sebagai dasar motivasi dan aktivitas belajar, diri anak didik dan kedudukan guru, dan usaha mengelola interaksi belajar mengajar harus juga dipahami.

2.    RUMUSAN MASALAH
a.    Apa pengertian interaksi edukatif?
b.    Apa saja ciri-ciri interaksi edukatif?
c.    Apa saja prinsip-prinsip interaksi edukatif?
d.    Bagaimana tahap-tahap interaksi edukatif?
e.    Bagaimana CBSA dalam interaksi edukatif?
f.     Bagaimana pola pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatif?

3.    TUJUAN MAKALAH
a.    Untuk mengetahui apa pengertian interaksi edukatif.
b.    Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri interaksi edukatif.
c.    Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip interaksi edukatif.
d.    Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap interaksi edukatif.
e.    Untuk mengetahui bagaimana CBSA dalam interaksi edukatif.
f.     Untuk mengetahui bagaimana pola pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatif.

4.    MANFAAT
a.    Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
b.    Memberikan informasi bagi pembaca.
c.    Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

5.    METODE PENCARIAN MATERI
Penulis dalam mencari materi menggunakan metode kajian pustaka yaitu mencari di buku dan internet.























BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.
Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakikiki dalam kehidupannya. Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain. Walaupun tidak dapat diingkari banyak peristiwa atau bentuk interaksi yang secara tidak sengaja atau direncana, kadang-kadang menimbulkan pengalaman baru yang dapat dimanfaatkan oleh yang menyifati, sehingga dijadikan pengetahuan dan pengalaman.
Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain.
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa didalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan tuhan.

2.    Ciri-ciri Interaksi Edukatif
Untuk memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran secara khusus dikenal dengan “interaksi Belajar-Mengajar” yang titik penekanannya pada unsur motivasi, maka terlebih dulu perlu dipahami hal-hal yang mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman terhadap konsep belajar dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motivasi dengan segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar itu. Bagi guru yang memahami akan keprofesiannya dan mengerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan kegiatan interaksi dan motivasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya, guru harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar-mengajar. Jadi ciri-ciri interaksi edukatif yaitu :
a.    Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar-mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
b.    Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.
c.    Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.
d.    Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi tidak ada gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya fasip saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
e.    Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses balajar-mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akan lebih baik bersama siswa”) sebagai desaigner akan memimpin terjadinya interaksi belajar-mengajar.
f.     Di dalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
g.    Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah dicapai.
Disamping beberapa ciri seperti penilaian diatas, unsur penilaian adalah unsur yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka untuk mengetahui apakah tujuan itu sudah tercapai lewat interaksi belajar-mengajar atau belum, perlu diketahui dengan kegiatan penilaian. Dengan demikian, cirri-ciri interaksi belajar-mengajar itu sebenarnya senada dengan ciri-ciri interaksi edukatif, sebagaimana disebutkan terdahulu. Memang kalau dilihat secara spesifik dalam kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif itu akan berlangsung dengan kegiatan interaksi belajar-mengajar.
Bila terjadi proses belajar-mengajar, maka bersama ini pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan belajar.
Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.

3.    Prinsip-prinsip Interaksi Edukatif
Setidaknya terdapat 9 (sembilan) prinsip interaksi edukatif dalam proses belajar mengajar (PBM) yang mesti dikuasai oleh guru :
a.    Prinsip motivasi
Motivasi anak didik untuk pelajaran tertentu tidaklah sama. Untuk itu. guru harus mampu memotivasi rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju (belajar) dalam diri anak didik. Guru harus mampu memberikan motivasi dalam takaran yang tepat untuk masing-masing anak didik.
b.    Prinsip persepsi yang dimiliki anak didik
Ketika guru melakukan apersepsi (pendahuluan/pembukaan) mata pelajaran, guru harus memperhatikan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki anak didik. Dengan demikian anak didik akan dapat menanggapi dan berkonsentrasi penuh pada mata pelajaran yang disampaikan serta dapat memahaminya dengan baik.
c.    Prinsip fokus
Titik pusat perhatian dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dibahas atau dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan. Fokus akan membatasi keluasan dan kedalaman materi dalam proses pembelajaran serta akan memberikan arah kepada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
d.    Prinsip keterpaduan
Guru harus dapat memberikan penjelasan yang mengaitkan materi antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Ia juga harus bisa mengaitkan antara materi pelajaran hari ini dengan materi terdahulu, atau antara mata pelajaran yang berbeda sejauh hal itu saling melengkapi.



e.    Prinsip pemecahan masalah (problem solving)
Guru perlu menciptakan masalah berdasarkan pokok bahasan tertentu untuk dipecahkan oleh anak didik. Prinsip pemecahan masalah ini penting untuk mendorong anak didik lebih bersemangat, lebih tegar, lebih sabar, lebih tekun dalam menghadapi masalah belajar.
f.     Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri
Guru hanya memberikan stimulus melalui informasi singkat kepada anak didik. Selebihnya, anak didik (tentu dengan difasilitasi) disuruh mencari, menemukan, dan mengembangkan temuannya sendiri.
g.    Prinsip belajar sambil bekerja (learning by doing)
Ingat, bahwa belajar secara verbal saja tidak efektif, tanpa disertai konsep belajar realistik atau belajar sambil bekerja, yakni belajar sambil melakukan aktivitas yang sesuai dengan tema bahasan dalam pelajaran. Cara ini lebih baik karena kesan yang didapat anak didik akan lebih lama tersimpan dalam memori dan lebih mudah dipahami anak didik.
h.    Prinsip relasi sosial
Proses belajar yang baik dan efektif tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi juga bisa dilakukan dalam bentuk kelompok belajar, kelompok diskusi, bahkan dialog hangat antara guru dan anak didik. Dengan begitu siswa dapat mengembangkan aspek afektifnya.
i.      Prinsip keunikan individu
Siswa adalah individu (pribadi) yang unik. Ia berbeda dengan siswa lainnya, baik dari aspek intelektual, emosional, biologis maupun psikologis. Untuk itulah, guru harus peka dan luwes dalam melakukan interaksi edukasi dengan memahami mereka secara individual.
Sebagai catatan penutup, harus selalu diingat bahwa sukses dalam belajar adalah menemukan keunikan gaya belajar itu sendiri. Dengan memahami gaya belajar yang dimiliki anak didik, mampu memahami (bahkan menguasai) prinsip-prinsip interaksi edukatif, serta mengaplikasikannya dalam PBM di kelas, maka diharapkan guru dapat mengajar dengan gaya yang efektif dan menyenangkan anak didiknya.

4.    Tahap-tahap Interaksi Edukatif
Secara umum ada 5 tahap dalam interaksi edukatif, yaitu :
  1. Tahap pengenalan, di dalam tahap ini tentu sudah biasa terjadi, tidak hanya dalam interaksi edukatif. Tapi juga dalam ha-hal yang lain juga. Tahap pengenalan antara pendidik dengan murid nya tentu sangatlah penting, karena pada tahap awal inilah yang murid membayangkan bagaimana karakter pendidik.
  2. Tahap penyesuaian, di dalam tahap ini pendidik mulai menyesuaikan diri dengan muridnya.
  3. Tahap penilaian karakter murid, pada tahap ini pendidik akan menilai karakter muridnya dari yang paling pandai sampai yang paling bodoh, dari yang paling rajin sampai yang paling pemalas.

5.    CBSA dalam Interaksi Edukatif
CBSA diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/ fisik siswa serta pengoptimalisasi dalam pembelajaran diarahkan untuk membelajarkan siswa bagiamana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai.
Pendekatan CBSA, seperti telah diisyaratkan, pada dasarnya merupakan gagasan konseptual dan bukan merupakan suatu prosedural-perseptual. Dengan demikian penerapan CBSA dalam pembelajaran diupayakan dengan menerapkan sejumlah prinsip dan rambu-rambu, sementara pada sisi lain dipergunakan sejumlah indikator untuk memperkirakan kadar keterlibatan siswa tersebut.
Dalam penerapan CBSA terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan baik yang menyangkut siswa yang belajar maupun guru yang mengelola proses pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut, menurut T. Raka Jeni (1993) ialah :
a.    penyediaan pijakan dan tuntunan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk memberikan makna terhadap pengalaman belajarnya.
b.    kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam dari guru.
c.    pemberian tugas/ kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji, berlatih/ menghayati isi kurikulum.
d.    guru berusaha memenuhi kebutuhan individu siswa
e.    guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar mengajar.
f.     guru mencek pemahaman siswa.
g.    guru memberi balikan.
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk-bentuk Beberapa diantaranya akan diuraikan di bawah ini :
a.    Pemanfaatan waktu luang.  Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan bahan sendiri. Jika pemanfaatan waktu tersebut dilakukan secara seksama dan berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di sekolah.
b.    Pembelajaran individual. Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti : minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan/ merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan, minat bakat yang sama.
c.    Belajar kelompok. Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. Teknik pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskuis kelompok, diskusi kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok, masing-masing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban, kritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi satu dengan yang lainnya.
d.    Bertanya jawab. Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antar kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalu lintas atau distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut. Belajar Inquiry/ Discovery (Belajar Mandiri). Dalam strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarahkan, membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inkuirinya.

6.    Pola Pelaksanaan Keterampilan Proses Interaksi Edukatif
Pola pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatid antara lain sebagai berikut :
  1. Sistem Pembelajaran Tradisional
Dalam kehidupan sehari-hari istilah tradisi sering dipergunakan. Ada tradisi jawa, tradisi kraton, tradisi petani, tradisi pesantren dan lain-lain. Sudah tentu,masing-masing dengan intensitas ari dalam kedalaman makna tersendiri. Teapi istilahtradisi biasanya secara umum dimaksudkan untuk menunjukan kepada suatu nilai,norma dan adat kebiasaan yang berbau lama, dan yang lama tersebut hingga kinimasih diterima, diikuti bahkan dipertahankan oleh kelompok masyarakat tertentu.Menurut khasanah bahasa Indonesia, tradisi berarti segala sesuatu seperti adat,kebiasaan, ajaran dan sebagainya, yang turun temurun dari nenek moyang. Ada pulayang menginformasikan, bahwa tradisi berasal adari kata traditum, yaitu segalasesuatu yang ditransmisikan, diwariskan dari masa ke masa. Jadi dapa disimpulkan bahwa tradisi intinya adalah warisan masa lalu yang dilestarikan terus hinggasekarang.Atau bisa dijelaskan, bahwa tradisi pada hakikatnya adalah kebiasaan yangterus dipelihara turun-temurun. Sementara menurut pendapat yang umum dipegangi, bahwa akifitas pendidikan udah ada sejak manusia ada, dan sekarang kenyataanya pun terus berlangsung bahkan hanya akan berakhir bila dunia mengakhiri perkembanganya.
  1. Sistem Pembelajaran Konvensional
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran,di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Namun, salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Model ini sebenarnyasudah tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah model pembelajaran ini sangat susah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya.Memang, model pembelajaran kovensional ini tidak serta merta kita tinggal,dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidak  pada awal proses pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikankepada anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan.
  1. Sistem Pembelajaran Multikulural 
pembentukan masyarakat multikultural Indonesia yang sehat tidak bisa secarataken for granted atau trial abd error. Sebaliknya harus diupayakan secara sistematis, progamatis, integrated dan berkesinambungan. Salah satu langkah yang strategisdalam hal ini adalah melalui pendidikan multikultural yang diselenggarakan seluruhlembaga pendidikan, baik formal maupun non-formal, dan bahkan informasi dalammasyarakat luas.Kebutuhan dan urgensi pendidikan multikultural telah lama dirasakan cukupmendesak bagi Negara-bangsa majemuk lainnya. Di beberapa Negara barat sepertikanada, inggris, amerika serikat dan lain-lain, yang sejak usainya perang dunia IIsemakin ³mmultikultural´ karena proses migrasi penduduk luar ke Negara-negaratersebut (cf hefner,2001:2-3), pendidikan multicultural telah menemukanmomentumnya sejak dasawarsa 1970-an, setelah sebelumnya di AS misalnya dikembangkan pendidikan interkultural.
Berhadapan dengan meningkatnya³multikulturalisme di negara-negara tersebut, maka paradigma, konsep dan praktek  pendidikan ³multikultural´ realevan dan timely.Pada pihak lain, gagasan pendidikan multikultural merupakan sesuatu yang baru di Indonesia. Meski belakangan ini mulai muncul suara-suara yang mengusulkan pendidikan multikultural tersebut di tanah air, tidak berkembang wacana publik tentang subyek ini. Pembahasan tentang subyek ini memang masih sangat terbatas, khususnya di lingkungan dunia pendidikan.























BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
a.    Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
b.    Ciri-ciri interaksi edukatif yaitu interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus dan lain-lain seperti yang di jelaskan di atas.
c.    Prinsip-prinsip interaksi edukatif yaitu prinsip motivasi, prinsip persepsi yang dimiliki anak didik, prinsip fokus, prinsip keterpaduan, prinsip pemecahan masalah dan lain-lain seperti yang di jelaskan di atas.

2.    Tanggapan Kelompok
Ternyata setelah kami mengetahui apa pengertian, ciri-ciri, prinsip-prinsip, tahap-tahap, CBSA dalam interaksi edukatif dan pola pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatif, kami jadi mengetahui bagaimana cara untuk menjadi guru atau pendidik yang profesional.  Interaksi edukatif sangatlah penting untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, agar kegiatan  belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.











DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, J.J. Drs., Dip. Ed. Drs. Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset. 1992.
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2000.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar