TUGAS
KELOMPOK
MODEL-MODEL INTERAKSI EDUKATIF
Oleh
: 1. Fajri Arif Wibawa
2. Joni Herdiansah
3. Jordi Andika Rahardian
4. Windi Afria Sari
Prodi
: Pendidikan Ekonomi
Matakuliah : Pengantar
Pendidikan
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
SEPTEMBER
2011
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan
mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan
kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bapak
Prof. DR. H. Juhri AM., M.Pd selaku dosen mata kuliah pengantar pendidikan.
2.
Teman-teman
kelompok 10 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.
3.
Semua
pihak yang telah berkenan memberikan
bantuan-bantuan.
Penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ...................................................................................................... i
BIODATA
KELOMPOK ............................................................................................... ii
KATA
PENGANTAR ................................................................................................... vi
DAFTAR
ISI .................................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.
Latar
Belakang .............................................................................................. 1
2.
Rumusan
Masalah ....................................................................................... 1
3.
Tujuan
............................................................................................................ 1
4.
Manfaat
.......................................................................................................... 2
5.
Metode
Pencarian Materi ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
1.
Pengertian
Interaksi Edukatif ..................................................................... 3
2.
Ciri-ciri
Interaksi Edukatif ............................................................................ 4
3.
Prinsip-prinsip
Interaksi Edukatif ............................................................... 7
4.
Tahap-tahap
Interaksi Edukatif...................................................................
9
5.
CBSA
dalam Interaksi Edukatif...................................................................
9
6.
Pola
Pelaksanaan Keterampilan Proses Interaksi Edukatif ................. 11
PENUTUP ..................................................................................................................... 14
1.
Kesimpulan
................................................................................................... 14
2.
Tanggapan
Kelompok ................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Hidup
bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan
situasi dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang
disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Oleh karena itu, interaksi edukatif
perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang lebih spesifik
pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar mengajar.
Dengan kata lain, apa yang dinamakan interaksi edukatif, secara khusus adalah
sebagai interaksi belajar mengajar. Dalam interaksi ini ada proses penyampaian
informasi, penyampaian gagasan, dan penciptaan gagasa.
Secara
khusus interaksi edukatif sebagai interaksi belajar mengajar yang berintikan
pada kegiatan motivasi, dan guru harus memahami tentang diri siswa dan memahami
kepropesiannya dibidang kependidikan, untuk itu perlu dikaji konsep belajar
mengajar tujuan sebagai dasar motivasi dan aktivitas belajar, diri anak didik
dan kedudukan guru, dan usaha mengelola interaksi belajar mengajar harus juga
dipahami.
2. RUMUSAN
MASALAH
a.
Apa
pengertian interaksi edukatif?
b. Apa
saja ciri-ciri interaksi edukatif?
c. Apa
saja prinsip-prinsip interaksi edukatif?
d.
Bagaimana
tahap-tahap interaksi edukatif?
e. Bagaimana
CBSA dalam interaksi edukatif?
f.
Bagaimana
pola pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatif?
3. TUJUAN
MAKALAH
a.
Untuk
mengetahui apa pengertian interaksi edukatif.
b. Untuk
mengetahui apa saja ciri-ciri interaksi edukatif.
c. Untuk
mengetahui apa saja prinsip-prinsip interaksi edukatif.
d.
Untuk
mengetahui bagaimana tahap-tahap interaksi edukatif.
e. Untuk
mengetahui bagaimana CBSA dalam interaksi edukatif.
f.
Untuk
mengetahui bagaimana pola pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatif.
4. MANFAAT
a.
Sebagai
media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
b.
Memberikan
informasi bagi pembaca.
c.
Dapat
memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
5. METODE
PENCARIAN MATERI
Penulis dalam mencari materi menggunakan metode kajian pustaka yaitu
mencari di buku dan internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Interaksi Edukatif
Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal
balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung
maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar
berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi
yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai
tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.
Kegiatan
komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakikiki dalam kehidupannya.
Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi
timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung
maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu
kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk
suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa,
anak buah dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain.
Walaupun tidak dapat diingkari banyak peristiwa atau bentuk interaksi yang
secara tidak sengaja atau direncana, kadang-kadang menimbulkan pengalaman baru
yang dapat dimanfaatkan oleh yang menyifati, sehingga dijadikan pengetahuan dan
pengalaman.
Proses
belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua
unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak
yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi
antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen
tersebut dalam berlangsungnya proses belajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan
perlu ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan dari segi
normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar.
Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar
mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang
lain.
Pendidikan
dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan
sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa
didalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas
perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu
akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga
sebagai makhluk ciptaan tuhan.
2. Ciri-ciri
Interaksi Edukatif
Untuk
memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran
secara khusus dikenal dengan “interaksi Belajar-Mengajar” yang titik
penekanannya pada unsur motivasi, maka terlebih dulu perlu dipahami hal-hal yang
mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu
dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman terhadap konsep
belajar dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran
sebagai dasar motivasi dengan segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud
dengan motivasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak
dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar-mengajar ini, adalah
pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional
kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar
itu. Bagi guru yang memahami akan keprofesiannya dan mengerti tentang diri anak
didiknya, maka dapat melakukan kegiatan interaksi dan motivasi secara mantap.
Kemudian operasionalisasinya, guru harus juga memahami dan melaksanakan
pengelolaan interaksi belajar-mengajar. Jadi ciri-ciri interaksi edukatif yaitu :
a.
Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni
untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud
interaksi belajar-mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa
sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai
pengantar dan pendukung.
b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi)
yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar
dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu
adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan
prosedur dan desain yang berbeda pula.
c.
Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu
penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian
rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini
perlu diperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik
yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum
berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.
d. Ditandai
dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan
sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun
secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi tidak ada
gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya
fasip saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus
melakukannya.
e. Dalam
interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya
sebagai pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai
mediator dalam segala situasi proses balajar-mengajar, sehingga guru akan
merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak
didik. Guru (“akan lebih baik bersama siswa”) sebagai desaigner akan
memimpin terjadinya interaksi belajar-mengajar.
f.
Di dalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan
disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu
pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah
ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak
siswa. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan
terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi
langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.
Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
g.
Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam system berkelas (kelompok siswa), batas waktu
menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan. Setiap tujuan akan
diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah dicapai.
Disamping
beberapa ciri seperti penilaian diatas, unsur penilaian adalah unsur yang
sangat penting. Dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka untuk
mengetahui apakah tujuan itu sudah tercapai lewat interaksi belajar-mengajar
atau belum, perlu diketahui dengan kegiatan penilaian. Dengan demikian,
cirri-ciri interaksi belajar-mengajar itu sebenarnya senada dengan ciri-ciri
interaksi edukatif, sebagaimana disebutkan terdahulu. Memang kalau dilihat
secara spesifik dalam kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi
edukatif itu akan berlangsung dengan kegiatan interaksi belajar-mengajar.
Bila terjadi proses belajar-mengajar, maka bersama ini
pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada
yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula
sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi
suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar,
sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak
sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun
dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan
belajar.
Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan
terjadi suatu proses belajar mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja,
disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar-mengajar ini akan diperoleh
suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah
tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang
optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta
terorganisasi secara baik.
3. Prinsip-prinsip
Interaksi Edukatif
Setidaknya
terdapat 9 (sembilan) prinsip interaksi edukatif dalam proses belajar mengajar
(PBM) yang mesti dikuasai oleh guru :
a.
Prinsip
motivasi
Motivasi
anak didik untuk pelajaran tertentu tidaklah sama. Untuk itu. guru harus mampu
memotivasi rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju
(belajar) dalam diri anak didik. Guru harus mampu memberikan motivasi dalam
takaran yang tepat untuk masing-masing anak didik.
b.
Prinsip
persepsi yang dimiliki anak didik
Ketika
guru melakukan apersepsi (pendahuluan/pembukaan) mata pelajaran, guru harus
memperhatikan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki anak
didik. Dengan demikian anak didik akan dapat menanggapi dan berkonsentrasi
penuh pada mata pelajaran yang disampaikan serta dapat memahaminya dengan baik.
c.
Prinsip
fokus
Titik
pusat perhatian dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak
dibahas atau dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau
merumuskan konsep yang hendak ditemukan. Fokus akan membatasi keluasan dan
kedalaman materi dalam proses pembelajaran serta akan memberikan arah kepada
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
d.
Prinsip
keterpaduan
Guru
harus dapat memberikan penjelasan yang mengaitkan materi antara satu pokok
bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Ia juga harus bisa mengaitkan
antara materi pelajaran hari ini dengan materi terdahulu, atau antara mata
pelajaran yang berbeda sejauh hal itu saling melengkapi.
e.
Prinsip
pemecahan masalah (problem solving)
Guru
perlu menciptakan masalah berdasarkan pokok bahasan tertentu untuk dipecahkan
oleh anak didik. Prinsip pemecahan masalah ini penting untuk mendorong anak
didik lebih bersemangat, lebih tegar, lebih sabar, lebih tekun dalam menghadapi
masalah belajar.
f.
Prinsip
mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri
Guru
hanya memberikan stimulus melalui informasi singkat kepada anak didik.
Selebihnya, anak didik (tentu dengan difasilitasi) disuruh mencari, menemukan,
dan mengembangkan temuannya sendiri.
g.
Prinsip
belajar sambil bekerja (learning by doing)
Ingat,
bahwa belajar secara verbal saja tidak efektif, tanpa disertai konsep belajar
realistik atau belajar sambil bekerja, yakni belajar sambil melakukan aktivitas
yang sesuai dengan tema bahasan dalam pelajaran. Cara ini lebih baik karena
kesan yang didapat anak didik akan lebih lama tersimpan dalam memori dan lebih
mudah dipahami anak didik.
h.
Prinsip
relasi sosial
Proses
belajar yang baik dan efektif tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi juga bisa
dilakukan dalam bentuk kelompok belajar, kelompok diskusi, bahkan dialog hangat
antara guru dan anak didik. Dengan begitu siswa dapat mengembangkan aspek
afektifnya.
i.
Prinsip
keunikan individu
Siswa
adalah individu (pribadi) yang unik. Ia berbeda dengan siswa lainnya, baik dari
aspek intelektual, emosional, biologis maupun psikologis. Untuk itulah, guru
harus peka dan luwes dalam melakukan interaksi edukasi dengan memahami mereka
secara individual.
Sebagai
catatan penutup, harus selalu diingat bahwa sukses dalam belajar adalah
menemukan keunikan gaya
belajar itu sendiri. Dengan memahami gaya
belajar yang dimiliki anak didik, mampu memahami (bahkan menguasai)
prinsip-prinsip interaksi edukatif, serta mengaplikasikannya dalam PBM di
kelas, maka diharapkan guru dapat mengajar dengan gaya yang efektif dan menyenangkan anak
didiknya.
4. Tahap-tahap
Interaksi Edukatif
Secara umum ada 5 tahap dalam interaksi edukatif,
yaitu :
- Tahap pengenalan, di dalam tahap ini tentu sudah biasa terjadi, tidak hanya dalam interaksi edukatif. Tapi juga dalam ha-hal yang lain juga. Tahap pengenalan antara pendidik dengan murid nya tentu sangatlah penting, karena pada tahap awal inilah yang murid membayangkan bagaimana karakter pendidik.
- Tahap penyesuaian, di dalam tahap ini pendidik mulai menyesuaikan diri dengan muridnya.
- Tahap penilaian karakter murid, pada tahap ini pendidik akan menilai karakter muridnya dari yang paling pandai sampai yang paling bodoh, dari yang paling rajin sampai yang paling pemalas.
5. CBSA dalam Interaksi Edukatif
CBSA diartikan
sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan
intelektual-emosional/ fisik siswa serta pengoptimalisasi dalam pembelajaran
diarahkan untuk membelajarkan siswa bagiamana belajar memperoleh dan memproses
perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai.
Pendekatan
CBSA, seperti telah diisyaratkan, pada dasarnya merupakan gagasan konseptual
dan bukan merupakan suatu prosedural-perseptual. Dengan demikian penerapan CBSA
dalam pembelajaran diupayakan dengan menerapkan sejumlah prinsip dan
rambu-rambu, sementara pada sisi lain dipergunakan sejumlah indikator untuk
memperkirakan kadar keterlibatan siswa tersebut.
Dalam
penerapan CBSA terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan baik yang
menyangkut siswa yang belajar maupun guru yang mengelola proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut, menurut T. Raka Jeni (1993) ialah :
a.
penyediaan
pijakan dan tuntunan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk
memberikan makna terhadap pengalaman belajarnya.
b. kegiatan
belajar mengajar yang beraneka ragam dari guru.
c. pemberian
tugas/ kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji, berlatih/
menghayati isi kurikulum.
d.
guru
berusaha memenuhi kebutuhan individu siswa
e.
guru
berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar mengajar.
f.
guru
mencek pemahaman siswa.
g.
guru
memberi balikan.
Pendekatan
CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk-bentuk Beberapa
diantaranya akan diuraikan di bawah ini :
a.
Pemanfaatan
waktu luang. Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan
dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar,
memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan bahan sendiri.
Jika pemanfaatan waktu tersebut dilakukan secara seksama dan berkesinambungan
akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di
sekolah.
b.
Pembelajaran
individual. Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti : minat abilitet, bakat,
kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan/ merencanakan tugas-tugas
belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing, dan
selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan
belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan, minat bakat yang sama.
c.
Belajar
kelompok. Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. Teknik
pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskuis kelompok, diskusi
kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok,
masing-masing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban,
kritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi
satu dengan yang lainnya.
d.
Bertanya
jawab. Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa,
dan antar kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup
banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika
pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab
oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalu lintas atau
distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap
pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut. Belajar Inquiry/ Discovery (Belajar
Mandiri). Dalam strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual
dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta
mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa belajar
memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarahkan, membimbing,
memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inkuirinya.
6. Pola
Pelaksanaan Keterampilan Proses Interaksi Edukatif
Pola
pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatid antara lain sebagai berikut
:
- Sistem Pembelajaran Tradisional
Dalam
kehidupan sehari-hari istilah tradisi sering dipergunakan. Ada tradisi jawa, tradisi kraton,
tradisi petani, tradisi pesantren dan lain-lain. Sudah tentu,masing-masing dengan
intensitas ari dalam kedalaman makna tersendiri. Teapi istilahtradisi biasanya
secara umum dimaksudkan untuk menunjukan kepada suatu nilai,norma dan adat
kebiasaan yang berbau lama, dan yang lama tersebut hingga kinimasih diterima,
diikuti bahkan dipertahankan oleh kelompok masyarakat tertentu.Menurut khasanah
bahasa Indonesia, tradisi berarti segala sesuatu seperti adat,kebiasaan, ajaran
dan sebagainya, yang turun temurun dari nenek moyang. Ada pulayang
menginformasikan, bahwa tradisi berasal adari kata traditum, yaitu
segalasesuatu yang ditransmisikan, diwariskan dari masa ke masa. Jadi dapa
disimpulkan bahwa tradisi intinya adalah warisan masa lalu yang
dilestarikan terus hinggasekarang.Atau bisa dijelaskan, bahwa tradisi pada
hakikatnya adalah kebiasaan yangterus dipelihara turun-temurun. Sementara
menurut pendapat yang umum dipegangi, bahwa akifitas pendidikan udah ada
sejak manusia ada, dan sekarang kenyataanya pun terus berlangsung bahkan
hanya akan berakhir bila dunia mengakhiri perkembanganya.
- Sistem Pembelajaran Konvensional
Seorang
guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran,di mana melalui
model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak
didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari
proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau
maksimal. Namun, salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan
sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional.
Model ini sebenarnyasudah tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam suatu
proses pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah model
pembelajaran ini sangat susah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan
dan keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya.Memang, model pembelajaran
kovensional ini tidak serta merta kita tinggal,dan guru mesti melakukan model
konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidak pada awal proses
pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikankepada anak didik
sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan.
- Sistem Pembelajaran Multikulural
pembentukan
masyarakat multikultural Indonesia
yang sehat tidak bisa secarataken for granted atau trial abd error. Sebaliknya
harus diupayakan secara sistematis,
progamatis, integrated dan berkesinambungan. Salah satu langkah
yang strategisdalam hal ini adalah melalui pendidikan multikultural yang
diselenggarakan seluruhlembaga pendidikan, baik formal maupun non-formal, dan
bahkan informasi dalammasyarakat luas.Kebutuhan dan urgensi pendidikan
multikultural telah lama dirasakan cukupmendesak bagi Negara-bangsa majemuk
lainnya. Di beberapa Negara barat sepertikanada, inggris, amerika serikat dan
lain-lain, yang sejak usainya perang dunia IIsemakin ³mmultikultural´ karena
proses migrasi penduduk luar ke Negara-negaratersebut (cf hefner,2001:2-3),
pendidikan multicultural telah menemukanmomentumnya sejak dasawarsa 1970-an,
setelah sebelumnya di AS misalnya dikembangkan pendidikan interkultural.
Berhadapan
dengan meningkatnya³multikulturalisme di negara-negara tersebut, maka
paradigma, konsep dan praktek pendidikan ³multikultural´ realevan
dan timely.Pada pihak lain, gagasan pendidikan multikultural merupakan sesuatu
yang baru di Indonesia.
Meski belakangan ini mulai muncul suara-suara yang mengusulkan pendidikan
multikultural tersebut di tanah air, tidak berkembang wacana
publik tentang subyek ini. Pembahasan tentang subyek ini memang masih
sangat terbatas, khususnya di lingkungan dunia pendidikan.
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas
maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
a.
Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran.
b.
Ciri-ciri
interaksi edukatif yaitu interaksi
belajar-mengajar memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang
direncana, interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi
yang khusus dan lain-lain seperti yang di jelaskan di atas.
c.
Prinsip-prinsip
interaksi edukatif yaitu prinsip
motivasi, prinsip persepsi yang dimiliki anak didik, prinsip fokus, prinsip
keterpaduan, prinsip pemecahan masalah dan lain-lain seperti yang di jelaskan
di atas.
2. Tanggapan
Kelompok
Ternyata
setelah kami mengetahui apa pengertian, ciri-ciri, prinsip-prinsip, tahap-tahap,
CBSA dalam interaksi edukatif dan pola
pelaksanaan keterampilan proses interaksi edukatif, kami jadi mengetahui
bagaimana cara untuk menjadi guru atau pendidik yang profesional. Interaksi edukatif sangatlah penting untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar, agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasibuan, J.J. Drs., Dip. Ed. Drs.
Moedjiono. Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya Offset. 1992.
Djamarah,
Syaiful Bahri, Drs. Guru dan
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar